Ngos-ngosan Cari ‘Kendaraan’

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Berdasarkan hitungan jumlah kursi, baru dua pasangan bakal calon yang akan bertarung di Pemilihan Wali Kota Makassar pada November mendatang. Hadirnya dua poros baru untuk menggenapkan empat pasangan calon, memang sangat memungkinkan terjadi, meski peluang sangat tipis.

Tarik menarik dukungan partai dipastikan akan terjadi. Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat menjadi kunci dalam perebutan itu. Pasangan calon yang membutuhkan tambahan kursi dipastikan akan menempuh kerja-kerja ekstra keras.

Pasangan Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi dan Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi Amir Uskara dipastikan mengunci syarat dukungan untuk ikut bertarung di Pilwali Makassar. Gabungan partai koalisi yang mengusung kedua pasangan itu sudah melebihi syarat 10 kursi untuk mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.

Adapun pasangan Munafri Arifuddin (Appi)-Aliyah Mustika Ilham serta Adi Rasyid Ali-Amri Arsyid harus berjibaku untuk mendapatkan 'kendaraan'. Keduanya akan terjadi tarik menarik khususnya dalam perebutan rekomendasi dari Partai Demokrat. Aliyah dan Adi masing-masing kader Demokrat yang memilih berbeda pasangan. Peta dukungan partai selengkapnya di grafis.

Bila tidak ada kejadian luar biasa mengenai komposisi dukungan partai saat ini, maka kemungkinan hanya tiga pasangan yang akan bertarung pada Pilwali Makassar. Appi-Aliyah atau Adi-Amri Arsyid, salah satunya harus harus mundur dari bursa kontestasi.

Empat pasangan bisa tercipta bila PAN yang punya tiga kursi bergabung ke Appi-Aliyah dan Demokrat berada di kubu Amri-Adi, maka empat pasangan bisa hadir. Sayangnya karena PAN lebih dahulu telah diklaim oleh pasangan Seto-Rezki. Partai Demokrat juga dapat menjadi penentu jumlah pasangan calon, meski partai ini akan lebih condong ke Appi-Aliyah.

Ketua Partai Demokrat Makassar, Adi Rasyid Ali mengatakan Demokrat memiliki mekanisme dalam mengusung kandidat. Menurut dia, partai akan mengusung calon yang mengikuti tahapan penjaringan yang digelar beberapa waktu lalu.

"Demokrat itu ada proses dan mekanismenya. Partai ini bukan abal-abal yang kandidatnya langsung masuk begitu saja," ujar Adi, Selasa (6/8/2024).

Dia mengatakan, Aliyah sama sekali tidak mengikuti penjaringan bakal calon kepala daerah di Demokrat. Bahkan, sambung Adi, Aliyah menolak saat diminta untuk mengikuti tahapan penjaringan partai Demokrat.

Adapun, Sekretaris Partai Golkar Makassar, Abdul Wahab Tahir mengatakan saat ini, Appi-Aliyah sementara melakukan lobi-lobi kepada Demokrat untuk mendapatkan rekomendasi.

"Insyallah Appi bersama Aliyah bisa mencukupkan partai koalisi. Saat ini sudah ada Perindo dan akan segera bergabung dengan Demokrat. Tiga partai koalisi, sudah cukup 10 kursi," kata Wahab Tahir.

Wahab mengatakan, Aliyah merupakan representasi dari Partai Demokrat sebagai legislator DPR RI dari partai berlambang Mercy tersebut. Dengan modal itu, Wahab meyakini Appi-Aliyah akan bisa bertarung di Pilwali Makassar.

Kemarin, DPP Partai Golkar menyerahkan surat rekomendasi B1-KWK kepada Appi. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia yang langsung menyerahkan rekomendasi itu di Jakarta.

Menurut Appi, dirinya bersama Aliyah yang langsung menerima rekomendasi itu. "Pak Dolli selaku Ketua Bappilu yang serahkan rekomendasi. Di Sulsel, ada beberapa. Kami bersamaan dengan Maros, Luwu, Soppeng," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah melihat dari dua kader Demokrat yang akan maju peluang Adi mengendarai Demokrat lebih besar. Alasannya, Aliyah punya resistensi negatif dari elite Demokrat karena suaminya, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) yang sebelumnya kader Demokrat, telah pindah ke Partai Golkar.

"Meski demikian, Aliyah memiliki kekuatan elektorat dari IAS sehingga kansnya sangat besar menang di Pilwali Makassar," imbuh Asratillah.

Adapun, Adi dan Amri punya elektorat yang masih rendah sehingga keduanya sulit bersaing dengan kandidat lainnya seperti Appi dan Indira.

"Saya lihat PKS dan Demokrat hanya ingin menaikan nilai bargaining di Pilwali Makassar. Secara elektorat Adi dan Amri tidak signifikan sesuai hasil sigi sejumlah lembaga survei. Bisa saja niat keduanya hanya manuver untuk menaikan nilai tawar kepada pihak yang ingin menggunakan PKS dan Demokrat di Pilwali," imbuh Asratillah.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Rizal Pauzi memprediksi bahwa Pilwali Makassar Makassar akan diikuti oleh tiga hingga empat calon. Namun demikian, Rizal menilai konstelasi politik yang terbentuk saat ini akan lebih menarik jika diikuti hanya tiga calon saja. Dimana, ketika colon tersebut masing-masing merepresentasikan kekuatan politik yang ada di Kota Makassar.

Misalnya, kata Rizal, Indira Jusuf yang juga merupakan istri dari Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto merepresentasikan kekuatan petahana. Kemudian Seto mewakili kekuatan partai dengan dukungan dari Gerindra dan NasDem. Sementara Appi, dengan elektoral tinggi dan pengalaman bertarung sebelumnya, memiliki keunggulan tersendiri.

"Tapi kalau mau bagus pertarungannya itu tiga calon saya pikir. Tiga calon ini merepresentasikan kekuatan masing-masing. Misalnya Indira merepresentasikan kekuatan petahana, Danny Pomanto. Kemudian ada merepresentasikan kekuatan partai, Seto, merepresentasikan kekuatan Gerindra dan NasDem yang yang jadi pemenang di Makassar," kata Rizal.

"Jadi kalau misalnya mesin partainya berjalan dengan bagus saya pikir, Seto-Rezki ini paling berpeluang menang kalau mesin parpol jalan. Sedangkan Appi punya elektorat tinggi, punya pengalaman bertarung, lalu berpasangan dengan Aliyah yang notabene juga suaminya (Ilham Arief Sirajuddin) pernah memimpin Makassar dua periode, itu juga kekuatan tersendiri. Jadi saya pikir tiga calon ini memiliki kelebihan masing-masing," sambung dia.

Hanya saja, menurut Rizal, terlepas dari kelebihan yang dimiliki ketiga pasang calon tersebut, mereka juga memiliki kekurangan. Seperti Indira, menurutnya jika benar dia maju sebagai kosong satu maka ada stigma negatif di masyarakat mengenai kepemimpinan perempuan yang masih melekat dan harus dipatahkan.

Sisi lain, pencalonan suaminya atau Danny Pomanto pada Pilgub Sulsel 2024 yang jadwalnya bersama dengan Pilwali Makassar, juga dinilai sebagai salah satu tantangan. Kerja-kerja politik tidak akan begitu maksimal, terlebih Indira masih kerap dikaitkan dengan kekuatan Danny Pomanto.

"Kalau Indira ini tantangannya bila Danny Pomanto ikut bertarung di Pilgub dan ini sudah hampir pasti. Tetapi yang perlu kita lihat posisi Indira ini bertahan saja kalau misalnya tiga calon, dan jika loyalis Danny di Makassar bertahan hingga 30 persen, saya pikir peluangnya menang besar. Cuman PR-nya apakah bisa mempertahankan simpul itu atau tidak. Dan tentunya juga meyakinkan publik karena tidak bisa dipungkiri sentimen perempuan di Makassar atau di Sulsel itu masih tinggi. Termasuk masih minim pengalaman juga," jelas Rizal.

Sama halnya dengan calon pendamping Appi, yakni Aliyah, jika Ilham Arief Sirajuddin (IAS) berhasil maju dalam Pilgub Sulsel maka kerja-kerja politik pencalonan istrinya dipastikan tidak akan maksimal. Mengingat kekuatan atau basis massa yang dimiliki anggota DPR RI itu adalah massa suaminya.

"Saya kira kalau dengan pengalaman, popularitas dan elektabilitas Appi tentu unggul apalagi dengan Aliyah. Tapi yang menjadi soal itu kalau misalnya ternyata loyalis Aliyah ini menurun karena waktu di Pileg kemarin dia tidak duduk lagi, itu berarti ada penurunan basis-basis loyalis. Makanya Aliyah ini harus segera fokus mengkonsolidasikan diri, dan ini juga jika IAS jadi maju di Pilgub karena kalau ikut bertarung di Pilgub, saya kira Aliyah tidak akan signifikan. Karena kekuatannya itu ada pada IAS, loyalis IAS turun ke Aliyah," ujar dia.

Sedangkan untuk pasangan Amri-Adi Rasyid Ali, keduanya juga dinilai memiliki peluang. Jadi pertanyaan, menurut Rizal, apakah mesin partai kedua pimpinan partai politik tersebut akan bekerja maksimal memenangkan mereka. Amri selaku Ketua DPW PKS Sulsel dan ARA sebagai Ketua DPC Demokrat Makassar.

"Perlu digarisbawahi, apakah mesin Demokrat dan PKS ini betul-betul signifikan di Makassar atau tidak. Kalau saya, pasangan Amri-Adi ini kalau mau realistis perlu melakukan survey yang mendalam lagi, betul tidak ada potensi menang. Karena kalau melihat hasil survei yang ada sekarang, dari skema pasangan yang ada, Amri-Adi ini kurang signifikan memenangkan Pilwali Makassar," kata Rizal.

Adapun, sekretaris tim pemenangan Indira, Idris mengatakan survei elektabilitas Indira kian mendekati Munafri Arifuddin. Mesk itak menjelaskan survei dari mana dan jumlahnya berapa, namun Idris optimistis, Indira akan bisa menyalip Appi menjelang Pilwali Makassar.

"Survei Indira kini berbeda sangat tipis dengan Appi. Hasil ini memberikan motivasi berlipat untuk tim," ujar Idris.

Menurut dia, survei dari beberapa menjadi pembanding untuk mengukur elektabilitas Indira. Dia berharap, tren tersebut akan terus membaik seiring dengan pergerakan tim yang terus bekerja.

Tim pemenangan Indira berkomitmen untuk melanjutkan kebaikan-kebaikan yang telah dirintis selama ini. Menurut Idris, salah satu faktor yang mendorong peningkatan elektabilitas Indira adalah program-program berfokus pada isu-isu yang penting bagi masyarakat Makassar.

Seperti peningkatan kualitas pendidikan, layanan kesehatan yang lebih baik, serta pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan. Selain itu, kehadiran Indira di berbagai kegiatan masyarakat dan pendekatan langsung kepada warga juga dianggap sebagai langkah strategis yang efektif dalam mendongkrak popularitasnya. (fahrullah-isak pasa'buan/C)

  • Bagikan

Exit mobile version