Pengamat politik UIN Alauddin Makassar, Dr. Ibnu Hadjar Yusuf, memberikan pandangannya terkait kemungkinan munculnya calon "boneka" dalam Pilgub Sulsel 2024.
"Di tengah geliat politik yang semakin memanas menjelang Pilgub Sulsel 2024, sebuah ancaman diam-diam mulai merayap dalam bayang-bayang skenario calon 'boneka'," ujarnya, Kamis (15/8/2024).
Akademisi UIN Alauddin tersebut menyebutkan bahwa dalam panggung politik, ada aktor utama yang telah ditentukan jauh sebelum tirai terbuka. Di balik layar, sekelompok elit politik bekerja keras menyusun skenario busuk demi mempertahankan kendali mereka.
Mereka menciptakan ilusi pilihan dengan menghadirkan sosok lawan yang sebenarnya tidak memiliki niat atau kemampuan untuk benar-benar bertarung.
"Inilah esensi dari calon 'boneka', sebuah bayangan tanpa substansi yang hanya ada untuk memenuhi formalitas, menciptakan kesan bahwa demokrasi masih hidup, padahal jiwanya telah lama hilang," ungkapnya.
Dr. Ibnu Hadjar menambahkan bahwa dalam teori elitisme yang dijelaskan oleh pemikir seperti Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca, kekuasaan cenderung terkonsentrasi di tangan segelintir orang.
Calon "boneka" adalah produk dari manipulasi ini, sebuah alat yang digunakan oleh para elit untuk memastikan bahwa kendali tetap berada di tangan mereka, meskipun terlihat seolah-olah rakyat diberikan pilihan.
Mengutip Jean-Jacques Rousseau dan teori demokrasi partisipatif dari Carole Pateman, ia mengingatkan bahwa demokrasi hanya berfungsi dengan baik jika rakyat terlibat secara aktif dalam proses politik. Ketika pilihan mereka dibatasi oleh kehadiran calon "boneka", hakikat partisipasi itu sendiri tercabut.