RAKYATSULSEL. CO - Film Vina: Sebelum 7 Hari bukan diangkat ke layar lebar dari ruang hampa atau dari cerita fiksi. Film ini diangkat dari kejadian tragis di balik meninggalnya Vina yang dibunuh secara tragis oleh geng motor di Cirebon pada 2016 silam.
Karena filmnya diangkat dari kejadian nyata, maka ada emosi yang muncul pada saat menjadi syuting film Vina: Sebelum 7 Hari. Kru sampai menangis pada saat proses syuting dilakukan di daerah Cirebon. Mereka terbayang dan sedih betapa kejamnya Vina yang tidak berdosa dibunuh secara sadis oleh geng motor.
"Dari mulai syuting kayak miris, tim sampai nangis atas kejadian yang dialami Vina. Saya juga nangis cuma saya berusaha tutup-tutupi karena saya malu," kata Anggi Umbara di bilangan Epicentrum Rasuna Said Jakarta Selatan,beberapa waktu lalu.
Anggy Umbara tertarik menjadi sutradara film Vina: Sebelum 7 Hari karena dia sendiri memiliki kedekatan secara emosional dengan Cirebon. Dia ingin hukum di Indonesia benar-benar ditegakkan dengan menghukum semua pelaku kejahatan yang terlibat dalam kasus pembunuhan Vina tanpa pandang bulu.
Karena pada kenyataannya sudah beberapa tahun atas kasus kematian Vina, masih ada beberapa orang pelaku pembunuhan keji dan sadis itu berkeliaran tanpa dilakukan proses hukum.
Sejak awal menggarap film Vina, Anggy Umbara tidak mau film ini menjadi karya fiksi. Oleh sebab itu, dia bersama tim melakukan penelusuran data sebelum mengeksekusinya menjadi film.
Data itu bukan hanya yang bersumber dari kepolisian atau persidangan, namun juga berdasarkan kesaksian sejumlah orang atas kasus pembunuhan Vina yang dilakukan secara keji.
"Pertengahan tahun lalu kalau nggak salah, kita ngobrol panjang dengan semua anggota keluarga. Dengan ayah dari almarhumah, dengan ibunya, mbak Marliana, dengan nenek waktu itu kurang sehat. Jadi pada waktu itu sudah ada photographic memory saya dan penulis karakternya akan seperti ini, dll. Jadi memang secara data lumayan akurat," paparnya.
Setelah menggali sejumlah informasi penting, juga dilakukan napak tilas ke sejumlah tempat kejadian yang menjadi saksi bisu di balik tragedi penganiyaan dan pembunuhan Vina.
"Kita benar-benar napak tilas ke tempat kejadian satu persatu sampai detail banget. Di semua tempat itu ada video dan foto-fotonya," beber Anggy Umbara.
Setelah itu, tim kemudian bekerja menentukan mana karakter yang perlu diangkat dan mana yang harus dihilangkan atau disamarkan.
"Kita disclaimer juga bahwa tidak semua karakter ada di dalam film ini. Ada yang sengaja kita samarkan, ada institusi yang kita samarkan di film ini," bebernya. (jp/raksul)