Oleh: Ema Husain Sofyan
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Di dalam mengusung calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, partai politik (parpol) membentuk koalisi didasari oleh basis pragmatisme. Bukan didasarkan pada ideologi partai, malahan terkadang ideologi partai dipinggirkan. Yang utama adalah memperoleh kekuasaan sebab di dalam pemerintahan yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan sumber daya finansial.
Demikian pula pertanyaan banyak kalangan soal parpol yang duduk di parlemen akan ke mana memberikan dukungan pada gubernur atau bupati/wali kota tertentu. Dan, titik terang terkuak setelah masa pendaftaran dibuka oleh KPU.
Namun pemberitaan media dan TV akhir-akhir ini, sudah bisa memberikan gambaran pada publik siapa-siapa saja yang bakal bertarung dalam pilkada serentak nasional di Sulawesi Selatan, khususnya Pilwali Kota Makassar pada November 2024.
Nama-nama yang banyak menebar baliho dan mendaftar serta rutin melakukan lobi pada parpol untuk Pilwali Makassar di antaranya Indira Yusuf Ismail, Munafri Arifuddin, Rusdin Abdullah, Rahman Pina, Andi Seto Gadhista Asapa, dan sejumlah nama lainnya.
Sementara untuk calon gubernur ada nama Danny Pomanto, Adnan Purichta Ichsan, Ilham Arief Sirajuddin, Andi Sudirman Sudirman, Indah Putri Indriani, Andi Iwan Darmawan Aras dan sejumlah nama lainnya.
Mengingat popularitas bakal calon kepala daerah di tingkat pemilih sangat penting, maka dasar membangun koalisi, menurut penulis, adalah pilihan rasional dan mendesak yang dilakukan parpol. Hal tersebut yang bisa menjelaskan kenapa hanya ada segelintir calon yang sepertinya akan mendapatkan pintu.
Apalagi calon perseorangan di Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan, nihil. Nama-nama yang mencuat jadi calon kepala daerah di Makassar dan Sulawesi Selatan saat ini yang selalu mendominasi hasil survei.
Sehingga awalnya publik berharap akan ada koalisi parpol yang mampu mengantarkan calon menjadi empat pasang untuk Pilwali Makassar. Untuk calon gubernur masih terlalu dini untuk bisa memastikan berapa kandidat yang akan bertarung.
Jangan lupa pada setiap survei yang telah dipublish pada khayalak, ternyata massa mengambang atau swing voters untuk Pilkada Makassar 2024 mendatang cukup tinggi. Untuk itu parpol pengusung dan kandidatnya perlu melakukan pendekatan dalam bentuk sosialisasi ataupun kampanye dengan pola komunikasi yang baik dan efektif.
Maka tidak mengherankan jika saat ini sosialisasi berupa pemasangan tanda gambar marak dilakukan oleh kandidat yang sebelumnya namanya tidak muncul dalam rilis survei. Ada nama Azhar Arsyad, Irwan Adnan, Rahman Bando, dan Amri Arsyid serta nama-nama lainnya.
Maka sangat rasional bagi parpol yang tidak memiliki tokoh dengan magnet elektoral yang kuat, tinggal bergabung dengan nama-nama yang kerap muncul namanya dalam survei. Waktu untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas masih cukup panjang. Strategi dan taktik tim sukses sangat dibutuhkan untuk dapat menarik simpati masyarakat Makassar. (*)