MAKASSAR. RAKYATSULSEL - Rencana Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Golkar untuk berkolaborasi di pemilihan wali kota Makassar belum sepenuhnya bisa terwujud.
Gabungan partai yang mengusung tagline koalisi 'Pisang Ijo' tersebut terancam tidak dapat bersama hingga proses pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
PKB menimbang tiga nama potensial, sedangkan Golkar masih pilah-pilih figur untuk dijadikan sebagai bakal calon wakil wali kota.
Selentingan kabar mengemuka, PKB tengah merapat ke Partai Gerindra.
Koalisi 'Pisang Ijo' digagas sejak awal oleh PKB dan Golkar. Pisang merujuk pada Partai Golkar yang punya simbol warna kuning.
Adapun ijo atau hijau merupakan warna keagungan dari PKB. Pisang Ijo sendiri merupakan penganan khas Bugis-Makassar.
Namun, kelanjutan koalisi ini pun terasa jalan di tempat. PKB sibuk menjaring tokoh potensial yang diperkirakan bisa diusung jadi calon wali kota.
Sedangkan Golkar, melalui ketuanya Munafri Arifuddin alias Appi belum menentukan untuk menggandeng figur dari PKB untuk dijadikan sebagai wakil.
Padahal, Golkar dan PKB bisa saling mengisi dalam Pilwali Kota Makassar. Di DPRD Makassar, Golkar hanya punya enam kursi dan PKB lima kursi. Bila kedua partai ini bergabung maka telah memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon.
Keretakan Koalisi Pisang Ijo dibantah oleh Ketua PKB Makassar, Fauzi Andi Wawo. Menurut dia, koalisi tersebut masih memungkinkan untuk berlanjut.
"Itu rencana koalisi ini retak, tidak benar. Koalisi Pisang Ijo tetap berjalan dan peluangnya untuk tetap bersama masih sangat besar," ujar Fauzi, Senin (24/6/2024).
Meski begitu, Fauzi mengaku pihaknya tidak akan terburu-buru menentukan figur yang akan diusung oleh PKB.
"Target kami ingin menang sehingga penjajakan terus dilakukan. Menurut kami Appi salah satu figur calon wali kota yang punya elektoral," imbuh Fauzi.
Fauzi mengatakan, PKB Makassar dan PKB Sulsel telah mengerucutkan tiga dari sepuluh nama figur untuk bertarung di Pilwalkot Makassar 2024. Hasil itu diambil dari uji kelayakan dan uji kepatutan yang digelar beberapa waktu lalu.
"Saat ini sudah masuk tiga besar. Mereka akan kami survei," kata Fauzi.
Sebelumnya, ada sepuluh figur yang mendaftar ke PKB Makassar. Mereka yakni Munafri Arifuddin, Abdul Rahman Bando, Indira Yusuf Ismail, Andi Seto Gadhista Asapa, Nasrun, Adi Rasyid Ali, Amri Arsyid, Irwan Adnan, Najmuddin, dan Ahmad Susanto. Menurut Fauzi pihaknya menggandeng Lembaga Survei Indonesia (LSI) untuk memetakan tingkat keterpilihan tiga kandidat hasil seleksi.
Fauzi tak menyebutkan tiga figur tersebut. Namun, sejumlah informasi menyebutkan tiga nama tersebut yakni Munafri Arifuddin (APPI), Andi Seto Gadhista Asapa, dan Indira Jusuf Ismail.
"Rencana survei mulai digelar pada Juli nanti," beber dia.
Fauzi menyebutkan, tiga nama yang akan masuk survei itu akan disiapkan untuk bisa berpaket dengan Ketua PKB Sulsel, Azhar Arsyad yang bersiap untuk jadi calon wakil wali kota.
Menurut dia, pihaknya telah menjalin komunikasi kepada tiga nama itu bahwa siapa pun yang terpilih untuk diusung akan sepakat untuk berpasangan dengan Azhar.
Dikonfirmasi terpisah, Munafri Arifuddin alias Appi juga membantah bubarnya Koalisi Pisang Ijo. Menurut dia, komunikasi tetap berlanjut hingga saat ini.
"Koalisi Pisang Ijo tidak pernah berhenti. Saya sampaikan seandainya keputusannya ada di Makassar, maka selesai ini barang (segera berkoalisi)," imbuh Appi.
Menurut dia, sejatinya pembicaraan di tingkat DPC selesai atau final. Hanya saja, keputusan akhir untuk berkoalisi ada di tangan DPP.
"Pengambilan keputusan mereka (PKB) juga bertingkat. Kami tidak bisa kita memaksa partai lain secara internal untuk menentukan arah koalisi karena pasti punya hitung-hitungan dan cara tersendiri," ujar pemenang surat tugas sebagai bakal calon wali kota Makassar dari Partai Golkar itu.
Appi menuturkan meskipun punya modal enam kursi di DPRD Makassar, namun masih butuh teman koalisi. Oleh sebab itu, ia mendaftar dan mengikuti semua tahapan di enam partai yang membuka penjaringan, termasuk ke PKB.
"Semua tahapan yang dibuka oleh partai lain, saya ikuti. Misalnya di Demokrat, Hanura, Perindo, PKS, dan PAN," ujar Appi.
Appi memastikan masih melakukan penjajakan untuk mencari bakal calon wakil wali kota Makassar yang akan mendampinginya maju di Pilwalkot 2024.
"Saya tidak memilih calon pendamping yang jiwanya bisa untuk jadi wali kota, tapi yang memang siap untuk jadi wakil. Paling pertama harus punya kemampuan, menjadi wakil, tidak semua orang bisa jadi wakil. Kalau potensinya jadi 01, tapi diambil sebagai 02 itu bisa runyam," kata Appi.
Appi mengaku berhati-hati dalam menentukan pasangan, apalagi posisi wakil wali kota merupakan jabatan yang strategis. Kriteria jadi wakilnya, yakni figur yang punya kemampuan dan kepribadian yang mencitrakan dirinya sebagai wakil.
Dia lantas menganalogikan maju di Pilwalkot ibarat lomba lari estafet. Pasangan yang diajak berkontestasi harus bisa sama-sama berlari kencang.
Appi mengklaim sudah punya gambaran calon pendamping dengan melihat hasil survei.
Sejumlah figur yang muncul di survei itu pun sudah berkomunikasi dengannya dalam rangka penjajakan duet di Pilwalkot Makassar. Appi hanya menegaskan akan memilih kandidat yang memang sesuai dengan kriterianya selama punya peluang untuk menang.
"Bahwa ada yang mengajak bicara, kita berkomunikasi dengan beberapa orang. Kalau menutup diri, orang lain pasti salah menginterpretasikan," ujar dia.
Appi mengatakan membuka komunikasi agar ada ikatan hubungan secara emosional sebelum berpasangan. Perpaduan yang baik saat berpasangan diharapkan memberi dampak positif.
"Kalau umpamanya pasangan tidak klop bisa merugikan. Apapun latar belakangnya yang penting bisa sama-sama. Tidak ada yang bisa dilakukan selain melihat peluangnya. Bagaimana caranya? Itu yang akan kami ukur," imbuh dia.
Adapun, Sekretaris Golkar Makassar, Abdul Wahab Tahir mengatakan memberi sepenuhnya kepada Appi untuk menentukan figur bakal calon wakil wali kota.
Wahab tak mengomentari mengenai nasib dan kelanjutan Koalisi Pisang Ijo. Menurut dia, Golkar saat ini membutuhkan partai tambahan, karena belum memenuhi syarat untuk mendaftar ke KPU.
"Golkar punya enam kursi dan berupaya menggenapkan menjadi sepuluh kursi untuk memenuhi syarat," imbuh dia.
Dia mengatakan, sudah ada partai yang hampir menyatakan siap untuk berkoalisi. "Tapi kurang etis kalau saya yang harus sampaikan," tukas dia.
Sementara itu, Direktur PT Indeks Politica Indonesia (IPI) Suwadi Idris Amir melihat Golkar maupun PKB memiliki potensi untuk berkoalisi.
"Tapi saya membaca PKB lebih cenderung ingin bersama dengan Gerindra," imbuh Suwadi.
Menurut Suwadi, arah politik PKB masih sangat dinamis sebagai partai yang cukup seksi dengan modal lima kursi di DPRD Kota Makassar. Selain itu, PKB juga terlihat legawa untuk menempati kursi sebagai wakil wali kota.
"PKB saya kira tidak perlu khawatir karena salah satu partai dan memiliki figur seksi untuk diperebutkan, misalnya, oleh Appi melalui Golkar dan Seto melalui Gerinda," ujar Suwadi.
Suwadi menilai, yang perlu dilakukan PKB saat ini yakni memantau pergerakan politik jagoan partai lain,khususnya mereka yang bulat untuk maju sebagai calon wali kota.
"PKB harus juga melihat calon yang penerimaan dan surveinya cukup bagus di publik," ucap dia.
Pakar politik dari Universitas Hasanuddin, Tasrifin Tahara menyebutkan, koalisi 'Pisang Ijo' merupakan sebuah tagline unik dan memiliki brand tersendiri bagi masyarakat urban di Kota Makassar.
"Apalagi disematkan ke Golkar-PKB. Saya kira koalisi Golkar-PKB meski beda haluan dalam koalisi pilpres tapi sangat memungkinkan terjadi di Makassar," ujar Tasrifin.
Menurut Tasrifin, pada level pilwali Makassar koalisi Golkar-PKB sangat memungkinkan karena beberapa faktor seperti visi politik dan figur yang akan diusung.
"Elite Golkar dan PKB Makassar memiliki kedekatan emosional, antara Munafri dan Fauzi adalah generasi yang sama dan sesama alumni Unhas," ujar dia.
Menurut dia, Golkar dan PKB pada pemilu lalu berhasil dalam memperoleh kursi dan sangat signifikan.
Selain itu, simbol-simbol yang ditonjolkan keduanya sangat dekat dengan kelompok milenial urban. Untuk partai lain peluang untuk gerilya sangat memungkinkan sepanjang ada kesamaan visi dan platform dalam menghadapi pilwali kota Makassar.
Sedangkan, Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia (PPI) Ras Md menyatakan banyak nama yang mengemuka akan maju pada Pilwali Makassar dengan latar belakang politik maupun dari birokrasi. Utamanya, kata dia, yang politikus dan banyak yang terpilih pada pemilu lalu.
"Ini menjadi tantangan tersendiri dari mereka jika ingin bertarung dalam kontestasi Pilwali mendatang," ujar Ras.
Dia mengatakan, mereka yang dinyatakan terpilih di legislatif harus mundur bila ingin bertarung di Pilkada.
Artinya apa, kata dia, cukup besar konsekuensi yang akan diterima terima bila memutuskan maju dalam Pilkada.
"Kalau saya menghitung, dari kalangan politisi terpilih yang berani ikut dalam kontestasi Pilwali, hanya Munafri Arifuddin yang berani maju," kata Ras.
Ras menguraikan, Pilwali Makassar 2024 merupakan momentum baik Munafri alias Appi yang untuk ketiga kalinya akan ikut bertarung. Dia mengatakan, kekalahan berkali-kali bagi politisi membuat hitungan politiknya akan lebih matang dalam berkompetisi.
"Karena semua unsur kekuatan akan dihitung dengan baik jika ingin kembali bertarung di medan yang sama," imbuh Ras.
Ras mengatakan, Appi sangat potensial karena paling populer dari semua figur yang disebutkan bakal maju. Dia mengatakan, kepopuleran Appi tidak lepas dari setiap momentum politik sosoknya selalu hadir, ditambah lagi kepemimpinannya yang membawa PSM menjadi juara Liga 1 Indonesia.
Faktor kedua, kata Ras, Appi cukup berhasil menakhodai Golkar Makassar. Trend kenaikan Golkar meningkat, baik capaian suara maupun jumlah kursi. Ditambah lagi Appi sendiri terpilih menjadi anggota DPRD Sulsel.
"Artinya, kontribusinya terhadap partai nyata dan pembuktian elektoralnya tergolong memuaskan," imbuh Ras.
Faktor ketiga, Pilwali Makassar kali ini tanpa petahana sehingga tentu sangat menguntungkan bagi mereka yang punya investasi sosial yang tergolong panjang.
"Kalau saya bandingkan wajah-wajah lama, memang hanya Appi saja yang secara konsisten hadir di tengah-tengah masyarakat selama ini," kata Ras.
Dari tiga faktor di atas, sambung Ras, diyakini Appi akan kembali tampil dalam pentas Pilwali makassar kali ini.
"Appi dengan mudah memainkan peran dalam pertarungan Pilwali," ujar Ras.
Menurut dia, menuju tahapan Pilwali Makassar, sejauh ini baru PKB dan Golkar yang sudah membangun komitmen koalisi.
"PKB cukup progresif merespons kondisi, membangun komitmen koalisi dengan Golkar tidak mengalir begitu saja, PKB pasti sudah punya kalkulasi menang," ucap Ras.
Dia menilai, sosok Appi menjadi magnet bagi PKB karena dinilai potensial tampil kuat dalam Pilwali mendatang.
Jika kita melihat jumlah perolehan kursi masing-masing partai baik Golkar maupun PKB, kedua partai ini sudah cukup syarat. Persyaratan 20 persen terlampaui dari 50 kursi di DPRD Kota Makassar.
Dia menyebutkan, sudah cukup sebenarnya kedua partai ini mengusung pasangan calon.
"Koalisi ini cukup ideal. Perihal siapa sosok pendamping Appi nantinya, tentu itu butuh kajian akademik berbasis riset agar melahirkan orang yang ideal," ungkap dia.
Ras mengatakan, kedua partai ini tak butuh waktu lama dalam menentukan sikap politiknya. Itu bukti jika masing-masing ketua Partai bijak dalam menghadapi kontestasi politik mendatang.
"Saya juga tidak melihat PKB menjadikan posisi wakil sebagai syarat berkoalisi dengan Golkar. Itu nilai plus dari koalisi ini," kata Ras. (suryadi-fahrullah/C)