MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pendaftaran ke Komisi pemilihan Umum (KPU) masih menyisakan kurang lebih dua bu. Beberapa pendatang baru hampir dipastikan akan meramaikan Pemilihan Walikota Makassar pada November nanti, sehingga pendatang baru perlu diwaspadai.
Chief Operating Officer (COO), Archy Research and Strategic, Muh Fitriady menyebutkan, jika dirinya telah melakukan survei pada 4-14 Juli kemarin. Dimana ada sekitar tiga pendatang baru hampir dipastikan meramaikan pesta Demokrasi di Pilwalkot Makassar 2024 dan ketiganya perlu diwaspadai kandidat yang sudah punya pengalaman bertarung di Pilwalkot 2020 lalu.
Dalam survei tersebut dia mengumpulkan data dari 1.692 responden yang tersebar di 15 kecamatan di Kota Makassar, dengan penyebaran proporsional di berbagai kalangan masyarakat.
Survei ini memiliki Margin of Error sebesar 2,38% dan Confidence Interval sebesar 95%, yang menunjukkan tingkat kepercayaan tinggi terhadap hasil yang diperoleh. Metodologi survei dilakukan secara ketat untuk memastikan akurasi dan representativitas data yang dikumpulkan.
“Ada tiga pendatang baru yang perlu diwaspadai oleh pemain lama, Adi Rasyid Ali, Andi Seto dan Ahmad Susanto,” kata Muh Fitriady saat melakukan rilis survei di kantor Archy Research and Strategic di kantornya, Rabu (19/6/2024).
Dirinya menyebutkan ketiganya saat ini lebih internal melakukan sosialisasi dengan melakukan door to door ke masyarakat. Seperti Ara sapaan Adi Rasyid Ali yang baru mengikuti kontestasi Pilwalkot Makassar setelah menjadi wakil rakyat kurang lebih 15 tahun.
“Kami memilihat Ara, Seto dan Ahmad Susanto skarang dia sudah jalan baik turun ke lapangan maupun melalui media sosial,” ujarnya.
Sementara pendatang lama, seperti Munafri Arifuddin sudah gagal menjadi menjadi orang nomor satu di Kota Daeng ini sudah dua kali mengikuti kontestasi politik. Begitu juga Rusdi Abdullah yang pernah bertarung Pilwalkot Makassar 2013 lalu dan Rahman Bando mendampingi Appi pada Pilwakot 2020.
“Pergerakan pemain lama terbaca seperti Pilwakot sebelumnya,” ucapnya.
Namun kata dia, masyarakat yang belum menjawab dan tidak mau menjawab masih tinggi, hingga 37.30 persen dan ini masih kemungkinan berubah satu maupun dua pekan kedepan.
“Pemain lama dan pemain baru masih dibawa angka (tidak menjawab), kekuatan menaikan popularitas jangan bandingkan 10 tahun lalu, tapi dengan adanya media sosial bisa mengangkat popularitas dengan memanfaatkan media sosial, walau pemain lama memainkan juga,” bebernya.
“Pemain lama, kalau memakai gaya lama bisa ketinggalan, karena Pemilih di Makassar setengahnya pemilih milenial dan generasi Z,” jelasnya. (Fahrullah/B)