MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Kemeriahan Makassar International Eight Festival and Forum (F8) 2024 resmi berakhir, malam tadi. Melihat antusiasme masyarakat dan kesuksesan penyelenggaraan tahun ini, maka F8 Makassar 'wajib' kembali hadir menyapa pada tahun 2025.
Selama lima hari pelaksanaannya, masyarakat atau pengunjung disuguhkan berbagai hiburan mulai dari delapan festival dalam satu waktu yakni folk, fashion, film, fine art, fusion music, flora dan fauna, food, dan fiction writers yang terbagi dalam lima zona.
Penjabat Sekretaris Daerah Kota Makassar, Firman Hamid Pagarra, menyebut pelaksanaan F8 Makassar 2024 yang ketujuh kalinya dinilai sebagai pencapaian yang membanggakan. Dia mengatakan, jumlah pengunjung F8 semakin bertambah setiap harinya. Menurut dia, animo masyarakat untuk hadir pada pelaksanaan F8 mendongkrak banyaknya pengunjung yang hadir.
"Alhamdulillah, pelaksanaan F8 Makassar 2024 ini sangat membanggakan karena pengunjung semakin bertambah setiap harinya. Meski belum melihat data riilnya, berdasarkan laporan dari teman-teman di setiap zona, penambahan zona baru, yakni zona satu yang merupakan panggung utama di Tugu MNEK CPI, turut berkontribusi," kata Firman.
Apalagi, di tahun ini, F8 Makassar menghadirkan zona baru yakni panggung utama yang berada di Kawasan Tugu MNEK, Center Point of Indonesia, Jalan Metro Tanjung Bunga, Kota Makassar.
"Dulunya hanya ada zona dua hingga zona lima di Anjungan Pantai Losari. Di zona satu ini cukup ramai, apalagi di zona dua hingga zona lima yang membludak pengunjung setiap harinya," ujar dia.
Maka dari itu, Firman mengapresiasi antusiasme masyarakat yang berpartisipasi dalam kesuksesan F8 Makassar. "Kami berterima kasih kepada seluruh masyarakat atas partisipasinya," sambung Firman.
Firman menyebutkan, F8 Makassar merupakan festival yang berasal dari Makassar dan masuk sebagai salah satu Top 10 event pariwisata Kemenparekraf pada Kharisma Event Nusantara.
Sehingga, Firman berharap melalui F8 Makassar ini, kegiatan seperti ini dapat membangun Kota Makassar menjadi Kota Dunia.
"Semoga kegiatan seperti ini bisa membangun budaya Makassar untuk dunia," ujar Firman.
Firman pun optimistis F8 mampu memberikan dampak positif pada perekonomian Makassar. "Dengan banyaknya jumlah pengunjung, saya rasa ini akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Contohnya cakupan hotel, pertemuan UMKM, dan restoran. Tahun ini F8 juga didatangi banyak delegasi dari berbagai negara," imbuh dia.
Selain itu, Firman mengumumkan peluncuran Makassar Fashion Week yang akan dilaksanakan pada November 2024. "Ini hal baru yang mungkin akan menjadikan Kota Makassar kiblat fashion di Indonesia," kata Firman.
Sebelumnya, di malam keempat pelaksanaan F8 Makassar, di zona satu menampilkan Tari Paddekko persembahan Kabupaten Takalar sukses membuat tegang penonton. Tari paddekko merupakan rangkaian dari upacara appadekko, merupakan upacara turun temurun. Suatu kebiasaan yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial, budaya, agama masyarakat di beberapa wilayah di Kabupaten Takalar.
Tarian ini berasal dari Desa Sampulungan, Kecamatan Galesong Utara, Takalar, yang diadakan setiap tahun pada saat pesta panen.
"Tarian Paddekko adalah tarian yang sangat sakral di Desa Sampulungan," kata Junaedi salah satu penggiat seni Tari Paddeko dari Takalar.
Salah satu pertunjukan tarian ini adalah Appadekko Siganrang Alu na Batu. Yaitu menghantamkan kayu penumbuk padi (alu) dan batu ke punggung penari.
Tak mau kalah, delegasi India tampil memukau dengan membawakan Tarian Bharatanatyam & Kuchipudi di Panggung Utama F8 Makassar. Koreografer Tarian Bharatanatyam & Kuchipudi, Chethan Gangatkar Ranganna Ranganat mengatakan dirinya sangat senang sudah tampil.
Ini, kata dia, menjadi momentum yang tepat bagi timnya untuk menampilkan budaya India di seluruh dunia.
Apalagi, dance menurut dia sejatinya adalah kebahagiaan. Jadi dia sangat bersyukur dapat menyebarkan kebahagiaan ini kepada semua orang.
"Kami juga sangat terkesan karena semua orang-orang di sini menyukainya," ucap Chethan seusai tampil.
Dia mengatakan, meski orang-orang di Sulsel tidak memahami bahasanya tetapi budaya yang ditampilkan mampu mendeskripsikan sejarah. Alasannya, dengan budaya semuanya terkoneksi satu dengan lainnya dan semua senang menyaksikannya.
"Itulah mengapa budaya ini terus terkoneksi dengan siapa saja. Kami bahagia dapat menampilkan performance kami pada malam ini," imbuh dia.
Sementara itu, Direktur Pusat Kebudayaan Swami Vivekananda (SVCC) Bali, Naveen Meghwal menuturkan sudah merupakan tugasnya mempromosikan budaya India di Makassar, Bali dan umumnya di Indonesia.
"Untuk itu kami secara langsung membawa performances dari India dan mencoba untuk berkolaborasi dengan event festival yang bersifat lokal," kata dia.
Dengan begitu, dia berharap hubungan antara dua negara ini terus terjaga dan relasi yang baik. Dan tentunya hubungan budaya antar kedua negara.
Tak hanya tarian, panggung utama Makassar International Eight Festival and Forum (F8) menghadirkan beragam pertunjukan seni dan budaya. Salah satu penampilan yang memikat hati penonton ketika Ashari Sitaba muncul di Panggung F8 Makassar menyanyikan tiga tembang daerah miliknya.
Diiringi Home Project Band, penyanyi pop Makassar Ashari Sitaba mampu membuat penonton ikut bernyanyi. Single Rannu di awal penampilan sukses memecah keriuhan penonton. Di sela-sela penampilannya, Ashari Sitaba juga mengucapkan terima kasih karena musisi lokal diberi ruang memperkenalkan lagu daerah Makassar di panggung sebesar F8 Makassar.
Event tahunan di Makassar yang banyak dihadiri wisatawan lokal dan mancanegara setiap harinya. Juga delegasi negara-negara sahabat. Seperti, Australia, Singapura, India, Filipina, hingga Jerman.
"Terima kasih juga untuk antusiasme malam hari ini," ucap Ashari.
Lagu Tallasakku ciptaan Enal Gassing yang dibawakan Ashari Sitaba bercerita tentang kehidupan pejuang keluarga dalam mengais rejeki. "Semoga kita semua diberikan kelancaran dalam mencari rejeki," tuturnya.
Aksi panggung penyanyi lagu-lagu daerah Ashari Sitaba ditutup dengan tembang Tea Tonja Nipakamma. Lagu yang cocok buat mereka yang sering disakiti pasangannya.
Semaraknya panggung utama di zona satu, ditutup dengan penampilan Tari Ma'bisu-Bisu atau kesurupan yang dibawakan oleh Sanggar Bura Santigi Kabupaten Mamuju. Ma'bisu-bisu menceritakan mengenai gambaran ritual yang dikemas ringkas dalam sebuah tari kreasi ma'bisu-bisu dengan menyematkan sebagian gerak dasar Tari Sayo.
Itu sebagai wujud kebanggaan akan kekayaan budaya yang dimiliki Mamuju. Dan ritual ini dahulu sering dilakonkan sebelum masuknya agama di Kampung Salulullong Mamuju. Pun, ritus ini sebagai implementasi memanjatkan doa kepada leluhur dari masyarakat atas hasil panen yang melimpah.
Belasan penari membawakannya dengan apik dan suasana yang tegang. Apalagi perpaduan musik dan gerakannya menyatu. Di panggung utama ini, terlihat para penari melakukan performa mereka dengan baik. Aksi berani, juga nyentrik para penari pun mendapat tepuk tangan meriah pengunjung. Dalam durasi 15 menit lebih pun tak terasa karena bagusnya konsep juga kostum mereka.
Meski berlagak seperti orang-orang yang kesurupan tidak membuat atraksi mereka biasa. Sebaliknya menjadikannya unik dan berbeda dari penari sebelumnya.
Sementata itu, Suasana di Zona 2 F8 Makassar hari keempat, semakin semarak karena dilengkapi dengan momentum bermalam minggu Warga Kota Makassar. Zona film ini berhasil menarik pengunjung yang antusias ingin menikmati malam minggu dengan relax sambil healing tipis-tipis dengan nobar film di Panggung Zona 2.
Para pengunjung memadati Zona 2 sejak sore hari, sebagian pengunjung tampak menunggu segmen pemutaran film sambil menikmati Pisang epe, Salah satu kuliner ikonik Makassar.
Kuliner dari pisang yang dipipihkan dan dipanggang ini berbaris di sepanjang jalan zona 2 depan panggung pemutaran film. Film yang diputar beragam, mulai dari film lokal hingga internasional setiap hari selama berlangsungnya F8 Makassar. Screening film luar negeri yang ditayangkan diantaranya Prancis dan Jepang.
Film diputar dengan layar besar dan sistem audio yang menggema agar memberikan pengalaman menonton film yang memuaskan. Penonton yang datang beragam, mulai dari anak muda penggemar film komedi lokal hingga penggemar film luar negeri.
Zona film ini bahkan tampak menjadi tempat para Petugas Kebersihan Kawasan Pantai Losari bersantai melepas penat sembari menunggu closingan F8 tiap harinya. Salah satu pengunjung F8 yang menuturkan kesenangannya bisa bermalam minggu di Pantai Losari dengan santai menonton film ditiup angin sepoi-sepoi sambil makan pisang epe.
"Momen seperti ini jarang ditemukan di Losari. Biasanya hanya bisa pisang epe, dengan F8 bahkan bisa sekalian nonton film," ujarnya Fahmi. (shasa anastasya/C)