Kontestasi Tiga Srikandi

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan wali kota dan wakil wali kota Makassar menjadi palagan bagi kalangan perempuan. Indira Jusuf Ismail, Aliyah Mustika Ilham, dan Rezky Mulfiati Luthfi kembali akan menjadi pembeda di panggung politik serentak menuju Balai Kota.

Pemilih yang didominasi oleh kaum hawa menjadi pemantik bagi para srikandi ini untuk terjun sebagai 'pemain' politik. Ketiganya akan berupaya mengikuti jejak Fatmawati Rusdi yang menjadi pendamping Danny Pomanto yang terpilih pada Pilwali Makassar 2020.

Aliyah Mustika Ilham dan Rezky Mulfiati Luthfi hampi dipastikan akan menjadi bakal calon wakil wali kota mendampingi Munafri Arifuddin dan Andi Seto Gadhista Asapa. Adapun, Indira akan maju dengan mengincar posisi calon wali kota.
Pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika bisa mengklaim 10 kursi dengan rincian Golkar 6 kursi, Demokrat 3 kursi, dan Perindo 1 kursi.

Sedangkan, Rezky yang akan berpasangan dengan Andi Seto Gadhista Asapa mengantongi 17 kursi dengan sebaran Partai NasDem 8, Partai Gerindra 6, dan Partai Amanat Nasional 3 kursi.

Sedangkan Indira Yusuf Ismail punya modal 11 kursi dari PPP 5, PDIP 5, dan Hanura 1 kursi. Indira belum menentukan pasangan, namun santer beredar tengah melakukan penjajakan dengan anak dari anggota DPR RI, Amir Uskara yakni Ilham Ari Fauzi Amir Uskara.

Menurut Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah dengan kehadiran politisi perempuan yang maju di pilkada harus memanfaatkan potensi elektorat yang didominasi kalangan wanita. Itu sebabnya, kata dia, pengelolaan isu-isu yang berkaitan dengan perempuan harus disampaikan secara tepat sasaran.

"Segmen pemilih perempuan itu melampaui jumlah pemilih laki-laki. Makanya ke depan, isu kampanye mereka harus bersinggungan dengan pemberdayaan perempuan, kesehatan ibu, dan perlindungan anak," kata Asratillah, Rabu (31/7/2024).

Menurut dia, Makassar sebagai kota metropolitan sangat rentan dengan persoalan gender dan anak. Banyaknya kekerasan terhadap perempuan dan isu-isu perlindungan anak patut dikapitalisasi oleh kandidat.

Asratillah mengatakan, salah satu figur yang mulai mengelola isu perempuan adalah Indira Jusuf Ismail. Kegiatan Senam Ininnawa yang digelar beberapa pekan lalu salah satu strategi tersendiri. Acara itu sukses mendatangkan kalangan ibu-ibu untuk senam sehat bersama.

"Publik menunggu pergerakan Aliyah dan Rezki untuk mengelola isu-isu tentang perempuan," ujar Asratillah.

Mengenai jejaring elektorat, ketiga figur itu cukup diperhitungkan. Aliyah Mustika, misalnya, menjadi anggota DPR RI dua periode berturut-turut. Pada Pemilu lalu, meski istri mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin itu mengantongi suara lebih 20 ribu, namun gagal kembali duduk di Senayan.

"Tapi, jumlah itu sangat signifikan untuk dijadikan modal maju di Pilwali Makassar," imbuh Asratillah.

Sedangkan, Rezky sudah membuktikan punya basis massa yang riil dalam dua pemilu terakhir yang selalu lolos ke DPRD Sulawesi Selatan. Suara mayoritas di internal caleg NasDem berasal dari daerah pemilihan Sulsel Dua yang meliputi Kecamatan Manggala, Panakkukang, Tamalanrea, dan Biringkanaya.

Sementara, Indira tak akan melepas peluang pada Pilwali Makassar kali ini. Dia bisa 'memanfaatkan' posisi suaminya, Danny Pomanto yang saat pemilihan nanti masih menjabat sebagai Wali Kota Makassar.

"Dua periode mendampingi Danny membuat namanya populer di mata warga Makassar," kata Asratillah.

Asratillah mengatakan Aliyah sangat diuntungkan karena berpasangan dengan Munafri Arifuddin yang sudah beberapa kali maju di Pilwali Makassar. Pun, Indira akan meraih peruntungan dari nama besar Danny Pomanto yang memiliki jejaring pemenangan yang sudah kuat di akar rumput.

Sedangkan, tantangan Rezky adalah pasangannya Andi Seto yang baru merasakan atmosfer persaingan politik di Makassar. Seto adalah anak 'daerah' yang mencoba peruntungan di kota.

"Pasangan Seto-Rezky harus bekerja keras karena bagaimanapun Seto ini pendatang baru di Makassar," ujar Asratillah.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto mengatakan ketiga figurperempuan itu memiliki potensi untuk menggaet pemilih. Dia mengatakan, Indira memiliki jaringan politik yang diwariskan oleh Danny Pomanto.

Sedangkan, Aliyah kata, Andi Ali saat ini memiliki jaringan yang sudah dia bangun sudah lama hingga terpilih dua periode di Senayan. "Jaringan ini tentu berkontribusi, begitu juga dengan jaringan yang dibangun Ilham. Ini akan membantu Aliyah," kata Andi Ali.

Adapun, Rezky memiliki jaringan keluarga yang kuat dan partai yang sedang naik daun. "Tapi tergantung bagaimana branding politik mereka. Selama ini, branding politik Rezky masih sempit, hanya empat kecamatan di Makassar," kata Andi Ali.

"Beda dengan Indira dan Aliyah yang saat ini tinggal mengembangkan basis politiknya, sekaligus membuat branding makin kuat ke bawah," sambung dia.

Andi Ali mengatakan, pasangan Seto Rezky tetap patut diwaspadai meski masih minim jaringan. Alasannya, sejumlah politikus di belakang pasangan ini dipastikan tidak akan tinggal diam.

"Ada Nurdin Halid (mertua Seto), jaringan keluarga Asapa dan ibunya (jaringan Toraja) serta mesin Partai Gerindra dan NasDem," ujar dia.

"Penetrasi Seto-Rezky akan diuji di akar rumput. Beda dengan Indira dan Aliyah yang sudah mengakar dan hampir tak ada masalah di Makassar," timpal Andi Ali.

Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia Ras M.d. menilai konfigurasi pasangan dan jumlah kandidat yang akan maju mulai terlihat jelas menjelang pendaftaran calon. "Kondisi ini tentunya sangat dipengaruhi oleh sikap partai politik terhadap figur yang direstui oleh DPP," ujar Ras.

Menurut dia, untuk sementara Pilwali Makassar diprediksi akan diikuti oleh tiga pasangan calon. Ketiganya adalah Munafri-Aliyah Indira Jusuf Ismail, dan poros ketiga Andi Seto-Rezki.

"Bila ini final, maka kompetisi Pilwali Makassar kali ini saya nilai akan berlangsung cukup seru terutama antara poros Munafri vs poros Indira Yusuf," ujar Ras.

Ras mengatakan, kondisi pemerintahan di Makassar saat ini adalah fase transisi. Indira sebagai istri Danny Pomanto akan dipersepsi sebagai figur keberlanjutan pemerintahan.

"Sedangkan Munafri Arifuddin konsisten dengan posisi sebagai antitesa pemerintahan. Walaupun ada Andi Seto sebagai figur lain, namun Appi dengan investasi politik panjang lebih menguasai grassroot," urai Ras.

Berdasarkan hasil survei beberapa lembaga beberapa waktu lalu, Munafri Arifuddin disebut masih memimpin keterpilihan pemilih Kota Makassar jelang perhelatan itu.

"Di lima besar top elektabilitas, Munafri masih memimpin dengan 31,7 persen, Indira Jusuf Ismail 15,6 persen, Andi Seto Asapa 9,5 persen," kata Direktur Nurani Strategic Consulting, Nurmal Idrus.

"Tingkat elektabilitas masing-masing bakal calon itu menurut Nurmal dipengaruhi oleh tingkat popularitas mereka yang susunannya juga tak jauh beda," sambung dia.

Eks ketua KPU Makassar ini menyebut, dinamisasi tingkat penerimaan masyarakat Makasar terhadap figur yang dikehendakinya menjadi wali kota, akan terus bergejolak. "Sebab, kami mendapati strong voters masing-masing figur tidaklah ada yang stabil. Selain itu, lebih dari 30 persen pemilih menentukan pilihannya masih mungkin berubah," beber dia.

Nurmal meyakini bahwa fluktuasi susunan top elektabilitas akan sangat terbuka untuk terjadi ketika para kandidat itu pada akhirnya berpasangan.

"Masing-masing kandidat calon walikota akan sangat dipengaruhi elektoralnya ketika dia memilih pasangan yang tepat, begitu pula sebaliknya," ucap Nurmal.

Jika dibandingkan survei yang dilakukan Script Survei Indonesia (SSI), dalam simulasi 16 kandidat, Munafri tetap teratas dengan persentase 25,20 persen dan Indira Jusuf Ismail 17,20 persen.

Lembaga survei Archy Research and Strategy yang merilis hasil survei elektabilitas bakal calon wali kota Makassar. Munafri Arifuddin (Appi) meraih elektabilitas tertinggi disusul Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo dan pengusaha Rusdin Abdullah.

Survei Archy dilakukan pada periode 4-14 Juli 2024 dengan mengumpulkan data dari 1.692 responden yang tersebar di 15 kecamatan di Makassar. Metode yang digunakan stratified sampling dengan wawancara langsung atau tatap muka dengan responden.

Polda Siapkan 12 Ribu Personel

Sementara itu, apel gelar pasukan Operasi Mantap Praja Pallawa 2024 diikuti oleh ratusan personel TNI-Polri. Kegiatan ini digelar di lapangan upacara Polda Sulsel, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar. Apel gelar pasukan ini dalam rangka pengamanan Pilkada serentak 2024 yang prosesnya sementara berjalan. Upacara dipimpin langsung Kapolda Sulsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, selaku inspektur upacara.

Turut hadir Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Bobby Rinal Makmum, Pangdivif 3 Kostrad Mayjen TNI Bangun Nawoko dan Danlantamal VI Brigjen TNI Mar Andi Rahmat. Termasuk Ketua Bawaslu Sulsel, Mardiana Rusli dan Ketua KPU Sulsel, Hasbullah.
Andi Rian menyebut operasi ini dilaksanakan selama 138 hari. Mulai dari 1 Agustus sampai dengan 16 Desember 2024.

"Total personel yang dikerahkan untuk mengamankan jalannya Pilkada 2024 di Sulsel sebanyak 12.145 personel," kata Andi Rian.

Selain itu, lanjut Andi Rian, Polda Sulsel juga telah membentuk pola pengamanan sistem rayonisasi bagi personel Sat Brimob.
"Rayonisasi terbagi dalam 4 rayon, yaitu Rayon Makassar, Rayon Parepare, Rayon Bone, dan Rayon Palopo," ujarnya.

Tidak hanya itu, jebolan Akpol 1991 ini mengaku juga telah menyiagakan ratusan personel berkualifikasi khusus dari satuan Brimob.
Pasukan Brimob yang disiagakan itu, mempunyai mobilitas tinggi yang dapat dikerahkan kapan pun dan di mana pun.

"Polda Sulsel juga menyiapkan 175 personel Brimob sebagai power on hand Kapolda yang siap dimobilisasi kapanpun dan di manapun ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan," ujar dia.

Personel itu, kata dia, sebagai dukungan terhadap pengamanan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan. Lebih lanjut dijelaskan, Polda Sulsel juga telah menggelar kegiatan rutin yang ditingkatkan. Seperti, cooling system untuk mengantisipasi setiap potensi pelanggaran ham dan gangguan kamtibmas menjelang pelaksanaan tahapan inti pilkada.

"Dalam menjaga situasi kamtibmas tetap kondusif, lakukan mapping potensi konflik sosial secara detail dan selesaikan potensi konflik tersebut hingga ke akar masalahnya," imbuh dia. (fahrullah-suryadi-isak pasa'buan/C)

  • Bagikan