Dia berpesan, Partai Golkar akan terus melangkah ke depan dan memberi kontribusi positif bagi tanah air yang dicintai.
Kepada seluruh rakyat Indonesia, terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya selama ini kepada partai Golkar sebagai pembawa harapan bagi kemajuan bersama.
"Sebagai pribadinya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan atau kesalahan yang saya lakukan selama ini," ucapnya.
Dikatakan, sekali lagi terimakasih atas bantuan, kerjasama, serta persahabatan kepada semua pihak. Ia yakin dengan kebersamaan yang erat, Indonesia akan menjadi negeri yang semakin membanggakan semua
"Sebagai penutup, perkenankan saya untuk mengutip satu bait dalam himne partai Golkar. Hiduplah Golongan Karya. Semoga Tuhan selalu melindunginya," kutipanya.
Diketahui, Beberapa calon Ketum bermunculan. Seperti Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan nama lain Putra sulung Preaiden Jokowi yang juga Cawapres terpilih 2024, Gibran Rakabuming Raka. Sisebut-sebut bakal menjadi Ketua Umum Golkar yang menggantikan Airlangga.
Menanggapi hal ini, Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr. Rizal Pauzi mengatakan bahwa mendengar AH mundur dari Golkar adalah seperti badai politik menerpa di partai pohon beringin itu.
"Kenapa demikian, pada prinsipnya harusnya Airlangga menuntaskan rekomendasi Pilkada kemudian melakukan munas, karena tentu ini menjadi polemik ketika misalnya berganti ketua . Bisa saja berganti ketua, berganti kebijakan baru, salah satunya terkait usulan partai," katanya.
Dia menyebutkan, jika melihat dari tren kondisi yang ada. Tentu bisa melihat bahwa ini tentu tidak lepas dari dinamika dekat dengan disebabkan simpul kekuasaan.
Tentu dalam pola pola seperti ini badai besar ini kalau di dalam negara demokrasi hanya bisa dilakukan oleh kelompok kelompok yang dekat dengan kekuasaan.
"Sehingga kalau kita melihat yang berpeluang untuk jadi ketua umum golkar salah satunya dekat dengan kekuasaan. Tentu bisa bahlil, kemudian ketua mpr dan beberapa nama lain," jelasnya.
Soal potensi calon Ketum. Dia menyebutlan, terkait dengan peluang anak Jokowi mas Gibran tentu harus dilihat lebih dahulu mekanisme partai memungkinkan Gibran untuk jadi kerua Golkar atau tidak, karena partai memiliki ad/art tersendiri.
Tinggal bagaimana kemudian partai ini bisa menjalankan pergantian ketua umum ini dengan mekanisme yang tepat dan sesuai AD/ART yang ada.
Terkait dengan Solidaritas bisa melihat Golkar ini partai yang mapan. Tentu punya kader yang banyak berkualitas ada kaderisasi dalam kepemimpinan.
"Sehingga saya pikir peluangnya menjadi partai pemenang tetap besar tinggal memang yang menjadi dilema adalah orang orang diusung partai golkar di daerah. Karena memungkinkan perubahan kebijakan strategis dari ketua yang baru," tukasnya. (Yadi/B)