MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pertarungan keras akan terjadi di barisan tim pemenangan kandidat di Pemilihan Wali Kota Makassar. Empat pasangan calon telah menunjuk sosok yang akan memimpin tim pemenangan.
Olah strategi dan taktik diperkirakan akan tersaji dari masing-masing ketua tim yang berlatar belakang politikus, pengusaha, maupun profesional. Kemampuan dan kerja-kerja pemenangan akan sangat bergantung dari kelihaian masing-masing komando tim dalam memetakan potensi elektoral di Kota Makassar.
Pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham menunjuk mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin sebagai ketua tim. Tim Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi akan dipandu oleh Ketua NasDem Makassar yang juga caleg terpilih DPRD Sulsel Andi Rachmatika Dewi.
Adapun, pasukan pemenangan Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi Amir Uskara akan dikomandoi oleh seorang profesional bernama Harun Rasyid. Sedangkan barisan pemenangan Muhammad Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando akan dipimpin oleh srikandi Partai Keadilan Sejahtera yang juga caleg terpilih DPR RI, Meity Rahmatia.
Bakal calon Wali Kota Makassar, Amri Arsyid mengatakan alasan menunjuk Meity sebagai ketua tim karena dinilai banyak memiliki pengalaman. Menurut dia, basis Meity di Kota Makassar berhasil mengantarkan ke kursi DPR RI.
"Karena kesuksesan dia dalam mengelola pemenangan di Dapil SulSel-1 RI yang wilayahnya meliputi Kota Makassar sehingga dipercaya menjadi ketua tim," ujar Amri, Senin (2/9/2024).
Meity Rahmatia merupakan caleg DPR RI pendatang baru di Dapil Sulsel I pada Pemilu 14 Februari lalu. Bahkan kehadirannya mampu membuat PKS meraih kembali kursi DPR RI dari Dapil Sulsel I. Pada Pileg 2019 PKS gagal mendapat kursi di dapil yang mencakup Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar itu.
Di Pileg 2024 ini, Meity Rahmatia berhasil merebut kursi ketika berkat torehan 230.113 suara yang diraih PKS dan suara pribadi Meity Rahmatia mencapai 97.783.
Selain menjadi wakil rakyat, Meity Rahmatia juga menjabat Owner Travel PT Meida Wisata dan Direktur PT Timoho Agung Wisata.
Meity Rahmatia mengatakan pasangan AMAN memiliki kekuatan yakni kader PKS yang sangat loyal dan militan. Meity mengaku akan langsung melakukan konsolidasi pemenangan, termasuk nantinya akan memetakan kekuatan caleg terpilih di Dapil Makassar.
"Sekarang tim relawan sudah bergerak. Salah satu pergerakan kami akan menyebarkan tim dari kader partai. Kemudian tim dari anggota legislatif. Ini basis yang akan kami maksimalkan," ujar Meity.
Srikandi PKS Sulsel ini optimistis seluruh anggota legislatif terpilih dan kader hingga loyalis PKS akan solid. Apalagi Amri merupakan Ketua DPW PKS Sulsel.
"Kami punya modal besar untuk memenangkan Pilwali Makassar. PKS punya enam kursi di Makassar. Anggota legislatif ini yang akan kami kerahkan," beber dia.
Ketua tim Seto-Rezki, Andi Rahmatika Dewi mengataku akan berusaha memenangkan jagoannya. Menurut dia, pasangan itu memiliki pengalaman dan kerja nyata yang tidak dimiliki kandidat lainnya.
"Seto satu-satunya kandidat yang berlatarbelakang mantan kepala daerah. Sedangkan Rezki merupakan anggota DPRD Sulsel yang sudah dua kali terpilih," ujar Rahmatika.
Anggota DPRD Sulsel itu menegaskan, latar belakang tersebut menjadi modal besar bagi Seto-Rezki sehingga, lebih layak memimpin Kota Makassar.
"Seto pernah menjadi Bupati di Sinjai, pasti paham mengenai tata kelola pemerintahan. Kalau Rezki anggota DPRD yang matang di bidang pengawasan anggaran," kata dia.
Rahmatika mengatakan perpaduan Seto dan Rezki merupakan figur kandidat yang mewakili kalangan milenial. Ini dianggap sebagai pemimpin muda masa depan yang sudah punya pengalaman.
"Sehingga bukan hal mustahil mereka berdua membawa program pendidikan gratis dan kesehatan paripurna. Ini sangat bisa terwujud, karena ide dan gagasannya visioner," imbuh Rahmatika.
Ketua Komisi D DPRD Sulsel itu juga mengingatkan kepada masyarakat Kota Makassar agar senantiasa jeli melihat rekam jejak calon pemimpinnya. Sebab, kata dia, Makassar merupakan kota metropolitan dan gerbang Indonesia Timur sehingga calon pemimpin ke depan harus dilihat kemampuan serta pengalamannya.
"Andi Seto dan Rezki adalah pemimpin masa depan kota Makassar," ujar dia.
Adapun Munafri Arifuddin menyatakan menunjuk Ilham Arief Sirajuddin (IAS) sebagai ketu tim. "Kami sepakat beliau yang akan pimpin tim ini. Nanti kami akan melakukan rapat perdana dengan semua elemen yang dibentuk menjadi sebuah tim," kata Appi.
Alasan Appi menunjuk IAS karena merupakan politisi senior yang sudah mumpuni dalam hal pemetaan strategi pemenangan di pilkada. Apalagi, kata Appi, IAS pernah menjabat sebagai wali kota Makassar dua periode sehingga dengan modal pengalaman yang dimiliki oleh IAS sudah tidak perlu diragukan lagi.
"Tentu paling pertama senioritas dan pengalaman politik Pak Ilham. Orangnya sangat energik, bisa setiap hari bertemu banyak orang dan juga punya pengalaman dalam memimpin pemerintahan," imbuh Ketua Partai Golkar Makassar itu.
Selain itu, jumlah partai pengusung yang berada di barisan Appi-Aliyah lebih banyak dibandingkan kandidat lain. Partai yang mengusung pasangan ini yakni Golkar, Demokrat, Hanura, Perindo, PBB, PKN, dan Partai Ummat.
Appi mengatakan, kerja-kerja politik ke depan berpeluang bisa menggaet lebih banyak pemilih di Kota Makassar dalam memenangkan pertarungan.
"Jumlah partai politik pengusung terbanyak itu suatu kesyukuran dan keunggulan buat kami, dan ini nanti akan kumpul sama-sama untuk mendudukkan porsinya masing-masing," imbuh dia.
Yang terpenting, kata Appi, waktu untuk turun ke masyarakat harus lebih masif lagi agar setiap permasalahan setiap warga bisa didengar secara langsung.
"Kami akan terus bersosialisasi. Artinya, bertemu langsung dengan warga jauh lebih efektif dibandingkan mengumpulkan banyak massa," kata mantan CEO PSM Makassar ini.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Rizal Pauzi mengatakan, peran dan dampak ketua tim pemenangan dalam Pilkada merupakan sosok sentral dikarenakan mereka yang akan memimpin strategi kampanye hingga kemenangan.
Namun, Rizal juga menekankan bahwa paradigma lama yang mengandalkan ketokohan sebagai instrumen utama tidak lagi sepenuhnya relevan dalam Pilkada. Terlebih dalam Pilkada Makassar sudah masuk dalam kategori pemilih cerdas, sehingga keberhasilan sebuah tim lebih ditentukan oleh kerja kolektif yang mampu menyentuh langsung masyarakat.
"Terkait tim pemenangan, saya pikir itu merupakan titik sentral dari tim pemenangan karena dia akan memimpin pemenangan. Cuman pola ketokohan itu paradigma lama, dalam artian bahwa ketokohan itu adalah salah satu instrumen penting dalam mengorganisir tim, tetapi itu bukan kemutlakan karena di Makassar dengan pemilih yang cerdas tentu butuh kerja-kerja tim, bukan hanya ketokohan," ujar Rizal.
"Dalam hal ini, kemampuan ketua tim untuk mengorganisir tim, termasuk menggerakkan mesin partai dan tim relawan, adalah kunci. Keempat ketua tim ini memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing," sambung dia.
Dijelaskan, IAS sebagai ketua tim pemenangan Appi-Aliyah memang memiliki pengaruh besar mengingat rekam jejaknya sebagai mantan Wali Kota Makassar. Selain itu, ketokohannya juga masih sangat dikenal di kalangan masyarakat Makassar.
Hanya saja, menurut Rizal, ketokohan itu tidak cukup untuk membawa jagoannya memenangkan Pilkada. Terlebih IAS disebut memiliki rekam jejak yang perlu dievakuasi, dimana istrinya, Aliyah dan anaknya Amirul Yamin Ramadhansyah sama-sama gagal duduk di kursi DPR pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
"Ketokohan IAS memang kuat, namun kita juga harus ingat bahwa ketokohan saja tidak selalu cukup. Kita lihat waktu Deng Ical maju (Pilkada Makassar tidak terlalu signifikan juga perolehan suaranya. Kemudian di sisi lain juga misalnya ibu Aliyah (istri IAS) tidak duduk (lolos DPR), kemudian anaknya juga tidak duduk (DPR), saya kira itu bagian yang perlu untuk direfleksikan juga," imbuh Rizal.
Sementara itu, Andi Rachmatika Dewi atau Cicu yang menjadi ketua tim pasangan calon Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi, dinilai memiliki kekuatan lain. Sebagai politisi NasDem dan ketua partai, Cicu dianggap memiliki struktur tim yang solid dan didukung oleh partai pemenang.
"NasDem adalah partai yang dominan saat ini, dan Cicu memiliki kemampuan untuk mengelola timnya dengan baik. Ini adalah kelebihan yang signifikan," ujar Rizal.
Sedangkan mengenai Meity Rahmatia, yang memimpin tim pemenangan pasangan calon Amri Arsyid - Abdul Rahman Bando, kata Rizal, ketokohannya juga sangat begitu populer sehingga dikhawatirkan Meity lebih dikenal masyarakat dibandingkan calon yang dikampanyekan.
Rizal menyebut, dalam strategi politik anggota DPR RI terpilih itu tidak lagi diragukan. Hanya saja, dalam kontestasi kali ini kondisinya berbeda dengan Pileg.
"Dalam Pilkada, kandidat harus lebih dikenal dibanding ketua timnya. Meity, yang baru saja sukses di Pileg, saya kira ini juga catatan bahwa harus hati-hati agar strategi timnya tidak terlalu mirip dengan Pileg, karena konteksnya berbeda," jelas Rizal.
Adapun untuk pasangan Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi yang menunjuk Harun Al Rasyid sebagai ketua tim pemenangan, Rizal menggarisbawahi bahwa pendekatan tim yang inklusif dan tidak terpusat adalah kunci. Ia mencontohkan kesuksesan tim Wali Kota Makassar, Danny Pomanto yang juga suami Indira, berhasil karena melalui solidaritas tim yang kuat.
Rizal menegaskan bahwa di era politik modern ini, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh ketokohan ketua tim, tetapi juga oleh kemampuan manajerial dan strategi dalam menggerakkan seluruh elemen kampanye.
"Dari keempat pasangan ini, semuanya punya kelebihan dan kekurangan. Yang paling penting adalah sejauh mana mereka bisa membangun dan mem-branding kandidatnya dengan efektif," tutup Rizal.
Road Show Azhar Arsyad
Sementara itu, bakal calon Wakil Gubernur Sulsel, Azhar Arsyad mulai menyiapkan diri untuk melakukan road show ke daerah. Safari ini ini berbeda dari agenda biasanya karena lebih kepada sosialisasi dan memperkenalkan diri pada tokoh yang dianggap lebih tua.
Azhar mengatakan bahwa kunjungan ke berbagai daerah dimulai, pekan ini. Apalagi penetapan pasangan calon oleh KPU akan dimulai pertengahan September ini.
"Kami sudah persiapan segala hal. Setelah penetapan baru ke daerah road show pekan ini. Kali ini saya dan tim lebih pada perkenalan diri ke masyarakat dan sowan ke tokoh yang lebih tua," ujar Azhar.
Azhar adalah Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Sulsel. Dia juga tokoh NU Sulsel. Selain itu memiliki latar belakang sebagai aktivis PMII.
Kini Azhar dipilih mendampingi Moh Ramdhan Pomanto di Pilgub 2024. Pasangan tagline DIA ini disokong tiga partai utama yakni PKB, PPP dan PDIP. Selain itu, ada beberapa partai non parlemen seperti Partai Buruh, PBB.
Disebutkan bahwa, dirinya bersama Danny akan berbagi tugas. Azhar akan menyisir wilayah utara-timur Sulsel, dimulai dari Kabupaten Maros dan finish di Luwu Timur.
Sedangkan Danny akan start dari Kota Makassar menuju wilayah selatan. Tujuannya untuk menemui masyarakat di 24 daerah.
"Saya start mulai Maros bersama kader PKB. Saya memaksimalkan internal partai, kemudian tim di eksternal. Kalau Pak Danny ke selatan mulai Makassar bersama akar rumput relawan," imbuh Azhar.
Azgar menegaskan bahwa pihaknya akan lebih banyak melakukan pertemuan tatap muka dan berdialog. Sedangkan pemasangan atribut hanya dilakukan di sebagian daerah saja.
"Sosialisasi model baliho, bukan prioritas. Kami dahulukan tatap muka. Road show nanti ke semua daerah akan menemui tokoh dan masyarakat umum," beber dia. (suryadi-isak pasa'buan/C)