BANTAENG, RAKYATSULSEL - Menjelang Tahun Ajaran Baru 2024/2025, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Bantaeng pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sudah mulai merancang berbagai cara guna memikat hati para calon peserta didik. Salah satunya menyiapkan seragam batik gratis.
Pada 2024 ini, SMAN 2 Bantaeng menyiapkan 216 kouta atau 6 Rombongan Belajar (Rombel) untuk peserta didik baru 2024. Meski memiliki 10 Rombel yang kosong pihak SMAN 2 Bantaeng tidak ingin memaksakan untuk mencapai 10 Rombel tersebut.
“Enam kali tiga puluh enam ada 216 yah,” kata Kepala UPT SMAN 2 Bantaeng, Abdul Kadir saat ditemui di ruangannya, Jalan Hasanuddin, Kecamatan Bissappu.
“Kalau pengalaman tahun-tahun lalu kita tidak pernah cukup kouta disini, selalu kekurangan,” kata dia.
Pendaftaran terbagi menjadi beberapa jalur diantaranya zonasi, prestasi dan afirmasi. Sementara untuk perpindahan orang tua menurutnya di SMAN 2 Bantaeng tidak ada. “Kalau perpindahan orang tua kayaknya tidak ada disini yang ada anak guru,” kata dia.
Demi memaksimalkan pemenuhan kouta tahun ini pihak SMAN 2 Bantaeng sejak jauh hari sudah melakukan sosialisasi bahkan hingga ke daerah tetangga Kabupaten Jeneponto.
“Jauh-jauh kita sudah membentuk tim. Tim sosialisasi namanya, yang mengunjungi setiap SMP yang terkadang menjadi penyangga kita ada beberapa SMP di Rumbia, Sinoa sampai ke Tarowang Daerah Jeneponto,” kata dia.
Selain gencar sosialisasi SMAN 2 Bantaeng menyiapkan seragam batik gratis dari hasil patungan guru-guru untuk memikat minat calon peserta didik baru.
“Guru-guru disini patungan untuk memberikan baju batik gratis jadi anak-anak, seperti tahun lalu batik tidak ada yang dibayar disini, ini pemberian dari guru-guru,” kata dia.
Tidak hanya itu, SMAN 2 Bantaeng menawarkan berbagai ekstrakulikuler dapat dipilih peserta didik untuk mengembangkan kepribadiannya. “Kita menyajikan beberapa kegiatan ekstrakulikuler seperti Drumband, Pramuka, Paskibraka, Osis dan Palang Merah Remaja,” kata dia.
Dia juga menyampaikan, uniknya sekolah yang dipimpinnya meski berada pada pusat kota Bantaeng tapi peserta didiknya dominan anak-anak dari desa. “Boleh dikatakan anak-anak kita disini anak-anak nelayan dan petani,” kata dia. (Jet)