PAREPARE, RAKYATSULSEL - Perpustakaan Al Ilmi MTs DDI Takkalasi dalam perjalanannya berkomitmen memberikan pelayanan prima dalam bidang literasi, berbagai upaya dan inovasi terus dilakukan sebagai bentuk upaya melayani para pecinta literasi.
Hal ini terlihat sejak pertengahan tahun 2023 Perpustakaan Al Ilmi kemudian memberi peluang kepada seluruh santri dan santriwati baik yang berada di tingkat MTs atau MA yang berada dalam lingkungan Pondok Pesantren Al Ikhlas Addary DDI Takkalasi untuk menerbitkan buku antologi puisi dan cerpen.
Pada pertengahan tahun 2023 beberapa judul buku diterbitkan diantaranya
- Lembayung Senja Di Atas Pesantren,
- Tak Kulepas Mahkotamu,
- Melahirkan Cinta Dalam Sanubari,
- Dari Santri Untuk Negeri
- Bersahabat tapi Tak Bersua.
Dan di awal tahun 2024 perpustakaan Al Ilmi MTs DDI Takkalasi kembali menerbitkan buku antologi bersama yang berjudul “Kuwakafkan Hidupku Untuk Santri” Sebuah kado istimewa yang dipersembahkan oleh para penulis yang notabene adalah alumni, untuk mengenang seorang tokoh kharismatik Anregurutta K. Muh Fashih Musthafa, BAyang tak populer di masanya, karena ketawadhuan dan kerendahan hatinya untuk tak tampil di atas mimbar memberikan tausiah dan ceramah dari satu tempat ketempat yang lain, beliau lebih memilih membersamai santrinya yang menimba ilmu kepada beliau hingga akhir usia beliau.
Yang menarik dari buku ini adalah karena para penulis menorehkan tulisannya dengan bahasa yang sangat sederhana, mengalir apa adanya, imajinasi tanpa rekayasa karena mereka melihat seorang tokoh yang sekaligus gurunya yang mampu membawa mereka pada alam yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. pernyataan ini kami simpulkan dari kehadiran beberapa penulis yang menjadi narasumber pada acara Bedah Buku “Kuwakafkan Hidupku Untuk Santri” Kamis 23 Mei 2024” di halaman Pondok Pesantren Al Ikhlas Addary DDI Takkalasi.
Para narasumber hadir dengan menanggalkan status sosial yang disandangnya dan berbaur dengan para alumni dan santri yang hadir pada acara bedah buku tersebut.
Diantaranya Dr. Budiarti A. Rahman, S.HI.,M.H yang menjabat sebagai Lektor Kepala, Dosen Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah) Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, Dr. Baso Pallawagau, Lc,. MA Ketua Prodi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fak. Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, Taufiq Saifuddin,S.Pd Seorang konsultan Politik yang berdomisili di Jakarta dan Amiril Mueminin, S.Pd.I., M.Pd. Kepala MA dan badal di Pondok Pesantren Al Imam Ashim Makassar dan Tri Astoto Kodarie selaku kurator buku.
Para tamu undangan dan seluruh santri dan alumni yang hadir pada acara tersebut seakan hanyut, mereka sangat takjub dan menikmati untaian-untaian kalimat yang keluar dari lisan-lisan para narasumber, tak ada suara yang terdengar, mereka sangat menikmati dan menghayati penuturan yang sangat ikhlas dan santun.
Saya mengutip kalimat yang disampaikan oleh moderator Bedah Buku “Kuwakafkan Hidupku Untuk Santri” Juhri Al Banjari yang dikutip dari buku yang berjudul “Menjadi Gurunya Guru Sahabatnya Murid” Karangan Abu Firly Bassam Taqiy Mengubah Batu Menjadi Permata. Itulah batu! Nilai akhir tergantung siapa dia dipertemukan.
Semakin hebat daya kreasi dan imajinasi penggarap batu, semakin tinggi pula nilai akhirnya. Jika batu itu bertemu dengan Poniran seorang pekerja pemecah batu. Berubahlah sebongkah batu menjadi pecahan batu pondasi yang sudah ada harganya. Dan jika sebongkah batu bertemu dengan seorang Yayan yang seorang pembuat cobek, maka sebongkah batu itu akan menjadi beberapa cobek. Nilainya pun sedikit lebih tinggi. Namun bandingkan kenaikan nilai sebongkah batu setelah disulap oleh tangan terampil Francois Auguste Rene Rodinatau yang lebih dikenal dengan Auguste Rodin, adalah seniman pematung asal Perancis.
Auguste Rodin seorang pengukir duniayang mengukir batu menjadi patung Perunggu The Thinker yang terkenal dan tak ternilai harganya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyatakan Anregurutta adalah Gurunya guru sahabatnya murid abad ini yang mampu mengubah bongkahan-bongkahan batu menjadi permata yang tak ternilai harganya.
Santri tetap santri di hadapan gurunya. Sehebat apapun seorang santri akan tetap menempatkan diri pada posisi yang tepat di hadapan gurunya.
Ketawadhuan santri turun temurun diwariskan oleh para Guru dan Anregurutta.
Karakter santri yang begitu melekat dengan akhlak dan kedisiplinan adalah bentuk nyata dedikasi dan peran para guru dan Anregurutta. (*)