MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar Roadshow Movie Day yang merupakan bagian dari kegiatan Anti-Corruption Film Festival (ACCFEST) 2024.
Di gelar di Cinepolis Phinisi Point Mall, Makassar menjadi kota ke tiga penyelenggaraan ACCFEST setelah di Aceh dan Medan.
Melalui kegiatan ini, KPK mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan korupsi dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, yaitu melalui film.
Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardiana, mengatakan sejak 2013 ACFFEST bertahan hingga hari ini karena tingginya antusiasme masyarakat dalam mengikuti festival film ini. Tahun lalu, tercatat lebih dari 900 orang mendaftarkan diri dan berpartisipasi. Hal ini bukti bahwa ACFFEST dapat bertahan karena masyarakat.
“Teman-teman yang masih mempertahankan diri bahwa membuat film antikorupsi ini menarik,” ujar Wawan dalam Talkshow Movie Day di Cinepolis Phinisi Point, Makassar, Jumat (7/6/2024).
Wawan menyampaikan pentingnya upaya pemberantasan korupsi melalui penanaman nilai antikorupsi. Sosialisasi dan kampanye lewat media audio visual seperti film menjadi salah satu upaya yang dianggap efektif oleh KPK.
“Tingkat keberhasilan penyampaian pesan dengan audio visual hingga mencapai 90%. Lewat film, KPK ingin melakukan upaya pendidikan dengan penyampaian pesan nilai antikorupsi,” kata Wawan.
Sutradara dan penulis naskah film Filosofi Kopi, Surat dari Praha, Love for Sale, Nussa, Keluarga Cemara 2, Irfan Ramli, yang juga menjadi narasumber dalam talkshow ini mengatakan seorang film maker harus memiliki alasan untuk membuat film.
“Film itu dibuat bukan tanpa maksud, karena kita punya sesuatu yang ingin disampaikan untuk diekspresikan. ACFFEST sangat menarik karena memuat nilai antikorupsi, jenis film yang harus punya moral story,” kata penerima penghargaaan Penulis Skenario Adaptasi Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2023 itu.
Dalam kesempatan ini Irfan juga berbagi tips untuk membuat film pendek yang menarik bagi para calon peserta ACFFEST 2024. Menurutnya, selain memiliki tujuan, peserta harus fokus dengan pesan yang ingin diutarakan.
“Semakin bisa fokus dengan apa yang mau dibicarakan, maka akan bisa bikin film yang semakin kuat,” Katanya.
Ia lalu mencontohkan seperti salah satu film yang diputar dalam Movie Screening yang berjudul ‘Titip Sendal’. Film besutan sineas Pontianak ini bercerita tentang Ibu Lilik yang menitipkan antrian ke menantunya dengan menaruh sandal di kegiatan vaksin massal. Menantunya merupakan salah satu pegawai di Puskesmas.
“Film ini tidak akan menarik ketika yang menitipkan sandal hanya satu orang. Tapi dengan ada banyak orang yang menitipkan sandal, penonton jadi tersampaikan bahwa hal itu dianggap lumrah. Padahal kalau itu terjadi massif dampaknya bisa sangat buruk,” Ujar Irfan.
Selain film ‘Titip Sendal’, para tamu undangan yang merupakan pelajar, mahasiswa, media, dan komunitas pegiat film juga disuguhkan film ‘Gombal from Home’, ‘Air Mata Penyesalan’, dan ‘Labirin Lembusora’. (Hikmah/B)