Urgensi Pelayanan Kesehatan Preventif dan Promotif

  • Bagikan

Penulis : A. Muh Washiel Amanda Kisman

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penulis adalah mahasiswa biasa yang sedang menjalani program studi Kedokteran Gigi di salah satu universitas di Kota Daeng. Akhir-akhir ini, penulis menyadari betapa ternodainya pandangan ketika menyusuri jalanan kota.

Komersialisasi yang beringas, baik dari industri, bisnis, maupun usaha di sepanjang jalan, dengan berbagai iklan seperti spanduk, banner, dan reklame digital, telah merusak pemandangan kota.

Tidak hanya itu, spanduk, banner, dan reklame politik dengan jargon seperti "Pilih saya nanti Kota akan Maju" atau "Nanti Indonesia akan maju" semakin memperburuk situasi. Terlalu banyak promosi 'jual-jual' dan 'pilih-pilih' membuat kota terasa sesak dan kehilangan keindahan.

Menurut Kementerian Kesehatan, hanya 20% penduduk Indonesia yang mengerti gaya hidup sehat (sumber: Kompas). Seperti yang disebutkan di prolog, betapa mirisnya melihat jalanan dipenuhi iklan yang mementingkan bisnis dan politik, sementara tidak ada satupun iklan mengenai edukasi kesehatan, bentuk promotif kesehatan, dan upaya pencegahan penyakit.

Maka tidak heran, masih banyak masyarakat yang lebih percaya pada dukun atau 'orang pintar' daripada dokter. Promosi pengobatan tradisional dari dukun lebih masif, turun-temurun, dan terkenal di kalangan penduduk (sumber: Jurnal Penyembuhan dari Dukun: Pemanfaatan Layanan Kesehatan Tradisional di Zaman Kesehatan Modern).

Pelayanan promotif dan preventif harus diutamakan dalam pelayanan kesehatan tanpa meniadakan pelayanan kesehatan kuratif. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, program "Transformasi Kesehatan Indonesia" yang diusung oleh Kemenkes perlu diapresiasi.

Program ini mengutamakan pelayanan promotif dan preventif dalam program Transformasi Layanan Primer. Transformasi Kesehatan Indonesia mencakup enam pilar transformasi kesehatan yaitu:

  1. Transformasi Layanan Primer
  2. Transformasi Layanan Rujukan
  3. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan
  4. Transformasi Pembiayaan Kesehatan
  5. Transformasi SDM Kesehatan
  6. Transformasi Teknologi Kesehatan (sumber: Kemenkes)

Besar harapan, pada tahun 2036 kita bisa mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's), yang salah satu dari 17 tujuan yang ditetapkan pada Sidang PBB pada September 2015 adalah kehidupan sehat dan sejahtera, serta mewujudkan Indonesia Emas 2045 (sumber: SDG's Bappenas). (*)

  • Bagikan

Exit mobile version