Sebelum memulai asesmen, Yayasan Melatis menyusun panduan asesmen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui kebutuhan dan tantangan, potensi serta berbagai peluang kerja sama program pemberdayaan masyarakat dan kelompok rentan sehingga dalam merumuskan rencana kerja, betul-betul berdasarkan kebutuhan penerima manfaat di lapangan.
"Untuk mencapai tujuan asesmen tersebut, maka Yayasan Melatis berkoordinasi dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat Desa Baruga untuk bersama-sama mengidentifikasi peserta berdasarkan panduan asesmen yang telah disusun sebelumnya," jelasnya.
Menurut Ita Ibnu, dalam proses asesmen yang berlangsung, sejumlah informasi berhasil diperoleh di antaranya; dalam bidang pendidikan terindentifikasi beberapa isu seperti masih terdapat anak putus sekolah karena masalah ekonomi, selain itu sarana dan prasarana sekolah seperti ruang belajar, akses air bersih juga masih perlu mendapat perhatian.
"Dalam bidang kesehatan, beberapa isu yang mengemuka seperti tingginya angka stunting, serta kebiasaan masyarakat yang BAB sembarangan dan mengonsumsi air tanpa dimasak menyebabkan tingginya angka diare dan DBD," bebernya.
Sedangkan dalam bidang pemberdayaan ekonomi dan hukum, beberapa informasi berhasil dihimpun adalah beberapa masyarakat telah memiliki usaha mandiri, di antara mereka juga memiliki kemampuan dan potensi untuk menjalankan kelompok-kelompok usaha di desa.
Dengan demikian, tentunya Yayasan Melatis diharapkan dapat mengambil peran dalam proses peningkatan kapasitas seperti pelatihan berseri dan pendampingan masyarakat.
Sementara itu, Community Development Bantaeng Lestari Sejahtera (Bastra) Huadi Group, Dwi mengaku, tentunya pihak perusahaan mendukung penuh kegiatan pemberdayaan masyarakat dan kelompok rentan serta kelompok tani dan nelayan.
"Program pemberdayaan masyarakat dan kelompok rentan di Desa Baruga yang dikelola oleh Yayasan Melatis melalui dukungan Bastra, sebagai bentuk keberpihakan untuk kesejahteraan masyarakat," pungkasnya. (*)