MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Koalisi Indonesia Maju (KIM) pada pemilihan presiden dinilai berpeluang berlanjut di pemilihan gubernur Sulawesi Selatan, November nanti.
Partai Golkar dan Partai Gerindra disebut sebagai representasi KIM yang berhasil mengantar Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menduduki kursi presiden dan wakil presiden. 'Kawin mawin' figur potensial kedua partai punya kans besar keluar sebagai pemenang di Pilgub Sulsel.
Gerindra dan Golkar punya figur potensial yang bisa dipaketkan di panggung Pilgub Sulsel. Mereka adalah Ketua Gerindra Sulsel, Andi Iwan Darmawan Aras dan tiga politikus Golkar; Ilham Arief Sirajuddin, Adnan Purichta Ichsan, dan Indah Putri Indriani.
Sejatinya, anggota KIM yang lain adalah Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN). Demokrat punya figur yakni Ni'matullah, tapi terkesan memilih jadi 'penonton'. Adapun PAN, lebih dahulu menyatakan dukungan kepada pasangan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi yang diusung oleh Partai NasDem.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto mengatakan, Gerindra dan Golkar sama-sama memiliki figur yang layak untuk diusung dan dipasangkan pada Pilgub Sulsel. Apalagi, kata dia, dalam mengusung calon baiknya mengambil kader internal ketimbang mengambil figur di luar partai.
"Saya rasa kedua partai ini masing-masing punya kandidat, di Gerindra ada AIA (Andi Iwan Darmawan Aras) dan Golkar di situ ada banyak nama, termasuk IAS (Ilham Arief Sirajuddin), Indah Putri Indriani, dan Adnan Purichta Ichsan," kata Andi Ali, Rabu (10/7/2024).
"Tentu kalau mereka bersatu lebih bagus. Alangkah eloknya kalau mereka mengambil calon eksternal karena mereka tidak kekurangan sosok kandidat yang berkualitas. Saya kira nama-nama ini cukup memiliki peluang atau memiliki elektabilitas dan kapabilitas," sambung Andi Ali.
Namun demikian, Ali Armunanto mengatakan proses perhelatan politik lokal dan nasional atau Pemilu dengan Pilgub akan berbeda sehingga KIM dalam Pilgub bisa saja tidak sejalan. Mulai dari kepentingan politik maupun basis pemilihnya.
"Kita tahu, misalnya, di Sulsel yang menjadi pemenang Pemilu itu adalah NasDem dan ini berbanding terbalik di tingkat nasional. Lalu kemudian komposisi partai-partai juga berbeda, komposisi perolehan suara juga berbeda. Faktor seperti ini bisa berkontribusi terbentuknya koalisi baru di luar KIM. Termasuk juga kepentingan aktornya akan berbeda," ujar Andi Ali.
Dia pun mencontohkan, relasi terdekat di Sulsel saat ini adalah Partai Gerindra dan NasDem. Kedua petinggi partai ini yakni Andi Iwan Darmawan Aras dan Rusdi Masse Mappasessu (RMS) sangat dekat. Begitu pun antara Golkar dan Gerindra, mereka juga memiliki hubungan relasi yang sangat kuat.
"Kita liat lagi partai-partai lain juga punya sejarah relasi berbeda dan punya kedekatan-kedekatan yang bisa mereka eksploitasi untuk membentuk poros koalisi baru, jadi tidak harus KIM. Karena perbedaan konteks politik nasional dengan regional sangat berbeda kepentingan dan aktornya juga sangat berbeda," tuturnya.