Pusat tampaknya tidak ingin lagi kita di Sulsel dipimpin oleh kepala daerah bukan dari kalangan “high class capacity.” Karena bisa tidak seirama dengan gerakan cepat pemerintah pusat. Ini harus menjadi catatan bersama. Bukan hanya bagi masyarakat yang akan memilih pemimpin, tapi juga bagi calon-calon pemimpin daerah yang tengah menyiapkan diri.
Pasang cermin besar-besar, lalu bolak-baliklah berkaca. Tanya pada diri sendiri, “Apakah pantas ikut berkontestasi? Seberapa besar kapasitas yang dimiliki? Coba-coba bandingkan, apa sudah bisa lebih baik dari kinerja kepemimpinan Pak Bahtiar?” Karena pemimpin hasil pilkada tentu bukan Pj yang dengan mudah dibongkar pasang, sesuai selera.
Nilai diri baik. Apa pantas (sitinaja)? Atau jangan-jangan, sesungguhnya kita tergolong nirkapasitas. Kita hanya mengandalkan cukong, mengandalkan isi tas yang akan dihambur untuk membeli suara rakyat demi meraih kekuasaan semata, bukan untuk kesejahteraan rakyat dan kinerja standar tinggi, sebagaimana alasan rotasi Pj Gubernur kali ini.
Terakhir, untuk Pak Bahtiar, selamat bekerja di tempat baru. Kami menantikan lompatan-lompatan kinerja, bukan hanya bapak di tempat baru, tapi juga pengganti bapak di Sulawesi Selatan. Karena jika tidak sesuai harapan, DPRD Sulsel bisa lebih dinamis dibanding Sulbar.
Salamakki