MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Isu wacana kotak kosong atau koko di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan (Sulsel) makin kencang. Meski begitu, Wali Kota Makassar sekaligus bakal calon gubernur Sulsel, Moh Ramdhan Pomanto menanggapi santai.
Menurut Walikota Makassar dua periode itu, figur melawan koko merupakan bukti demokrasi dan itu sah-sah saja. Hanya saja, jika hal itu dilakukan dengan cara yang benar.
"“Misalnya, ada sebuah figur yang dicintai sama masyarakat dan mempunyai survei 80 persen dan tidak ada yang berani lawan dia, terjadilah kotak kosong, itu betul-betul kotak kosong yang demokratis,” jelas Moh Ramdhan Pomanto atau akrab disapa Danny Pomanto.
Di luar dari itu, ia mengatakan kotak kosong itu tidak sehat bagi demokrasi.
“Bukan hal-lain lain, hanya itu peluang kotak kosong yang memberikan peluang bagi demokrasi,” ucapnya.
Di tengah menguatnya wacana kotak kosong di Pilgub Sulsel, Danny enggan menilai apakah benar atau tidak. Namun ia menegaskan, kotak kosong dalam politik mestinya tidak dengan proses mematikan lawan.
“Saya tidak mau nilai, biar masyaralat yang nilai, tapi kalau saya menilai kotak kosong yang benar adalah ada sosok figur yang kuat dicintai masyarakat dan tidak ada yang berani bertarung, bukan mematikan saingan,” terangnya.
Wacana kotak kosong sendiri mencuat setelah Andi Sudirman Silaiman (ASS) dikabarkan mendapat sejumlah rekomendasi dari partai untuk bertarung di Pilgub Sulsel.
ASS yang dipasangkan dengan Fatmawati Rusdi telah mengantongi rekomendasi dari Partai NasDem, Demokrat, PAN, dan yang baru-baru ini dikabarkan Gerindra.
Sementara itu, bakal calon lain, seperti Danny dan Ilham Arif Sirajuddin (IAS) belum mengamankan tiketnya bertarung di Pilgub Sulsel. Yakni dengan 17 kursi DPRS Sulsel.
Danny sampai saat ini baru diusung oleh PPP dan PDIP, dengan total 14 kursi. Sementara IAS belum ada.
Keduanya juga berebut rekomendasi untuk PKS, Hanura, PKB, dan Golkar. (*)