Anugerah Kehidupan

  • Bagikan
Darussalam Syamsuddin

Oleh: Darussalam Syamsuddin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Semua yang terjadi bukanlah sesuatu yang kebetulan, melainkan sudah dalam desain dan rencana Tuhan. Suka maupun duka, senyum dan tangis, senang ataupun sengsara, adalah warna warni perjalanan kehidupan.

Memang, tidak sulit mendapat kawan tertawa di saat suka, namun betapa susahnya mendapat teman menangis di kala duka. Karena, ketika suka tidaklah sulit untuk merasakan kebahagiaan, Tapi betapa susahnya untuk merasa bahagia di saat duka.

Hidup yang bagaimanakah yang dapat dikategorikan sebagai kehidupan yang baik. Al-Qur'an menuntun bahwa “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl/16: 97).

Al-Quran mengajarkan bahwa hidup yang baik adalah kehidupan yang di dalamnya kita dapat memelihara dan mempertahankan iman, serta mengisinya dengan amal saleh. Karena itu, boleh jadi seseorang berpenghasilan pas-pasan, tinggal di rumah yang sangat sederhana, tetapi di tengah godaan dan guncangan hidup ia tetap dapat mempertahankan imannya, maka yang demikian itu dikategorikan sebagai kehidupan yang baik.

Sementara itu, ada orang taat beragama, rajin pergi ke masjid, sering salat malam. Kemudian Allah memberikan kepadanya nikmat berupa: pangkat, jabatan, rezki, dan berbagai kenikmatan hidup lainnya. Sehingga dia tidak sempat lagi pergi ke masjid, tidak pernah lagi salat malam, bahkan tidak bisa lagi memelihara dan mempertahankan imannya dari terpaan godaan hidup. Maka kehidupan yang demikian itu adalah kehidupan yang merugi, meskipun pada kenyataannya terlihat sangat gemerlapan.

Setelah berhasil memelihara dan mempertahankan iman dan keyakinan dari jeratan bujuk-rayu dunia berupa kenikmatan sesaat, Al-Qur'an selanjutnya memerintahkan untuk melakukan amal saleh. Setiap aktifitas atau amal yang mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk diri sendiri dan diri orang lain dapat dikategorikan sebagai amal saleh.

Pesan Nabi saw “Sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain”. Karena itu, amal saleh tidaklah diukur dari jumlah dan besarnya sumbangan yang diberikan. Melainkan seberapa banyak manfaat yang dapat diberikan kepada orang lain.

Ilmu yang dimiliki dapat digunakan sebagai sarana untuk beramal saleh, jika ilmu itu dijadikan sebagai penuntun bagi orang yang membutuhkan petunjuk. Mengajar kepada orang yang belum mengetahui. Harta pun dapat menjadi sarana untuk beramal saleh, ketika harta itu dapat mendatangkan manfaat yang bisa dinikmati orang lain.

Mobil yang Anda miliki apa pun mereknya, jika digunakan untuk mengantar tetangga atau kerabat yang membutuhkan di tengah malam ke rumah sakit. Maka mobil tersebut berubah dari barang biasa menjadi amal saleh yang sangat berharga, karena mendatangkan manfaat bagi orang lain.

Tenaga yang dimiliki oleh seseorang dapat digunakan untuk melakukan amal saleh, ketika tenaga itu dimanfaatkan untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan. Bisa saja ada orang yang hidupnya serba terbatas, namun tetangga dan di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya merasakan manfaat yang besar akan kehadirannya. Sehingga ketika ia pergi, semua orang merasa kehilangan. Orang seperti itu dikatakan sebagai orang yang paling banyak manfaatnya kepada orang lain.

Kalau pun ke tiga hal yang telah disebut terdahulu (ilmu, harta dan tenaga) tidak kita miliki lagi, atau sudah sangat terbatas maka masih ada satu sarana yang Tuhan berikan. Sarana itu adalah kesempatan hidup. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version