Adapun perbedaan mencolok dari menggunakan visa ziarah dengan visa haji adalah visa ziarah harus booking di Jakarta, sementara visa haji hanya lewat online. "Itu ciri yang bisa diketahui. Biasanya oknum tidak menjelaskan ke jamaah bahwa itu visa ziarah," jelasnya.
Selain itu, masyarakat jangan terlalu cepat merasa beruntung kalau ada travel menawarkan harga murah. "Murah tawwa. Belum dilihat dalam-dalamnya. Saya lihat masyarakat banyak tertipu karena menimbang biaya. Reguler sebenarnya biayanya Rp90 juta, 40 jutaan itu subsidi. Saat ini haji tidaklah hanya sekedar haji tetapi sudah di tingkatkan. Potensi mendatangkan industri apalagi kalau belanja," jelasnya.
"Biasanya travel tidak transparan. Masyarakat wajib paham, ini ibadah bukan jalan-jalan. Jangan mengira kita bisa pergi jalur murah, sesuai UU 28 no 19 harus ikut peraturan," tegasnya.
Nurhayat mengungkapkan, saat ini evaluasi penyelenggaraan haji sudah sangat baik, termasuk di Sulsel. Nantinya yang akan berubah adalah pada tahun 2030 Mina sudah tidak akan ada tenda dan berubah lebih baik lagi.
Terkait jamaah haji perempuan yang bercampur dengan jamaah laki-laki menurut Nurhayat hanyalah kesalahpahaman.
"Jamaah campur perempuan sebenarnya tidak seperti itu namun ada yang masuk di tenda mungkin. Namun saat ini kita terus melakukan evaluasi dan edukasi termasuk soal kesehatan. Saya lihat petugas kesehatan juga repot. Mereka mendampingi 24 jam," katanya. (Hikmah/B)