Dalam benak IMR, pegawai sial itu, mendapatkan nomor gubernur ibarat mendapat wangsit. Namun masalahnya kini apakah nyalinya cukup untuk menghubungi bapak gubernur, yang saat masih kerja jangankan bicara, menatap wajahnya saja bikin nyalinya kendor.
Tetapi nasib baik berpihak padanya, konon Gubernur Andi Sudirman Sulaiman, kerap membaca pesan pendek di ponselnya usai sholat subuh. Maka waktu itu dipakainya untuk mengutarakan kesusahan hatinya dipecat tanpa peringatan, dan saat pandemi Covid-19 sedang mengganas.
Hanya dalam 20 menit lebih Gubernur Sulsel, melalui orang dekatnya menelpon IMR. Sesuatu yang tak pernah IMR bayangkan. Kepada saya IMR, bercerita betapa dirinya bersyukur kepada Allah SWT, telah mengirimkan kepada masyarakat pemimpin yang amanah dan punya hati nurani.
"Saya sedih sekaligus gembira, sekalipun yang menelpon bukan gubernur, tetapi cukuplah bukti bahwa beliau seorang yang amanah," ujar IMR, dengan mata berkaca-kaca.
Saya teringat kalimat, "Kita memang memerlukan pemimpin yang bisa merasa, jangan yang hanya merasa bisa." Begitu barangkali. (*)