JAKARTA, RAKYATSULSEL - Peternak sapi perah rakyat di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari rendahnya produktivitas ternak, rendahnya kualitas susu, terbatasnya pengetahuan tentang praktek peternakan sapi perah yang baik, hingga terbatasnya akses terhadap pembiayaan terjangkau untuk meningkatkan populasi ternak dan sarana pemeliharaannya.
Dalam konteks pendanaan, pengelolaan bisnis, dan peningkatan pengetahuan, peternak sapi perah juga sangat bergantung pada koperasi susu segar yang juga menghadapi tantangan serupa.
Saat ini koperasi masih menghadapi keterbatasan kapasitas dalam pengelolaan peternakan dan kesehatan hewan, model bisnis dan tata kelola organisasi.
Oleh karena itu, Sarihusada Generasi Mahardhika, Danone Ecosystem, Yayasan Rumah Energi dan PRISMA sejak tahun 2023 telah menjalankan program kemitraan untuk meningkatkan produktivitas peternak sapi perah rakyat dan koperasi susu segar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Provinsi Jawa Tengah dengan melakukan intervensi pada kedua pihak, yaitu peternak sapi perah rakyat dan koperasi susu segar itu sendiri.
Untuk mengukur perkembangan program yang telah dijalankan, Sarihusada mengadakan lokakarya yang turut dihadiri pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait yang dilaksanakan di Yogyakarta pada (26/7).
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian drh. Agung Suganda mengatakan adanya rencana program makan bergizi dan minum susu mendorong masyarakat selaku insan peternakan dan kesehatan hewan untuk lebih kuat dalam usaha meningkatkan produksi daging, susu dan telur nasional.
"Produksi susu nasional saat ini hanya mampu menyuplai 20% dari total kebutuhan susu nasional. Kondisi ini memang sudah berjalan cukup lama dan cenderung stagnan, bahkan diperparah dengan adanya Kejadian wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menurunkan populasi ternak sapi perah sebanyak ±10% dan produksi susu segar sebanyak ±30%. Untuk itu pemerintah akan terus mempercepat perluasan kawasan pengembangan sapi perah nasional,” katanya.