BANTAENG, RAKYATSULSEL - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bantaeng nampaknya harus bersiap menghadapi musim hujan kali ini. Curah hujan yang tinggi membuat sejumlah daerah di Sulawesi Selatan mengalami Banjir yang parah.
Hujan dengan intensitas yang tinggi juga pernah membuat Bantaeng mengalami banjir yang cukup parah pada 2020 silam. Selain banjir sering pula terjadi genangan yang cukup lama di pemukiman warga, pasar, terminal, dan jalan-jalan kabupaten.
Menghadapi musim hujan Dinas PUPR Kabupaten Bantaeng saat ini masih melalukan penanganan banjir jangka pendek seperti pembersihan dan pemeliharaan infrastruktur penahan banjir.
“Jadi untuk saat sekarang hanya melakukan pembersihan, memperbaiki infrastruktur yang sudah ada seperti ada dua DAM atau bendungan pengendalian Banjir seperti Kasiping itu kita persiapkan, Cekdam Balang Sikuyu kita persiapkan juga,” kata Kadis Kadis PUPR Bantaeng Andi Sjafaruddin Magau, Selasa (14/5).
Menurutnya penanganan banjir kabupaten Bantaeng masih membutuhkan waktu yang lama karena harus dimulai dari kajian tentang banjir bantaeng yang telah dilakukan dua tahun lalu.
“Kemudian tahun ini persiapan pembuatan master plan pengendalian banjir, jadi master plan itu dibuat nanti kedepan dibuat satu-satu sesuai dari arahan master plan,” kata dia.
PUPR Bantaeng telah mengindentifikasi daerah-daerah rawan banjir di Kota Bantaeng dan seputar kabupaten bantaeng yang menjadi langganan banjir disaat musim hujan.
“Kalau titik genangan itu daerah pasar, Cabodo itu daerah genangan kalau yang ada di kota, tapi ke bawa sampainya di Bissappu ada sebagian di perbatasan daerah Banjir juga,” kata dia.
Meski sudah teridentifikasi titik-titik rawan genangan banjir, Pemerintah Kabupaten Bantaeng sampai saat ini belum memiliki daerah resapan air.
“Belum, daerah resapan itukan ada banyak bisa sawah menjadi daerah resapan, tapi untuk sekarang milik pemerintah belum ada,” kata dia.
Menurutnya, persoalan banjir di Kabupaten Bantaeng tidak selalu ditangani dengan infrastruktur namun kesadaran masyarakat menjaga lingkungan juga harus diperhatikan.
"Karena banjir itu tidak harus ditangani dengan infrastruktur non infrastrukturnya lebih berat seperti penghijauan, kesadaran masyarakat penggunaan lahan," kata dia. (Jet)