MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai-partai politik di Sulawesi Selatan telah membuka pendaftaran bakal calon kepala daerah. Saat ini, sejumlah partai telah masuk dalam tahapan uji kelayakan dan kepatutan figur yang telah melamar. Meski begitu, tiga partai politik di Sulawesi Selatan memilih memilih 'jual mahal' dalam menentukan kandidat yang akan diusung di pemilihan kepala daerah serentak, November 2024.
Gerindra dan Golkar menutup total pendaftaran penjaringan figur. Adapun NasDem--meski mendominasi kemenangan pemilu di Sulsel- lebih akomodatif meski cuma membuka penjaringan di sebelas daerah. NasDem sadar, di sejumlah daerah tersebut masih butuh partai koalisi untuk mengusung pasangan kandidat.
Partai NasDem menutup total pendaftaran bakal calon untuk pemilihan calon gubernur Sulsel. Perolehan 17 kursi di parlemen provinsi menjadi alasan utama karena tanpa berkoalisi dengan partai manapun, NasDem sudah bisa mencalonkan pasangan kandidat.
Di Kota Makassar, NasDem juga begitu. Walaupun syarat perolehan kursi belum mencukupi untuk mengusung pasangan kandidat, namun NasDem memilih pasif. Modal delapan kursi menjadikan partai ini diincar banyak partai lain untuk berkoalisi mendorong satu paket kandidat.
Beda halnya dengan Gerindra dan Golkar. Dua partai ini memilih tak menjaring bakal calon kandidat. Golkar jauh-jauh hari telah mempersiapkan figur baik untuk Pilgub Sulsel maupun pilkada 24 daerah. Golkar mengeluarkan surat tugas kepada seluruh kader potensial di daerah untuk mempersiapkan diri di Pilkada Serentak 2024.
Sekretaris Gerindra Sulsel, Darmawangsyah Muin menyatakan pihaknya telah memutuskan tak membuka penjaringan bakal calon kepala daerah di semua tingkatan. Menurut dia, partai akan prioritaskan kader internal untuk diusung.
Menurut Darmawangsyah, sekitar 70 persen kader Gerindra akan maju di pilkada 24 daerah. Dia mengatakan, penentuan mengusung figur berdasarkan pengamatan hasil survei dan analisis peluang di daerah masing-masing.
"Supaya lebih elegan, kami ingin mengusung calon yang benar-benar melalui hasil analisa yang matang," imbuh dia, Kamis (23/5/2024).
Darmawangsyah mengatakan, hasil analisa figur akan didiskusikan dan ditawarkan kepada partai-partai yang akan diajak untuk berkoalisi.
"Kami cukup percaya diri membangun koalisi tanpa harus membuka pendaftaran bakal calon," ujar dia.
Sementara itu, NasDem Sulsel hanya membuka pendaftaran di 11 daerah dan menutup pintu bagi pendaftar di 13 kabupaten dan kota. Sekretaris NasDem Sulsel, Syaharuddin Alrif mengatakan, terbukanya pendaftaran di sebelas daerah tersebut karena syarat jumlah kursi untuk mengusung kandidat belum tercapai.
"Sedangkan 13 daerah lain sudah memenuhi syarat untuk mengusung kader internal," kata Syaharuddin.
Adapun daerah yang tidak buka pendaftaran yakni Kabupaten Pangkep, Barru, Sidrap, Pinrang, Luwu, Makassar, Enrekang, Jeneponto, Bulukumba, Selayar, Parepare, Lutim, dan Palopo. Sedangkan, daerah yang membuka pendaftaran untuk koalisi dengan partai lain yakni Gowa, Takalar, Bone, Wajo, Luwu Utara, Luwu Timur, Toraja Utara, Tana Toraja, Maros, Sinjai, dan Bantaeng.
Menurut dia, meskipun 11 daerah NasDem membuka pendaftaran bakal calon kepala dan wakil kepala daerah, namun partai tidak akan melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon tersebut.
"Berkas pendaftaran akan diplenokan di tingkat DPW. Hasilnya diteruskan ke DPP untuk memutuskan figur yang akan diusung," beber Syaharuddin.
Dia mengatakan, NasDem akan memutuskan dan mengumumkan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang akan diusung pada pertengahan Juli.
Di Pilgub Sulsel, NasDem dipastikan tidak akan membuka pendaftaran. Syaharuddin mengatakan telah menyiapkan kader potensial untuk posisi calon gubernur maupun calon wakil gubernur.
Sikap 'jual mahal' tiga partai itu dinilai sebagai intrik politik kedua partai tersebut dalam menarik perhatian partai lainnya. Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Profesor Sukri Tamma, menilai keputusan tidak membuka penjaringan dan memilih mengusung kadernya sendiri dikarenakan hitung-hitungan politiknya bisa memenangkan pertarungan lima tahunan tersebut, utamanya jika melihat komposisi perolehan kursi di legislatif.
"Kalau mengedepankan kader ada dua hitungan, pertama mereka cukup yakin kadernya punya daya tawar, sehingga suka atau tidak suka pasti ada partai lain yang akan bergabung. Dan kedua mereka juga yakin, hitungannya adalah mereka yakin bahwa partai-partai lain dengan melihat posisi misalnya Nasdem saat ini utamanya di Sulsel itu cukup bagus perolehan suaranya sehingga mereka cukup yakin beberapa partai pasti akan datang pada mereka," ujar Sukri.
Meski begitu, Sukri menyebut, keputusan tersebut biasanya bukan sesuatu yang sudah final. Apalagi jika melihat pengalaman-pengalaman sebelumnya, sejumlah partai yang awalnya menutup diri pada akhirnya membuka ruang bagi partai lain untuk koalisi, terlebih di akhir-akhir masa pendaftaran bakal calon.
Dalam perjalanan, situasi politik dinilai sangat elastis sehingga keputusan yang sekarang bisa saja berubah mengikuti ritme perpolitikan yang ada. Terlebih, kata Sukri, prinsip dasar setiap partai politik ikut dalam kontestasi Pilkada adalah mengusung yang menang baik kader maupun bukan kader.
"Situasi ini dalam beberapa pengalaman bukan hal yang final-final amat, karena mereka juga kan masih melihat situasi sampai pendaftaran di akhir awal September. Karena tentu hitungan rasional dari partai politik bisa saja mereka berubah di ujung, apalagi jika melihat dalam dinamika menuju pendaftaran itu ada hal yang memaksa mereka mengubah kebijakannya. Dalam tanda petik harus menyesuaikan diri dengan kondisi politik yang ada," jelas Sukri.
"Saya kira juga ini bagian dari strategi untuk menyatakan ke partai-partai lain kalau mau ke kami silakan, tapi kami punya kader. Tapi sekali lagi ujungnya akan ada evaluasi kembali, apakah ini memang tetap bertahan seperti itu dengan posisi konstelasi yang ada atau kemudian ada penyesuaian kebijakan, karena ini masih sangat terbuka," ujar Sukri.
Menurut Sukri, posisi pasang badan Nasdem, Gerindra, dan Golkar tidak terlepas dari banyaknya perolehan kursi yang didapatkan pada Pileg 2024 lalu, termasuk di Sulawesi Selatan. Sehingga ketiga partai tersebut meyakini partainya akan dibutuhkan partai-partai lain dalam Pilkada serentak yang akan berlangsung.
"Tentu saja ini bagian dari strategi dan mereka yakin akan didatangi partai lain untuk koalisi. Tapi paling penting mereka sangat dibutuhkan karena mereka punya kursi dan pasti orang akan melirik mereka. Kursi Nasdem, Golkar, dan Gerindra di beberapa daerah tentu akan menjadi nilai tawar yang penting untuk partai lainnya," ucap Sukri.
Danny Kembalikan Formulir
Wali Kota Makassar Danny Pomanto mengembalikan formulir ke Partai Demokrat Sulsel. Kedatangan Danny disambut oleh Ni'matullah. "Ini menunjukkan kalau Danny serius maju di Pilgub Sulsel," kata Ni'matullah.
Dirinya menyebutkan Demokrat dan Danny Pomanto punya sejarah bagus. Danny mengendarai Demokrat saat maju sebagai calon wali kota di periode pertama. Ni'matullah mengatakan, sejarah Danny Pomanto di Pilwali Makassar bisa saja terulang kembali di Pilgub Sulsel.
Adapun, Danny menegaskan ada dua hal menarik dari kedatangannya di Partai Demokrat, yakni bersama dan menang. "Awalnya saya memang bersama Demokrat dan menang," kata dia.
Danny menyinggung tagline Partai Demokrat di Pilkada serentak 2024, yakni Beradab dan Solutif. Dia mengatakan tagline tersebut sangat cocok dengan dirinya.
"Tagline Beradab dan Solutif sangat cocok dengan saya. Beradab itu menunjukkan Baik untuk Semua, kemudian solusi jelas punya pengalaman," kata Danny.
Selain Demokrat, Danny juga secara serentak mengembalikan formulir di PKB, PAN, PPP, PKS.
Sementara itu, Partai Demokrat Sulawesi Selatan mulai menggelar uji kelayakan dan kepatutan untuk bakal calon bupati dan wakil bupati Pilkada Serentak 2024. Di hari pertama, tercatat ada 15 kandidat calon bupati maupun wakil bupati yang diuji kelayakan oleh Demokrat di Hotel Claro Makassar mulai Rabu (22/5/2024).
Sederet figur yang ikut fit and proper test ini di antaranya, bacalon Bupati Toraja Utara Yohanis Bassang atau Ombas, kandidat Pilkada Bantaeng Nurkanita Kahfi, hingga Suaib Mansur dari Luwu Utara (Lutra).
Kepala Bakomstra Demokrat Sulsel, Moch Hasymi Ibrahim mengatakan, uji kelayakan dan kepatutan ini sebagai salah satu syarat wajib untuk mengendarai partai berlambang bintang mercy di Pilkada 2024.
"Tidak mungkin ada yang diusung tanpa melalui prosedur fit ini. Kita memang mencari yang patut dan pantas untuk diusung, sesuai slogan kita politik beradab dan solutif," kata Hasymi.
Hasymi menyebut, tahapan ini akan diikuti 100 lebih kandidat yang telah mengembalikan formulir pendaftaran pada desk pilkada Demokrat di kabupaten-kota. Para panelis yang menguji kandidat berasal dari internal Demokrat Sulsel. Dua di antaranya yang terlihat di lokasi adalah Wakil Ketua Demokrat Sulsel Zulkarnain Paturuni dan juga Ian Latanro.
Dari pantauan di lokasi, setiap kandidat diuji kelaikan dan kepatutannya kurang-lebih 1 jam. Penyelenggara menyiapkan 4 ruangan untuk mewawancarai kandidat. Di hari pertama ini, Demokrat menguji calon bupati maupun wakil bupati dari 5 daerah yaitu, Gowa, Takalar, Toraja Utara, Bantaeng dan Luwu Utara.
"Para kandidat tanya tentang visi dan misinya, kemudian bagaimana komitmennya terhadap Demokrat jika nantinya diusung dan terpilih," kata Hasymi.
Sementara itu, calon petahana bupati Toraja Utara, Yohanis Bassang mengaku optimis akan diusung Demokrat yang punya 5 kursi di DPRD asalnya.
"Saya daftar di semua partai yang membuka pendaftaran, termasuk Demokrat. Kami harap Demokrat bisa bersama nantinya," ujar Ombas, sapaan politikus Golkar itu.
Fit and proper test yang digelar Demokrat Sulsel jadwalkan berlangsung sampai 26 Mei. "Tapi kemungkinan akan lebih lama," tandas Hasymi.
Sedangkan, bakal Calon Wakil Bupati Toraja Utara, Jufri Sambara telah mengikuti fit and proper tes di DPD Partai Demokrat Sulsel, memberikan harapan. Anggota DPRD Sulsel dari Partai Demokrat ini mengaku realistis dalam menghadapi Pilkada Toraja Utara. Dia hanya mengincar posisi wakil bupati. Jufri optimis Demokrat dapat mengusungnya di Pilkada, apalagi partai besutan Agus Harimurti Yudhoyono itu mengutamakan mengusung kader di Pilkada.
"Saya sangat yakin diusung Demokrat karena saya kader yang sudah beberapa periode sebagai anggota DPRD fraksi Demokrat dan juga saya betul-betul mau membesarkan Demokrat. Tentunya partai tidak mungkin mensia-siakan kadernya," ujar dia.
Jufri juga mengaku, sudah ada tiga bakal calon bupati Toraja Utara yang ingin menjadikan Jufri sebagai wakilnya. Meskipun sejauh ini Jufri masih merahasiakan tiga nama tersebut.
"Tiga calon itu ingin melamar karena mereka tahu bahwa saya punya potensi. Di Toraja Utara itu terbagi dua zona, zona kota dan zona pegunungan. Ketiga nama itu semuanya berasal dari zona kota, hanya saya dari gunung, makanya kami dianggap potensi," ujar dia.
Tiga bakal calon bupati Toraja Utara telah mendaftar di Demokrat, mereka adalah, Yohanes Bassang, Dating Palembangan dan Frederik Victor Palimbong. (suryadi-fahrullah-isak pasa'buan/C)