MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Plt Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sulawesi Selatan, Rasid Alfarizi, menyoroti masalah alokasi anggaran media yang tidak tepat sasaran, terutama menjelang Pilkada 2024.
Menurutnya, meskipun pagu anggaran di beberapa kabupaten/kota untuk penyebaran informasi bisa mencapai miliaran rupiah pertahun, banyak media massa yang tidak memiliki manajemen serta struktur yang jelas, namun tetap terakomodir dalam anggaran tersebut.
"Hal ini menyebabkan perusahaan media yang profesional dan memiliki struktur karyawan yang kompleks, tidak mendapatkan porsi kerjasama yang layak," ujar Rasid Alfarizi.
Situasi ini lanjutnya, sering menempatkan perusahaan media profesional dalam kesulitan finansial. Bahkan memaksa beberapa perusahaan media menutup operasinya.
Rasid mencontohkan Majalah Gatra, yang telah beroperasi sejak tahun 1994, terpaksa tutup pada tahun 2024 akibat kesulitan finansial.
"Ini bukan kasus tunggal, banyak perusahaan media lainnya juga menghadapi situasi yang sama," tambahnya.
Ketiadaan seleksi yang tegas dari pemerintah dalam menentukan media yang layak menerima iklan, menyebabkan munculnya banyak media "abal-abal" yang dikelola oleh satu atau dua orang saja.
Media semacam ini sering kali menyampaikan pemberitaan yang tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik, dengan judul-judul fantastis dan berita yang tidak berimbang.
"Mereka menggunakan taktik ini untuk mengancam instansi pemerintah agar mendapatkan kerjasama atau iklan," kata Rasid.
Ia menegaskan, media seharusnya menjadi mitra pemerintah yang independen, tanpa kepentingan pribadi atau perusahaan, dan menyajikan pemberitaan yang jauh dari menyesatkan.
"Kami berharap di momentum Pilkada 2024 ini, dapat melahirkan kepala daerah yang memiliki pemahaman yang baik tentang perusahaan media, sehingga informasi yang disebarkan bisa akurat dan akuntabel," tutup Rasid Alfarizi. (*)