Dukung Swasembada Pangan, Gagas Inkubator Pertanian Perkotaan dan Petani Muda Kota

  • Bagikan
Ketua Umum HMI Cabang Makassar, Sarah Agussalim.

Kaitan dengan ketersedian pangan, aspek ketanahan pangan bagi kawasan perkotaan di masa depan adalah hal yang tidak bisa disepelekan, termasuk bagi kawasan perkotaan yang ada di indonesia ini. Saat ini, kawasan perkotaan kita lebih banyak menggantungkan dirinya dalam soal pasokan bahan makanan, seperti beras, sayur-mayur, buah-buahan, dan lauk-pauk kepada kawasan perdesaan dan kawasan-kawasan pinggiran kota.

Kawasan perkotaan juga masih menggantukan pasokan bahan makanannya dari aktivitas impor.Hal ini tentu saja tak menguntungkan bila ditinjau dari aspek ketahanan pangan secara umum. Kawasan perkotaan akan panik bila pasokan pangan terganggu.

Melihat fakta diatas, maka ketahanan pangan perkotaan tak bisa luput dari perhatian pemerintah khususnya Kementerian Pertanian. Asumsinya adalah, kota saat ini harus memberi makan penduduk yang lebih besar dari kota, saat yang sama suplai pangan dari pedesaan berkurang dengan berkurangnya lahan pertanian dan regenerasi petani itu sendiri. Sementara di kota lahan malah nyaris tak ada, saat yang sama penduduk muda di kota saat ini semakin pesat.

Indonesia memiliki 84,4 juta penduduk yang merupakan anak-anak di bawah umur 18 tahun (generasi muda). Dari jumlah itu, 20-30 persen diharapkan menjadi petani generasi Indonesia Emas 2045 atau saat 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia berusia di bawah 40 tahun

Mereka juga akan menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul, maju, dan berdaya saing serta produktif sebagai bonus demografi Indonesia (2012-2035). Kontribusi para petani milenial ini mencapai 50 persen peningkatan produktivitas jika mampu mengimplementasikan inovasi, sarana, dan prasarana dengan baik dan benar serta mampu mengusulkan kebijakan peraturan perundang-undangan yang mendukung pertanian berkelanjutan.

Andi Amran Sulaiman sebenarnya telah menangkap fakta tersebut saat pertama kali menjabat sebagai Menteri pertanian pada periode pertama pemerintahan Jokowi, dengan membuat Petani Milineal. Tetapi tulisan ini hendak menawarkan gagasan menjadikan anak muda perkotaan sebagai satu fokus yang bisa diajak berkolaborasi dan menjadikan kota sebagai benteng ketahananan pangan. Dalam konteks pembangunan negara agraris seperti Indonesia, diperlukan kemampuan ketersediaan dan kesiapan pangan ataupun kedaulatan pangan berkelanjutan yang didukung pengembangan sumber daya manusia petani kreatif-inovatif dan berkarakter serta berjiwa nasionalisme. Untuk ini, diperlukan pendidikan dan penguatan kelembagaan melalui sekolah tani milenial, sekolah vokasi desa, dan korporasi desa (revitalisasi BUMDes).

Penulis membayangkan, organisasi mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) cabang Makassar berkolaborasi membangun literasi pertanian dan inkubator petani muda perkotaan. Tujuannya menyiapkan ekosistem pertanian perkotaan masa depan dan tentu saja, kota seperti kota Makassar mampu mewujudkan ketahanan pangan secara mandiri.

Hal ini berdasakan analisis bahwa kawasan perkotaan “mau tidak mau” harus juga mampu memasok bahan pangannya sendiri untuk mencukupi kebutuhan sebagian besar warganya. Di antara solusi yang bisa dijalankan adalah apa yang disebut sebagai pertanian kota.

Secara internasional, pentingnya peran serta fungsi pertanian kota telah diakui oleh Organisasi Makanan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization-FAO), Lembaga Konsultasi Penelitian Pertanian Internasional (Consultative Group on International Agricultural Research), Konferensi PBB Mengenai Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and Development ), serta Program PBB bagi Pemukiman Manusia (United Nations United Nations Human Settlements Programme).

Bailkey & Nasr (2000) mendefinisikan pertanian kota sebagai aktivitas menanam, memproses, dan mendistribusikan bahan pangan dan produk-produk pangan lainnya melalui metode pertanian dan peternakan di seputar kawasan perkotaan secara intensif.

Dan penggerak dari itu adalah anak muda. HMI Cabang Makassar setidaknya bisa turut diajak berkolbarasi untuk ketahanan pangan dan swasembada pangan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version