Peran Ormas Perempuan Dalam Pencegahan Kematian Ibu dan Anak di Kota Makassar

  • Bagikan
Penulis : Syamsul Alam
Mahasiswa Program Doktoral Kesehatan Masyarakat UNHAS
Tim Peneliti Balitbangda Kota Makassar 2023 dan UIN Alauddin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Tantangan kesehatan ibu dan anak tetap menjadi fokus global, meskipun kemajuan telah dicapai dalam bidang kesehatan. Di banyak negara, terutama yang sedang berkembang, angka kematian ibu, bayi, dan balita tetap tinggi.

Kesenjangan dalam akses dan pelayanan kesehatan bagi perempuan hamil dan anak-anak masih signifikan, berdampak serius pada kesehatan mereka. Komplikasi selama kehamilan dan kondisi buruk saat kelahiran menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas.

Di Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi/Balita (AKB) tertinggi di Asia Tenggara. Pada 2022, AKI Indonesia masih sekitar 183 per 100.000 kelahiran hidup, jauh dari target WHO untuk mencapai 70 per 100.000 kelahiran hidup pada 2030, sementara AKB turun menjadi 16,9 per 1.000 kelahiran hidup.

Di Sulawesi Selatan, pada tahun 2020, AKI mencapai 85,95 per 100.000 kelahiran hidup, dengan AKB sebesar 4,87 per 1.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita sebesar 5,21. Di Kota Makassar pada tahun 2022, terdapat 21 kasus AKI dan 169 kasus AKB.

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa di Indonesia pada tahun 2021, kematian ibu disebabkan oleh berbagai faktor seperti tertularnya virus Covid-19, pendarahan, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung, infeksi saat melahirkan, gangguan metabolik, dan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan.

Status gizi yang kurang dan rendahnya asupan gizi ibu hamil menjadi penyebab utama kesehatan ibu dan bayi. Hasil Survei Kesehatan Nasional menunjukkan penurunan anemia pada ibu hamil dari 37,1% menjadi 28% dalam lima tahun terakhir, namun prevalensi risiko kekurangan energi kronis (KEK) masih tinggi, mencapai 17%.

  • Bagikan

Exit mobile version