MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Meskipun hujan gerimis turun sejak pagi di wilayah Makassar, para peserta program hapus tato tetap bersemangat hadir di Posko Mahtan yang terletak di Jalan Hertasning V, Nomor 16, Kota Makassar, Minggu (2/6/2024).
Ketua Masyarakat Hijrah Tanpa Nama (Mahtan), Abdul Azis, mengungkapkan bahwa program ini telah konsisten berjalan selama lima tahun dan memberikan manfaat besar bagi warga Makassar dan Sulawesi Selatan (Sulsel) pada umumnya.
"Program yang iskamah berjalan sejak lima tahun lalu hingga saat ini. Alhamdulillah sudah banyak dirasakan oleh warga Makassar dan Sulsel pada umumnya," ujar Azis.
Manfaat dari kegiatan hapus tato ini bukan hanya terlihat secara fisik tetapi juga spiritual. Para penerima manfaat diharuskan menambah hafalan surah mereka, selain surat yang telah ditentukan yaitu Surah Ar-Rahman. Setiap kali melakukan treatment hapus tato, peserta menyetorkan hafalan mereka sebanyak 10 ayat. Bahkan, pada kegiatan hari ini, ada peserta yang langsung menyetorkan hafalan empat surah.
"Kegiatan treatment lanjutan hapus tato ini juga sangat terasa manfaatnya bagi penerima manfaat, utamanya bisa menambah hafalan surahnya. Bahkan hari ini ada peserta yang langsung setorkan empat surah," ujar Azis.
Adapun peserta treatment lanjutan yang dilaksanakan di Posko Mahtan rata-rata peserta lanjutan, baik yang ada di Kota Makassar, maupun dari daerah lain. Ada yang datang langsung dari Polman, Sulawesi Barat (Sulbar) dengan jumlah peserta yang terlayani sebanyak 40 orang. Terdiri 30 peserta pria, dan 10 peserta perempuan.
Azis menghimbau untuk para penerima manfaat agar tetap mengikuti kegiatan treatment ini dengan sabar dan tetap berdoa semoga apa yang telah dilaksanakan dan diikuti dapat berjalan dengan baik dan tatonya pun akan hilang.
"Kegiatan treatment hapus tato di Posko Mahtan tiap bulan dilaksanakan dan kegiatan ini terbuka untuk umum plus gratis," imbuh dia.
Sekadar diketahui, Mahtan atau Masyarakat Hijrah Tanpa Nama merupakan salah satu yayasan yang melakukan dakwah melalui hapus tato gratis. Alasan berdakwah lewat jalur ini adalah untuk memberikan ruang kembali bagi mereka yang memiliki tatto, mengingat stigma negatif dari sebagian masyarakat terhadap orang yang menggunakan tato masih begitu tinggi.
Azis yang merupakan penggagas Mahtan menuturkan, mulanya hanya berbasis komunitas namun seiring waktu telah beralih menjadi sebuah Yayasan. Awal terbentuknya Mahtan sekitar tahun 2019 lalu. Saat itu, kata dia, bersama rekan-rekannya sering mengadakan kajian keagamaan. Dalam kajian itulah beberapa peserta yang sering hadir memiliki tato.
"Kami lihat banyak teman-teman yang ikut memakai lengan panjang, banyak tatonya. Sepertinya mereka juga risih, sehingga kami melihat ini fenomena bahwa ada orang-orang yang mau melepaskan diri dari hal seperti itu (tato)," ujar dia.
Mereka yang bertato ini disebut ingin hijrah dan menghapus tatonya. Hanya saja terkendala masalah biaya. Mengingat alat penghapus tato nilainya tak main-main, bahkan ada yang sampai miliaran rupiah. Selain harganya mahal, mereka juga tidak mengetahui tempat untuk menghapus tato.
Atas dasar itulah Azis berkeinginan untuk memberikan mereka kesempatan menghapus tato secara gratis. Dan beruntung, saat Azis bersama Ihsan Kitta mengikuti kegiatan Hijrahfets di Jakarta menemukan jalannya. Saat itu ada salah satu stand yang menyediakan layanan hapus tato gratis.
"Di situ saya lihat ada salah satu stand hapus tato gratis. Rupanya mereka suatu organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial, terutama hapus tato. Dari situlah kami mulai konsultasi dengan mereka dan mendapat titik temu bahwa ada alatnya yang bisa kami beli dan tidak terlalu mahal. Apalagi selama inikan kami yang bergelut di dunia kedokteran mengenal alat itu (hapus tato) mahal sekali, bahkan ada yang sampai milliaran atau di atas lima ratu jutaan," sebutnya.
"Hingga akhirnya ada alat yang nilainya sekitar Rp 100 juta yang mereka pakai. Saya bersama dengan dokter Ihsan Kitta di Jakarta, saya bilang Bismillah kita beli ini alat, dan habis lebaran (2019) kita jalan. Tahun itu akhirnya kami mencoba mengumpulkan donasi, dan hanya mampu mengumpul sepertiganya, mungkin hanya sekitar 30 juta," sambung Azis.
Dikarenakan sudah diniatkan sejak awal, Azis pun mewujudkan hal itu dengan membeli alat hapus tato, meskipun proses pembayarannya dilakukan secara bertahap. Namun seiring waktu, dikatakan, sejumlah donatur mulai ikut berpartisipasi membantu membeli sejumlah peralatan yang dibutuhkan.
Selain itu, Azis menceritakan, pemberian nama Masyarakat Hijrah Tanpa Nama yang disingkat Mahtan dengan alasan anggota yayasan ini semuanya sama. Mereka yang bergabung tidak membawa nama juga aliran apapun.
"Tidak bawa nama apapun, aliran apa silahkan masuk kita sama-sama melakukan kegiatan sosial di samping kami juga niatkan bahwa ini juga alat untuk berdakwah," imbuh dia. (isak pasa'buan/C)