Zulkifli menjelaskan, kasus dugaan penipuan ini dialami kala ingin mendaftarkan adiknya di SMA setelah gagal melalui jalur prestasi dan zonasi.
"Saya minta rekomendasi untuk masuk adikku di SMA 2 karena tidak lulus jalur prestasi dan zonasi," ungkapnya.
Setelah meminta rekomendasi dari teman-temannya, salah satu temannya mengaku memiliki kenalan di Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel.
Zulkifli yang mempercayai temannya tersebut kemudian setuju untuk memberikan panjar sebesar Rp2 juta guna mengamankan kuota di sekolah tersebut.
"Saya percaya dan transfer uangnya ke nomor rekening atas nama Namun, saat pengumuman jalur prestasi, nama adikku tidak ada," jelasnya.
Setelah berhasil dikirimkan, rupanya uang tersebut belum cukup hingga Zulkifli kembali diminta untuk memberikan uang tambahan sebesar Rp1,5 juta dengan alasan untuk keperluan orang SMA tersebut.
Saat diminta untuk mengirim uang tambahan itu, dia menyebut nomor rekening yang diberikan berbeda dengan sebelumnya.
Setelah memberikan uang tambahan, Zulkifli mengaku dijanjikan bahwa adiknya akan diterima pada tanggal 8 Juli. Namun, sebelum tanggal tersebut, dia diminta lagi untuk melunasi pembayaran sebesar total Rp6 juta.
"Saya sudah memberikan total Rp6 juta, tetapi adikku masih belum diterima. Saya mulai ragu ketika dia meminta uang lagi sebesar Rp1 juta dengan alasan pihak SMA 2 memintanya," bebernya.
Zulkifli ingin meminjam uang dari temannya untuk memenuhi permintaan tersebut dan membayar Rp500 ribu.
Namun, permintaan uang tidak berhenti di situ. Dia kembali diminta untuk memberikan tambahan Rp500 ribu, yang kemudian dinaikkan lagi menjadi Rp500 ribu untuk memastikan adiknya diperhatikan.