Menurutnya, pencalonan di Pilwali ini akan ditentukan oleh formasi dukungan partai di Pilgub Sulsel. Jika belum ada koalisi pasti di Pilgub, kepastian calon di Pilwali juga masih penuh ketidakpastian. "Nama-nama bakal calon yang sedang bersosialisasi saat ini sedang diuji endurance-nya. Ketahanannya sampai di mana, untuk sampai pada 'buang handuk'," tambahnya.
Ada tiga kategori bakal calon yang kemungkinan akan “buang handuk” sebelum Pilwali: pertama, kandidat yang jor-joran bersosialisasi tetapi tidak mendapatkan cukup dukungan partai; kedua, kandidat yang diberi kesempatan oleh partai untuk bersosialisasi dan meningkatkan elektabilitas, tetapi tidak tercapai; ketiga, kandidat yang menguji dukungan pasca kekalahan di Pileg dengan motif pragmatis untuk balik modal.
Jelang tahapan pendaftaran kandidat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) 27 Agustus mendatang, pergerakan beberapa bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur terlihat mulai meredup. Nama-nama yang pada awalnya gencar mendaftar pada penjaringan partai politik kini tak lagi muncul ke permukaan.
Pengamat Politik Profetik Institute, Muhammad Asratillah, menjelaskan bahwa mengerucutnya figur-figur menjelang pendaftaran kandidat Pilgub Sulsel terjadi karena perkembangan elektoral beberapa figur di tingkat grassroot. "Salah satunya adalah perkembangan elektoral bagi beberapa figur di tingkat grassroot," jelasnya.
Kecenderungan elektoral yang menguat hanya pada beberapa nama, kata Asratillah, secara otomatis menyeleksi para figur kandidat Pilgub lainnya. Figur yang bertahan adalah mereka yang memiliki bekal elektoral yang cukup untuk maju sebagai calon Gubernur, serta modal partai politik yang jelas.
Danny Pomanto didukung oleh PDI-P, Andi Iwan Darmawan Aras merupakan Ketua Gerindra Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman didukung oleh NasDem, dan IAS adalah kader Golkar. "Walaupun dukungan parpol utama tersebut belum dianggap cukup, sehingga masih perlu menggalang parpol lain untuk berkoalisi," tambah Asratillah.