MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Forum Group Discussion (FGD).
FGD Seri Diskusi Pengarusutamaan Naskah Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) bertajuk Lontara Attorilong sebagai Literasi Sejarah dan Budaya Sulawesi Selatan.
Ketua MANASSA Provinsi Sulsel dan Sulbar, Prof Muhlis Hadrawi mengatakan, FGD digelar sebagai upaya pengusulan naskah kuno Sulawesi Selatan sebagai IKON.
“Lontara Attoriolong (Bugis) atau Patturioloang (Makassar) sebagai kronik, secara khusus teksnya mancakup aspek seperti asal-mula terbentuknya kerajaan, kehadiran raja pertama dan raja-raja berikutnya, perkawinannya, anak-cucu atau keturunannya, pemikiran dan tindakannya, kebijakan, peristiwa-peristiwa, dan hal-hal penting lainnya. Lontara Attoriolong Bone sebagai salah satu kronik Bugis, merupakan naskah kuno yang memiliki kedudukan penting bagi literasi sejarah dan kebudayaan Bugis serta Sulawesi Selatan pada umumnya,” ujar Muhlis, sapaan karib pria berdarah Bugis Bone ini.
Hadir sebagai Pembicara Dias Pradadimara, Dosen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin, H. Andi Fahri Makkasau, Kolektor dan pengkaji Naskah Lontara. FGD dipandu oleh Moderator H. Nazaruddin, Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu, 3 Juli 2024.
Diketahui, FGD ini menjadi bagian dari proses pendigitalan naskah Lontara Attoriolong Bone milik Andi Muh Ali Petta Nompo (alm) diwarisi oleh anaknya (Andi Ansar Amal) di Kota Watampone. Dilakukan oleh PIC IKON Sulsel Manassa Sulsel dan Sulbar, Prof Muhlis Hadrawi bersama Tim dari Perpustakaan Provinsi Sulsel.
Program IKON 2024 merupakan program Perpusnas RI dan Perpustakan Provinsi. (*) Perpusnas