MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Figur-figur bakal calon wali kota Makassar terus memburu rekomendasi partai politik untuk menjadi kendaraan pada pilkada serentak, 27 November 2024. Ada yang telah mengunci rekomendasi, ada pula yang mengklaim sudah mendapat restu. Tensi perebutan rekomendasi juga terjadi karena sejumlah calon diperkirakan akan saling sikut demi menarik perhatian partai politik.
Salah satu figur yang telah mengantongi rekomendasi adalah Indira Yusuf Ismail. Istri Danny Pomanto, Wali Kota Makassar itu mendapat dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan yang punya lima kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar. Pemberian rekomendasi dalam bentuk B1-KWK dilakukan di kantor DPP PPP Jakarta, Rabu (12/6/2024).
Wakil Ketua Umum PPP, Ermalena mengatakan bagi PPP tentu hanya satu kata Indira ini harus memenangkan Pilwali Makassar 2024. "Indira akan kami kawal untuk menang. Insyaallah pada 2024 akan jadi wakil kota," kata Ermalena.
Dia menegaskan rekomendasi PPP kepada Indira sudah 100 persen. Dalam pedoman organisasi PP Nomor 13, nama yang dikirim oleh DPC ke DPP sudah melalui prosedur yang tetap.
"Dukungan ini sudah final, Kami memberikan surat berdasarkan PO Nomor 13," ujar dia.
Pada kesempatan ini, Indira menyampaikan rasa syukur karena diberikan kesempatan oleh PPP untuk kendaraan maju di Pilwali 2024. Ia berjanji akan melengkapi syarat usungan koalisi parpol lain.
"Alhamdulillah semoga ini bisa kita tunaikan dan kita akan berjuang untuk menang insyaallah," ucap Indira.
Kini rekomendasi PPP sudah aman dengan modal lima kursi. Istri Wali Kota Makassar itu membutuhkan lima kursi tambahan untuk memenuhi syarat usungan yakni 10 kursi. Kabarnya PDIP yang memiliki 5 kursi juga memberi sinyal akan menyerahkan rekomendasi.
Sebelumnya, Partai Hanura telah memberikan rekomendasi kepada bakal calon Wali Kota Makassar, Indira Yusuf Ismail. Surat rekomendasi tersebut diserahkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Hanura Sulawesi Selatan, Amsal Sampetondok.
Ketua TP PKK itu mengaku, komunikasi dengan semua figur lain terjalin intens. Karena bagian dari penjajakan koalisi."Semua tentu harus dipertimbangkan baik, karena prosesnya belum selesai, semua pasti mau survei dulu," katanya.
Indira mengaku melakukan komunikasi dengan figur lainnya seperti Rahman Pina, Rahman Bando, dan Munafri Arifuddin. Terkait pasangan calon kata Indira ia menyerahkan kewenangan tersebut kepada partai politik pengusung. Kata dia, tentu masih dipertimbangkan.
"Karena prosesnya belum selesai. Apalagi partai sendiri punya survei internal, jadi kita mau tunggu hasilnya dulu. Dan ini bukan maunya kita, partai tentu juga akan berkoalisi," ujar dia.
Begitu juga dengan statusnya, apakah menjadi 01 atau 02 dalam kontestasi ini akan menjadi perbincangan di kalangan parpol. Intinya, kata Indira, target sekarang ini adalah mencukupkan partai untuk bisa mendapatkan kendaraan politik menuju Pilwali Makassar.
"Targetnya yaitu jika cukup (syarat untuk maju Pilwali), kita juga berharap ke depan kerja sama. Jadi kalau lebih banyak partai itu lebih baik," imbuh dia.
Rahman Bando adalah mantan birokrat di Pemkot Makassar. Sedangkan Rahman Pina adalah politisi Golkar yang kini duduk di DPRD Sulsel. Keduanya satu rumpun keluarga Massenrempulu Kabupaten Enrekang, bahkan mereka juga tergabung dalam HIKMA (Himpunan Keluarga Massenrempulu), merupakan organisasi Paguyuban Masyarakat, Kabupaten Enrekang.
Rahman Bando sudah dua kali bertemu Wali Kota Makassar, Danny Pomanto dan Indira. Pertama pada Rabu, 29 Mei 2024 di kediaman pribadi Danny Pomanto, Jl. Amirullah, hadir Indira Yusuf İsmail. kemudian terbaru pada Senin, 10 Juni 2024 di Kantor Wali Kota. RB melakukan pertemuan empat mata bersama Danny Pomanto tanpa hadir Indira.
"Kami silaturahmi sama pak wali. Dalam rangka membangun silaturahmi. Juga menghadapi momentum Pilkada serentak, bagaimana kelanjutan pembangunan di Makassar kedepan," ujar dia.
Mantan Kadis Perikanan Kota Makassar itu menyampaikan bahwa ia datang menemui Danny sebagai warga Makassar. Ia mengakui bahwa pembahasan bersama Wali Kota terkait pembangunan serta hal yang berkaitan kebutuhan masyarakat ke depan.
"Saya warga Makassar beliau wali kota saya, jadi kan kalau warga datang ke pemimpinan. Kemarin kami diskusikan banyak hal kepentingan pembangunan dan masyarakat," ucap Rahman Bando.
Dia tak menampik, kedatangannya sekaligus membicarakan suasana politik di Makassar sekarang ini.
"Apalagi saya ini ada niat untuk ikut kontestasi di Pilkada Makassar 2024 ini, beliau sebagai wali kota dua periode punya segudang pengalaman di dalam memanage Makassar," katanya.
Rahman Bando juga sempat membicarakan paket duetnya dengan Indira. Menurut dia, semua kemungkinan bisa terjadi. Dia menyampaikan, posisinya dengan Indira sama-sama sedang menyakinkan masyarakat.
Ia berharap parpol yang ada bisa memberikan dukungan kepada dirinya untuk maju dalam Pilwali Makassar. Tentu partai politik ini juga melihat peluang figur yang memiliki kans menang dengan ukuran elektabilitas, nah ketika itu pasti turun survei.
"Survei ini baru mau dilakukan partai ukurannya nanti menunggu hasil yang dilakukan baik partai maupun figur," ujar dia.
Sedangkan, Rahman Pina juga memiliki jalan untuk bertemu keluarga Danny Pomanto sebagai wali kota. Tujuannya melirik Indira sebagai pasangan nantinya.
Pertemuan pertama tanggal Mei 29, 2024 di kediaman Danny Pomanto. Hadir langsung Indira dan Danny Pomanto. Kemudian Jumat tanggal 7 Juni 2024, RP dan Indira kembali bertemu di Jakarta, hadir juga Wali Kota mendampingi istrinya.
Terbaru, keduanya kembali bertemu di kantor DPD PDI Perjuangan Sulawesi Selatan, Jalan Gunung Bawakaraeng. Minggu, 9 Juni 2024. Ini sama-sama ikut fit and proper test sehingga Indira tidak didampingi Danny Pomanto.
Rahman Pina tak membantah kalau pertemuan beberapa kali dengan Indira terselip pembahasan terkait dengan Pilwali Makassar. Apalagi keduanya memiliki keinginan untuk maju bertarung di kontestasi lima tahunan di Makassar itu.
"Sudah pasti bicara Pilwali, tapi lebih urusan silaturahmi," kata peraih suara terbanyak di dapil Makassar B pada Pileg 14 Februari lalu.
Dia mengakui membahas politik apalagi menjelang perhelatan Pilwali Makassar. Hanya saja, kata dia, pembicaraan bukan cuma seputar politik semata, tapi juga pembangunan.
"Ya pastilah ada cerita politik. Bagaimana Makassar ke depan, karena yang baik baik itu harus dilanjutkan. Makassar itu kota besar, kota terbesar terdekat dari IKN, posisinya sangat strategis ke depan, butuh pemimpin yang bukan yang baru mau coba coba," sambung dia.
Klaim Seto Restu DPP
Sementara itu, mantan Bupati Sinjai Andi Seto Gadhista Asapa (ASA) klaim sudah didukung oleh DPP Gerindra untuk maju di pemilihan wali kota (Pilwalkot) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). ASA mengaku segera menetapkan pasangannya dalam waktu dekat untuk mewujudkan dukungan itu dalam bentuk rekomendasi.
Hal itu disampaikan Seto usai bertemu dengan Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
"Kebetulan kami dipanggil menghadap oleh Ketua Harian DPP Gerindra Bapak Sufmi Dasco Ahmad mempertanyakan sosialisasi di Makassar, mempertanyakan keadaan di Makassar, mempertanyakan bagaimana potensi di Makassar," ujar Seto.
Dia mengaku dalam pertemuan itu melaporkan perkembangan sosialisasinya ke masyarakat. Dia berharap dalam satu bulan kedepan sudah ada sikap resmi dari Gerindra untuk usungan di Pilwali Makassar.
"Alhamdulillah kami laporkan hal-hal yang sudah kami lakukan, beliau menyambut hangat dan insyaallah kami mendapatkan dukungan penuh dari beliau," ujar dia.
Soal rekomendasi, lanjut Seto, memang merupakan kewenangan penuh DPP Gerindra. Dia mengaku sisa menetapkan calon pasangan sebelum diberi rekomendasi resmi.
"Masalah rekomendasi tentu ini menjadi kewenangan ketua umum tetapi pada dasarnya kami sudah mendapatkan dukungan penuh dari DPP untuk maju sebagai calon wali kota makassar," kata dia.
"Tinggal memang masih ada proses kita menunggu karena keluarnya rekomendasi dibutuhkan pasangan. Kami berharap mudah-mudahan beberapa hal yang saya sampaikan tadi (pasangan) bisa kami pastikan dalam waktu dekat," tambah dia.
Soal sosok pasangan, dia mengaku masih intens berkomunikasi dengan sejumlah figur potensial yang juga akan maju di Pilwalkot Makassar. Dia tak ingin gegabah dan menunggu komunikasi pimpinan partainya di pusat. Pasalnya, Makassar merupakan barometer politik di Sulsel bahkan Indonesia timur.
"Kami masih berkomunikasi dengan semua calon. Kami melihat hasil rekomendasi dari pimpinan karena memang Kota Makassar ini seperti kita ketahui bersama merupakan salah satu kota pusat perhatian dari banyak partai sehingga komunikasi antar pimpinan ini menjadi penting," kata dia.
Menurutnya, komunikasi pimpinan antar partai di pusat akan banyak menentukan arah koalisi di Pilwali Makassar. Apalagi Gerindra di Makassar hanya enam kursi, butuh tambahan empat kursi untuk membangun koalisi.
"Ini bukan tempat yang kecil merupakan barometer sulsel bahkan indonesia timur. Sehingga untuk rekomendasi di Makassar tentu akan banyak kami bergantung ke pimpinan partai," ujar dia.
Golkar di Pilgub Sulsel
Sementara itu, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar sampai saat ini belum mengeluarkan rekomendasi terhadap kader mereka. Dimana di beberapa daerah masih ada lebih satu orang kader mereka ingin menjadi orang nomor satu.
Mereka adalah Andi Ina Kartika Sari, Mudassir (Barru), Fachrudin Rangga, Zulham Arif (Takalar), Munafri Arifuddin, Rahman Pina (Makassar, Usman Marham, Abdillah Natsir (Pinrang), Erna Rasyid Taufan, Andi Nurhaldin (Parepare), Victor Datuan Batara, John Rende Mangontan (Tana Toraja) Suardi Haseng, Andi Muhammad Ikram (Soppeng) dan Andi Rio Fashar Padjalangi, Andi Syamsiar Halid (Bone).
Bakal calon bupati Soppeng, Suwardi Haseng mengatakan Golkar akan mengusung berdasarkan survei dan saat ini smeneara berporses dan sudah mendapatkan surat tugas dari partai berlambang pohon beringin riang.
“Mungkin bulan tujuh atau delapan sudah ada yang pasti mengendarai Partai Golkar, karena Golkar terbuka juga,” kata dia.
Soal dirinya ditolak oleh Kaswadi yang merupakan ketua DPD Golkar Soppeng. Anggota DPRD Sulsel ini menyebutkan jika dirinya dengan Andi Kaswadi dia seniornya. “Saya berada di Golkar karena beliau dan saya kita baik-baik saja,” singkatnya
Bakal calon bupati Pinrang, Abdillah Natsir mengatakan walau dirinya tidak mendapatkan surat tugas, namun itu kata dia hanya sebagai formalitas dan itu bisa berubah.
“Saya memang tidak mengurus surat tugas karena saya fokus pada Pileg DPR RI. Tapi saya maju sebagai bupati karena dorongan elemen dan saya memiliki peluang, “ katanya.
Dirinya menyebutkan jika Golkar saat ini melakukan survei, baik perorangan maupun paket. Sehingga dia optimis bisa meraih restu dari partai berlambang pohon beringin rindang. “Kita sama-sama bekerja dan saya saat ini fokus untuk maju sebagai 01,” ucapnya.
Bahkan saat ini dirinya berupaya untuk bisa mendapatkan partai tambahan, karena Golkar hanya memiliki 6 kursi sementara untuk ikut bertarung minimal 8 kursi.
“Saya internal komunikasi di semua Parpol yang membuka pendaftar, baik itu PPP, PKB, Gelora, Hanura dan PDI Perjuangan,” ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Profesor Sukri Tamma mengatakan jika adanya beberapa kader Parpol itu merupakan persaingan dan dinamika politik. “Dan pastinya semua kandidat berupaya untuk mendapatkan rekomendasi,” kata dia.
Dirinya menyebutkan adanya kader maju pasti sangat selektif dan mana barangkali yang paling cocok untuk diusung. Apalagi di beberapa daerah tidak bisa mengusung sendiri jagoan mereka.
“Dia harus negosiasikan dengan partai politik lain yang mana kader mereka cocok untuk berkoalisi dan harus ada dia pertimbangkan,” jelasnya. (suryadi-fahrullah/C)