MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Utusan cerita menjadi petugas pendamping haji, suka duka menjadi satu lembaran pengalaman, apalagi pemberangkatan sudah usai, para Petugas Panitia Penyelenggaraan Ibadah haji (PPIH) akan merindukan kesibukan yang menjadi ibadah itu.
Salah satu Petugas PPIH Embarkasi Makassar, Kamaruddin Natsir menyampaikan dirinya selama bertugas menjadi petugas haji selalu dapat memetik pelajaran setiap harinya.
Lebih banyak membimbing para jemaah calon haji (JCH) yang masuk kategori lansia, tentu tak hanya kesabaran yang harus dijaga juga pada kesehatan fisik, sebab sebagian besar mobilitas para JCH lansia harus didukung dengan para PPIH.
Bahkan kata dia, waktu istirahat yang biasa dirinya luangkan harus tersita beberapa jam untuk menjadi PPIH.
Ia melanjutkan, dirinya lebih banyak membimbing Talbiyah para JCH yang akan berangkat ke Tanah Suci, sementara jam pemberangkatannya tidak satu jadwal saja.
“Membacakan doa Talbiyah sebelum pelepasan jamaah itu tidak kenal waktu maksudnya tidak menentu jamnya tapi rata rata ini tengah malam dan subuh orang lagi enaknya tidur harus terbangun untuk membacakan doa untuk para jemaah,” bebernya.
Bahkan makna dari talbiyah sendiri menjadi pengobatnya, sebab dirinya membimbing para tamu-tamu Allah.
“Aku datang yaa Allah aku datang, itu arti talbiyah yang menjadi semangat saya,” ucapnya.
Ia mengutarakan, kebahagiaan tentu dirasakan para petugas PPIH dapat memberikan pelayanan kepada tamu Allah di semua usia.
Namun kata dia, acapkali untuk JCH lansia butuh penanganan yang lebih sabar dan pengertian lagi, sebab jika para JCH lansia diingatkan untuk sesuatu yang bersifat penting, para PPIH malah mendapat teguran dari para Lansia.
“Jadi kami harus sabar kalau dapat marah dari lansia, karena walaupun bagaimana mereka kami anggap sebagai orang tua kami,” paparnya.
“Kita merespon dengan ketawa-ketawa saja kita memaklumi kondisi mereka, apalagi mereka capek dari daerah yang jauh masuk di asrama haji, jadi itu yang terpenting bagi kami,” kuncinya. (Abu/B)