MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Figur-figur calon kepala daerah di Sulsel akan diwarnai oleh para calon yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kepala daerah maupun elite politik. Semua tersebar di kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan.
Namun, ambisi untuk memperpanjang kekuasaan kerap terbentur dari sisi elektabilitas dan popularitas. Trah pejabat tidak menjamin untuk terpilih. Bagaimana peluang para penerus ini untuk unggul dalam kontestasi elektoral?
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Profesor Firdaus Muhammad menilai bahwa para sanak kerabat kepala daerah dan mantan kepala daerah yang maju pilkada tujuannya mempertahankan kekuasaan di daerah masing-masing.
Menurutnya, persoalan jabatan adalah diinginkan sebagain orang, dan juga ada yang tak menginginkan pindah ke pihak lain.
"Jadi, melihat dinamika dan fenomena para klan, kerabat sanak keluarga yang maju di Pilkada 2024 adalah bagian dari bagaimana mempertahankan kekuasaan," kata dia.
Mantan Dekan Fakultan Dakwah dan Komunikasi itu menilai kembali pada keterpilihan masyarakat. Menurutdia, bila selama ini para cakada atau menjabat memberikan peyanan dan kenyamanan bagi masyarakat maka sudah tentu pilihan untuk dipertahankan tetap bisa berlanjut.
"Namun, sebaliknya. Jika masyarakat tidak merasa puas, maka sudah tentu akan menjadi pertimbangan untuk masyarakat menentukan pilihan pada figur lain," jelasnya.
Lebih lanjut, kata dia, untuk mengetahui tolak ukur mereka harus mengukur tingkat pengenalan (popularitas) dan keterpilihan (elektabilitas) figur-figur yang siap berkompetisi dalam pilkada 2024.
Nama-nama itu disaring dari sumber pemberitaan di media massa agar diketahui masyarakat luas. Karena berbeda dengan popularitas, saat ditanyakan apakah akan memilih figur yang dikenal tersebut jika mencalonkan diri sebagai kontestasi pilkada dari sisi elektabilitas.
"Ada kalanya, terjadi perubahan pilihan di kalangan pemilih. Itu terjadi karena responden yang kenal belum tentu memilih, sebaliknya yang memilih pasti sudah kenal baik," ujar Firdaus.
Bakal calon bupati Bone, Andi Rio Idris Padjalangi, menyampaikan bahwa dirinya siap akan maju menjadi calon di Pilkada Bone mendatang. Bahkan sudah mendaftar di beberapa partai.
"Kalau ditanya optimis, saya optimis maju. Semua orang percaya dan yakin pada diri sendiri. Saya pribadi, dengan dorongan semua pihak saya jadikan modal," kata Rio.
Adapun tagline yang dipakainya maju di Pilkada Bone 2024 adalah "Sipakario". Menurutnya itu merupakan hasil pemikirannya ketika sedang begadang, dan nama itupun menurutnya yang cocok karena mengikut namanya dibelakang.
Andi Rio Idris Padjalangi menyatakan, sudah bertemu silaturahmi warga masyarakat di Bone. Ia minta ijin kepada warga (Mappatabe) untuk tujuan menuju Pilkada 2024.
"Saya sempat bertanya langsung kepada warga mewakili 27 Kecamatan di Bone, apakah saya diijinkan untuk maju di Pilkada mendatang? Serentak warga menjawab siap. Itu dukungan dan motivasi ke saya. Untuk itu Insya Allah saya menyatakan untuk ikut menjadi proses demokrasi ke depan," ucapnya.
Nama Andi Rio Idris Padjalangi masuk bursa calon bupati di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Anggota Komisi III DPR RI itu, masuk posisi teratas dalam survei yang dilakukan beberapa lembaga. Andi Rio menambahkan bahwa sekali lagi, ia tidak munkin berjuang sendiri, maka sangat berharap banyak kepada teman, keluarga serta para warga Bone untuk memberikan dukungan.
"Apalagi saya sudah mendaftar, di PKB, PAN PKS, Demokrat dan partai lainya, mudah-mudahan kebersamaan ini dapat berjalan lancar. Saya sudah daftar di 5 partai," imbuh dia.
Sedangkan, Ketua DPD II Golkar Parepare, Erna Rasyid Taufan, istri mantan Wali Kota Parepare Taufan Pawe, mengaku siap maju di pemilihan wali kota (Pilwalkot) Parepare 2024 mendatang.
"Sebagai Ketua Golkar Parepare, sudah ada mandat Golkar saya harus siap menjalankan tugas. Kita berharap perjalanan untuk menyambut pesta demokrasi 2024 mendatang dimudahkan," kata Erna.
"Saya sebagai kader Golkar tentunya harus siap apapun keputusan partai dan semoga Allah izinkan sehingga dimudahakan," tambah dia.
Bakal calon bupati Luwu, Arham Basmin mengatakan sebagai putra daerah pasti dia menginginkan kemajuan daerah.
“Saya ingin mendorong kemajuan daerah dengan pengetahuan dan jaringan saya miliki,” kata Arham.
Dirinya menyebutkan jika keluarga besarnya sering mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Luwu untuk mengelola pemerintahan.
“Tapi paling penting bagi saya (maju) karena memiliki dorongan masyarakat (Luwu) dan itu tercermin dari survei,” ujar dia.
Bahkan, kata Arham, sebelum memantapkan diri maju Pilkada Luwu sebelum melihat survei dan ada satu dia anggap lebih bagus surveinya. “Saya juga sudah sampaikan tidak akan maju jika ada kandidat lain, keluarga lain yang surveinya diatas saya,” lanjutnya.
“Ada yang telah melakukan survei dan menyatakan masyarakat Luwu menginginkan kalau saya mengikuti kontestasi pilkada dan ini dasar saya bersedia untuk maju,” sambungnya.
Ketua NasDem Luwu ini menyebutkan jika dirinya maju juga atas perintah partai dan itu langsung dari Rusdi Masse. “Jadi ada perintah partai dan pak Rusdi Masse menginginkan ada kadernya berada di pucuk pimpinan,” tuturnya.
Mengandalkan nama orang tua, Basmin Mattayang yang pernah menjadi Bupati Luwu selama dua periode. Arham menyebutkan jika selama ini dia tidak banyak tinggal di Luwu, bahkan kata dia rumah jabatan bupati selama Basmin Mattayang memimpin lima tahun terakhir ini dia jarang datangi.
“Rumah jabatan bupati saja palingan baru lima kali saya injak, selama lima tahun ini,” sebutnya.
Bahkan, kata dia, tidak ingin memanfaatkan nama besar orang tuanya yang sudah menjalankan pemerintahan selama ini.
“Sampai sekarang pun saya tidak pernah kampanye bersama pak Basmin. Apalagi bapak sekarang (setelah menyelesaikan masa jabatan) lebih banyak di Jakarta, cuma do’a saja,” tutupnya.
Bakal calon bupati Enrekang, Mitra Fachruddin mengatakan dirinya maju di bumi Massenrengpulu karena ingin membangun kampung halaman.
“Saya kira sebagai putra daerah pasti ingin membangun kampung halamannya sendiri, ini juga kewajiban saya dan itu motivasi saya untuk maju,” kata dia.
Anggota DPR RI ini menyebutkan putra Enrekang yang ingin membangun daerahnya bermacam-macam, ada melalui ulama, bisnis. “Kalau saya ingin memajukan daerah melalui jalur politik dengan maju di Pilkada,” ujarnya.
Soal bapaknya, Muslimin Bando yang pernah menjadi bupati dua periode. Mitra menyebutkan itu bukan, tapi saat ini sudah ada dorongan masyarakat jika dia sudah pantas untuk maju. “Paling utama dorongnya masyarakat,” singkatnya.
Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam mengatakan majunya sejumlah figur bakal calon kepala daerah tersebut tidak terlepas dari keberadaan patron politik yang mereka miliki.
“Modal itu (orang tua) ikut memotivasi mereka untuk masuk ke gelanggang pertarungan di Pilkada,” katanya.
Bicara kans, kata Sandy,tentu peluang mereka cukup terbuka dengan sokongan patron di belakangnya. “Apalagi diantaranya masih menjabat sebagai kepala daerah. Namun rumus pilkada tidak sesederhana itu,” ujarnya.
“Medan pertarungannya begitu kompleks sehingga figur bacakada perlu banyak variabel elektoral untuk memenangkan pertarungan,” singkatnya.
Caleg Terpilih Harus Mundur
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, kembali menyampaikan perkembangan terbaru perihal nasib caleg terpilih 2024 yang akan maju di Pilkada serentak November mendatang. Beberapa waktu lalu, Ketua KPU, Hasyim Asy'ari mengumumkan jika caleg yang terpilih di Pemilu 2024, tidak harus mundur jika ingin maju di Pilkada. Alasanya, caleg yang wajib mundur adalah yang sedang menjabat 2019, bukan caleg terpilih 2024.
Penyataan itu, kini berubah kembali. Pihak Ketua KPU, Hasyim Asy'ari menyatakan, jika caleg terpilih Pemilu 2024 yang ditetapkan sebagai pasangan calon kepala daerah wajib mengajukan surat bersedia mundur sebagai caleg terpilih.
KPU menilai hal itu agar terdapat kejelasan dari status calon tersebut. Hal itu disampaikan Ketua KPU, Hasyim Asy'ari, dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2024).
Hasyim mengatakan aturan itu terdapat dalam Pasal 19 RPKPU tentang pencalonan pilkada. Sebagai informasi, pendaftaran pasangan calon kepala daerah dibuka pada 27-29 Agustus 2024. Selanjutnya, KPU akan melakukan penelitian dan verifikasi dokumen dan penetapan pada 22 September 2024.
Sedangkan, pelantikan anggota DPRD Provinsi Sulsel tangga 24 September. Serta pelantikan DPR RI dan DPD akan digelar pada 1 Oktober 2024. Lantas bagaimana respon figur caleg terpilih yang maju di Pilkada 2024.
Bakal calon Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin mengatakan bahwa hingga kini dirinya sudah tekad maju di Pilwalkot Makassar 2024. Sehingga apapun konsekuensi diputuskan KPU, dirinya sebagai kontestasi wajib ikuti.
"Saya sudah sampaikan berulang kali, tekad sudah bulat maju Pilwali 2024. Sebagai peserta pemilu pada kontestasi pilwali, apapun aturan KPU kita ikuti karena konsekuensi," ujar Munafri alias Appi.
Menurut Ketua DPD II Golkar Kota Makassar itu, memang perlu petimbangan matan untuk memilih tetap di DPRD atau maju Pilwali Makassar 2024. Hanya saja kata dia, pilihan itu sudah dipikirkan matang-matang, sehingga memutuskan maju di Pilwali Nobember mendatang.
"Hidup memang pilihan, jadi pilihan terbaik maju di Pilwali. Ini sudah direstui tim relawan serta kelurga," tuturnya.
Saat ini, ia sudah mendaftar di beberapa partai sebagai kenderaan di Pilwali Makassar. Selain mengamanakan kursi Golkar. Appi juga telah mendaftar di PKB, PKS, PAN.
"Kami optimis, bisa satukan Golkar koalisi dengan partai yang saya sudah daftar. Tentu.menjadi modal y kursi milik Golkar, bisa cari tambahan," tukasnya.
Sedangkan, bakal calon Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif enggan mengomentari soal adanya penyampaian terbaru KPU terkait caleg terpilih wajib mundur dan melampirkan surat pengunduran diri jika ditetapkam cakada nantinya.
"Kita ikuti saja perkembangan, nanti akan ada keputisan kami ambil," jelas Sekretaris DPW NasDem Sulsel itu.
Kendati demikian, sejauh ini Wakil Ketua DPRD Sulsel itu, menunjukkan keseriusannya untuk maju sebagai calon bupati (Cabup) Sidrap 2024.
Buktinya, dia telah mendaftar di PAN, PPP, Perindo Demokrat. Syaharuddin pun mengincar koalisi besar di Pilkada Sidrap mendatang. Tujuannya untuk melakukan komunikasi politik kepada semua partai.
Pria yang akrab disapa Syahar ini menegaskan tujuannya mendaftar ke banyak partai karena ingin mengajak partai dan warga menikmati momentum politik ini.
"Bagi saya Pilkada adalah upaya berkompetisi yang harus dilakukan dengan baik. Saya mau mengajak kepada semua elemen politik bahwa berpilkada itu berkompetisi hal-hal yang baik," tutur wakil ketua DPRD Sulsel ini.
Dia mengaku komunikasi dengan partai-partai terjalin dengan baik. Kedekatan dengan elit partai di Sulsel sudah dari dulu. Maka dia memastikan maju pilkada sebagai bentuk komitmen bersama untuk memperbaiki Kabupaten Sidrap, 5 tahun ke depan.
"Alhamdulillah komunikasi terus terjalin sampai saat ini, tidak menutup komunikasi dengan partai politik lainnya, sebagai bentuk komitmen bersama untuk memperbaiki Kabupaten Sidrap, 5 tahun ke depan," tutupnya.
Sedangkan, calon Wali Kota Makassar, Rahman Pina menegaskan, jika niatnya untuk maju di Pilwali Makassar sudah dilafazkan. Meskipun ada aturan mundur sebagai caleg terpilih. Niat bertarung itu kata dia, tentu sudah diikuti dengan pertimbangan terukur dan matang.
"Mundur atau tidak mundur, jika niat sudah dilafazkan, bismillah, gassfull. Saya Rahman Pina bukan coba coba," kata Ketua Komisi E DPRD Sulsel itu. (*)