Warung Kopi ‘Bang Rud’, Cita Rasa Khas Langganan Berbagai Kalangan

  • Bagikan
Bang Rudy meracik kopi untuk pelanggannya.

BANTAENG, RAKYATSULSEL - Rudy atau yang akrab disapa Bang Rud memiliki cara istimewa atau khas dalam menyajikan kopi. Warung Kopi Bang Rud terletak di Jalan Lorong Sunyi, Kelurahan Tappanjeng, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng.

Meski berada dalam lorong, kopi buatan Bang Rud tetap menjadi incaran berbagai kalangan. Cita rasanya ini menjadi langganan mulai dari, petani, juragan, pedagang, pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif baik di Bantaeng maupun dari luar daerah sudah menjadi langganannya sejak lima tahun yang lalu.

Dimulai dari harga Rp 10.000 Bang Rud menyiapkan Kopi Hitam, Kopi Susu, Es Kopi, Telur Setengah Matang, Milo Dingin, Mie Instan Telur, Susu Jahe, dan Es Teh. Dia juga menawarkan Kopi Sereal hasil dari racikannya sendiri. Bang Rud menyebutnya sebagai kopi yang mengenyangkan. Bang Rud juga menyiapkan kue tradisional Bantaeng.

Menjaga keistimewaan kopinya, Rudy berlangganan dengan orang tua yang disebutnya sebagai 'Nenek'. Sebutan nenek ini sebagai penghargaan kepada perempuan berumur kurang lebih 70 tahun yang telah puluhan tahun mengolah biji kopi secara tradisional.

"Kopi bubuk yang saya beli dari nenek ini cara mengolahnya tradisional. Kopinya asal Banyorang, disangrai dengan tanah liat yang dipanaskan dengan kayu bakar," kata pecinta Scooter Vespa ini.

Bang Rud telah berlangganan kopi bubuk dengan nenek sejak lima tahun lalu. Mulai dari sejak harganya Rp 6.000 sampai sekarang Rp 35.000. Dia juga sempat berhenti menjual selama setahun lantaran belum mendapatkan lokasi jualan.

Tekad yang kuat membuat pria kelahiran 1981 ini mendapatkan tempat jualan yang dianggapnya bagus di Lorong Sunyi. Kini warung kopinya telah berjalan selama kurang lebih setahun.

"Bagi saya jualan kopi adalah kegiatan yang tidak membosankan. Setiap hari saya bisa melihat orang ngumpul dan berbincang dengan berbagai topik," kata pria empat anak ini.

Bang Rud mengungkapkan kecintaannya pada kopi dimulai sejak dia kecil. Dia sering diajak ayahnya atau yang dia panggil dengan 'Tetta' ke warung kopi. Dari pengalaman itu dia ingin menjadi peracik kopi dengan cita rasa khasnya sendiri.

"Saya menyebut profesi seperti saya ini sebagai Joki Kopi. Kalau Barista kan itu keren ada ukuran-ukurannya. Kalau saya pakai perkiraan. Dan cita rasa tetap terjaga sampai sekarang," kata pria berambut gondrong ini. (Jet)

  • Bagikan

Exit mobile version