RAKYATSULSEL - Bank Indonesia (BI) mengumumkan langkah-langkah strategis baru untuk meningkatkan adopsi transaksi digital di seluruh negeri sambil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap perkembangan pesat dalam teknologi finansial dan untuk memastikan sistem keuangan Indonesia tetap resilient di tengah ketidakpastian global.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Ryan Rizaldy memproyeksi bakal ada kenaikan transaksi digital dari 600 juta transaksi menjadi 10,05 miliar pada 2030. Meningkat signifikan sampai 14 kali lipat. Prioritas saat ini adalah meningkatkan infrastruktur layanan keuangan. Laju transaksi digital ditopang kegiatan ekonomi yang dilakukan generasi muda, yakni generasi Y dan Z.
- Strategi Penguatan Transaksi Digital
Dalam upaya memperluas adopsi transaksi digital, BI meluncurkan beberapa inisiatif utama:
- Pengembangan Infrastruktur Digital: BI akan mempercepat pembangunan infrastruktur teknologi untuk mendukung transaksi digital yang lebih cepat dan aman. Ini termasuk peningkatan sistem pembayaran berbasis QR Code dan dompet digital.
- Kemudahan Akses: Meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan digital untuk masyarakat di daerah terpencil melalui kerja sama dengan lembaga keuangan lokal dan penyedia teknologi.
- Edukasi dan Sosialisasi: Program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai keuntungan dan keamanan transaksi digital, serta cara melindungi data pribadi mereka.
- Langkah Menjaga Stabilitas Rupiah
Dalam hal menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI akan menerapkan beberapa kebijakan kunci:
- Intervensi Pasar Valuta Asing: BI akan terus memantau dan, jika diperlukan, melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama dunia.
- Kebijakan Moneter: Penyesuaian kebijakan suku bunga dan instrumen moneter lainnya akan dilakukan untuk menjaga inflasi tetap terkendali dan memastikan likuiditas yang memadai di pasar.
- Koordinasi Kebijakan: BI akan bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga terkait lainnya untuk memastikan bahwa kebijakan fiskal dan moneter berjalan sejalan dan saling mendukung dalam menjaga kestabilan ekonomi.
Ekonom dari Universitas Indonesia, Dr. Lina Sari, menyambut baik langkah-langkah BI tersebut. “Langkah BI untuk mempercepat adopsi transaksi digital sangat penting untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dan inklusi keuangan. Di sisi lain, upaya menjaga stabilitas rupiah juga krusial untuk menghadapi volatilitas global dan memastikan kepercayaan investor,” ungkap Dr. Lina.
Bank Indonesia berharap langkah-langkah ini dapat memperkuat sistem keuangan digital Indonesia dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, tantangan tetap ada, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat dan menghadapi risiko keamanan siber.