MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Figur-figur yang berminat ikut dalam kontestasi pemilihan gubernur Sulawesi Selatan sejatinya fokus mengejar dukungan partai, ketimbang berburu bakal calon pendamping.
Alih-alih untuk mencari pasangan calon, untuk lolos sebagai peserta pun, belum ada figur yang mendapat garansi dari partai politik dalam bentuk surat rekomendasi.
Bahkan, pasangan yang sudah mendapat dukungan partai, Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi, pun hingga saat ini statusnya masih 'menggantung'.
Danny Pomanto, misalnya, belum pasti punya partai untuk maju namun diwacanakan sudah sibuk 'gonta-ganti' pasangan. Terbaru, Wali Kota Makassar itu dikabarkan tengah melirik satu figur dari Luwu Raya yakni Marga Taufiq, seorang jenderal pensiunan tentara.
Sebelumnya, santer beredar bahwa Danny 'mengajak' Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani untuk berpasangan maju di Pilgub Sulsel. Dalam berbagai kesempatan keduanya selalu terlihat 'mesra'. Pun, telah beredar flyer tagline DIA (Danny-Indah) untuk memastikan duet ini bisa tercetak di surat suara nantinya.
Belakangan, paket Danny-Indah diisukan tidak jadi karena ada figur potensial lain yakni Marga Taufiq yang juga putra asli Luwu Raya-Toraja. Marga disebut-sebut sudah lama di internal Partai Gerindra dan merupakan salah seorang yang dekat dengan Prabowo Subianto.
Danny merespons kemungkinan paket dengan Marga. Menurut dia, nama Marga masuk dalam simulasi pasangan yang akan dipotret melalui survei.
"Semua kemungkinan simulasi bisa terjadi. Pokoknya, bagi saya yang penting menang," ujar Danny, Rabu (19/6/2024).
Danny mengatakan, baik Indah maupun Marga, masuk dalam simulasi pasangan. Menurut dia, tidak jadi soal siapa nantinya yang akan menjadi pasangannya asal bisa menang di Pilgub Sulsel.
"Buat apa maju kalau tidak menang,"imbuh dia.
Danny berharap nantinya proses demokrasi di Sulsel bisa berjalan dengan baik dan sehat. Dia menyatakan menolak menggunakan cara-cara yang tidak bermoral dan cenderung saling merugikan.
"Saya berjalan soft dan tak over acting. Saya berprinsip tidak boleh mau sekali, dan tidak boleh tidak mau," ucap Danny.
Dia menanggapi kemungkinan mendapatkan kendaraan dari Partai Gerindra, pascabertemu dengan Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Aras pada lebaran Iduladha lalu. Menurutnya, komunikasi dengan partai tersebut sangat terbuka dan cair.
Sekretaris Badan Pengurus Wilayah (BPW) Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) Sulsel, Asri Tadda mengatakan, Marga salah satu figur terbaik dari Luwu terbaik saat ini.
"Dari aspek kecakapan dan kepemimpinan diandalkan untuk Sulsel. Dia juga menjadi representasi geo-politik Luwu Raya dan Toraja Raya," kata Asri.
Direktur Profetik Institute, Muhammad Asratillah berpandangan sosok Marga, merupakan figur yang masih belum begitu populer di telinga masyarakat Sulsel. Dia mengatakan, pemicunya karena belum masifnya sosialisasi yang dilakukan ke publik.
"Sehingga bila dia digadang-gadang berpasangan dengan Danny, maka harus mempercepat langkah-langkah branding diri, mengingat waktu yang semakin singkat," kata Asratillah.
Menurut dia, Marga secara geopolitik bisa mewakili Sulawesi Selatan bagian utara. Namun yang menjadi pertanyaan apakah nama yang bersangkutan sudah cukup populis dan berterima di wilayah yang dianggap basis elektoral tersebut.
"Tentunya popularitas dan akseptabilitas bisa didongkrak melalui kerja-kerja politik yang masif," imbuh dia.
Asratillah mengatakan, Partai Gerindra sebagai partai pemenang Pilpres, akan menjadi partai yang seksi untuk dikendarai di Pilgub Sulsel nanti. Sehingga, kata dia, bila Danny mau diusung oleh Gerindra akan bergantung pada bargaining politik di antara elite di pusat.
"Begitu pula dengan kemungkinan pasangan Danny dengan Marga, ini bergantung pada keputusan politik Prabowo Subianto selaku Ketua Umum Gerindra," ujar Asratillah.
Manager Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam menyebutkan, Danny saat ini harusnya lebih fokus mengamankan partai politik untuk memenuhi syarat dukungan maju di Pilgub Sulsel.
"Upaya menemui Iwan Aras tentu kaitannya dalam rangka untuk meyakinkan Gerindra," kata Nursandy.
Menurut dia, wacana pasangan Marga dengan Danny tetap perlu diuji kebenarannya. Nursandy mengatakan, bila hal itu pun benar, maka wacana majunya Iwan Aras di Pilgub Sulsel belum sepenuhnya bulat.
"Hingga hari ini, yang bisa disimpulkan sementara bahwa Gerindra mengalami dinamika di internal dan itu hal yang biasa terjadi jelang masa pendaftaran. Apalagi Gerindra berstatus sebagai partai pemenang Pilpres. Tetapi lambat laun saya kira publik akan mengetahui siapa figur yang akan diusung oleh Gerindra," ujar Nursandy.
Sementara itu, Ilham Arief Sirajuddin mengatakan sejauh ini belum menentukan figur yang akan diajak mendaftar ke KPU pada Agustus nanti. Dia mengaku lebih fokus untuk memburu partai politik sebagai kendaraan untuk bertarung.
“Belum ada (kandidat wakil). Fokus dulu di partai,” kata IAS.
Namun, mantan wali kota Makassar dua periode ini pun menyebutkan sudah melakukan pertemuan dengan beberapa orang yang memiliki potensi untuk bersama. Namun dirinya tidak ingin menyebut nama-nama tersebut.
“Saya sudah mulai penjajakan calon wakil, tapi jangan dulu saya sebut,” ucap IAS.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Makassar, Andi Ali Armunanto, mencari pendamping juga sama pentingnya mencari partai pengusung. Sebab, kata dia, calon pendamping itulah nantinya yang akan dijadikan salah satu rujukan partai politik dalam memberikan dukungan.
"Karena figur pendamping itukan nantinya yang akan dibawa sebagai proposal ke partai politik. Dan partai politik juga acuannya adalah elektabilitas pasangan dalam simulasi survei yang dilakukan. Karena semakin cepat dia menentukan pasangannya maka semakin cepat namanya muncul dalam stimulasi pemasangan survei," ujar Ali.
"Dengan demikian elektabilitasnya lebih gampang terbangun dan dengan bermodalkan survei itu mereka membuat proposal ke partai untuk dijadikan usungan. Makanya memang, kalau kita perhatikan itu penting, para kandidat ini mencari pasangan tempat," sambung dia.
Ali menjelaskan, selain figur kosong satu, figur kosong dua juga disebut jika diperhatikan sama-sama sibuk mencari pendamping. Seperti yang dilakukan Adnan Purichta Ichsan, dalam beberapa postingannya di media sosial pribadinya, dia terlihat melakukan pertemuan dengan sejumlah figur bakal calon kosong satu dan kosong dua Gubernur Sulsel.
"Figur kosong dua juga gencar mencari koneksi dan relasi untuk dipasangkan. Misalnya Adnan yang upload foto dengan Indah (Indah Putri Indriani), dengan AIA (Andi Iwan Darmawan Aras (AIA), ketemu Pak Danny dan terakhir ketemu Pak Amran Sulaiman, itu menunjukkan figur favorit kosong dua pun masih bergerilya, termasuk Indah. Makanya memang sekarang kelihatan lebih gencar mengurus masalah pasangan karena ini nanti yang akan menentukan apakah dia layak untuk dideklarasikan dalam proses kandidat atau tidak," terangnya.
Selain itu, Ali juga menjelaskan, periode Juni dan Juli ini memang dimanfaatkan untuk mencari pasangan yang tepat. Terlebih, para partai politik sejauh ini disebut masih menahan rekomendasinya untuk diberikan ke figur yang bakal diusung.
Ali menilai, waktu sekarang ini turut dimanfaatkan para figur untuk mendongkrak elektabilitas yang bisa dijadikan jualan dalam menggaet partai politik.
"Kita lihat partai-partai sekarang justru menahan semua rekomendasinya, bahkan Nasdem sendiri yang di awal sudah mengumumkan ternyata masih menahan rekomendasi. Atau Golkar yang mengatakan bahwa nanti awal bulan delapan menjelang pendaftaran kandidat baru diumumkan calonnya. Jadi memang waktu ini digunakan figur untuk memompa elektabilitas, kedua adalah menguatkan konsolidasi supaya kekuatan politiknya menjadi lebih terkonsolidasi, itu yang terjadi sekarang," imbuh Ali.
Kandidat Pilwali Makassar
Sementara itu, lembaga survei Archy Research and Strategic melansir hasil survei bakal calon wali kota Makassar. Lembaga ini mencatat ada tiga figur pendatang baru yang patut diwaspadai.
“Tiga pendatang baru yang perlu diwaspadai oleh pemain lama yakni Adi Rasyid Ali, Andi Seto, dan Ahmad Susanto,” kata Direktur Operasional Archy Research and Strategic, Muhammad Fitriady, Rabu (19/6/2024).
Dirinya menyebutkan ketiga sosok itu masif melakukan sosialisasi dengan melakukan door to door ke masyarakat. Seperti Adi Rasyid Ali yang baru kali ini mengikuti kontestasi Pilwalkot Makassar setelah menjadi wakil rakyat kurang lebih 15 tahun.
“Kami memilihat Adi, Seto, dan Ahmad sudah turun ke lapangan maupun gencar melalui media sosial,” ujar dia.
Adapun pendatang lama, seperti Munafri Arifuddin, Rusdi Abdullah, dan Rahman Bando, kata Fitriady, gerakannya lebih terbaca seperti Pilwali Makassar sebelum-sebelumnya.
“Karena mereka sudah pernah menjadi kontestan sebelumnya," imbuh dia.
Survei Archy digelar pada 4-14 Juni. Dalam survei itu mengumpulkan data dari 1.692 responden yang tersebar di 15 kecamatan di Kota Makassar, dengan penyebaran proporsional di berbagai kalangan masyarakat.
Survei ini memiliki margin of error sebesar 2,38 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Metodologi survei dilakukan secara ketat untuk memastikan akurasi dan representativitas data yang dikumpulkan.
“Pemain lama dan pemain baru masih dibawa angka (tidak menjawab), kekuatan menaikan popularitas jangan bandingkan 10 tahun lalu," ujar dia.
“Pemain lama, kalau memakai gaya lama bisa ketinggalan, karena pemilih di Makassar setengahnya pemilih milenial dan generasi Z,” sambung dia.
Sementara itu, Danny Pomanto memastikan bahwa istrinya Indira Yusuf Ismail akan maju sebagai calon wali kota setelah mendapatkan rekomendasi dari Partai Persatuan Pembangunan.
"Calon pendamping Indira ada dua figur dari partai politik. Dua nama ini baru mau disurvei," kata Danny.
Alasan Danny membidik calon dari dua partai yang dimaksud karena jika digabungkan dengan Indira yang telah menerima rekomendasi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), akan memenuhi syarat koalisi. Meski begitu, Danny masih merahasiakan kedua nama tersebut.
Adapun Indira mengatakan, dirinya siap mendampingi siapa saja yang akan menjadi usulan partai koalisi. Tentu menjadi pertimbangan adalah survei.
"Saya dalam kondisi harus siap dan menanti hasil survei," kata dia.
Mengenai soal posisi 01 atau 02, Indira menyebutkan tetap mengikuti hal yang menjadi keputusan bersama. Hanya saja, saat ini masih fokus maju sebagai calon wali kota.
"Survei yang menentukan, sama seperti kalau orang tanya 01, kosong 02, nah, semua itu mesti diskusikan dengan partai pendukung. Kecuali kita yang putuskan sendiri dan tidak butuh orang lain, itu lain soal," ujar dia.
"Ya memang kita mau 01 karena mau maju nanti. Tapi bergantung perkembangan ke depannya," sambung Indira. (suryadi-fahrullah-isak Pasa'buan/C)