MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Empat pasangan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar tahun 2024 telah menunjuk ketua tim pemenangan masing-masing. Pilihan ini dinilai strategis terlebih mereka adalah orang-orang yang sudah terkenal dan menjadi tokoh, namun pengaruh dan efektivitasnya masih menjadi perdebatan publik.
Pasangan calon Munafri 'Appi' Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham diketahui menunjuk politikus Golkar, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) sebagai ketua tim pemenangan. Kemudian Amri Arsyid -Abdul Rahman Bando menunjuk politikus PKS yakni Meity Rahmatia sebagai ketua tim pemenangan.
Tak mau kalah, Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi juga memilih politikus NasDem, Andi Rachmatika Dewi atau yang akrab disapa Cicu sebagai ketua tim pemenangan. Sedangkan Indira Yusuf Ismail – Ilham Ari Fauzi diketahui menunjuk Harun Al Rasyid sebagai ketua tim pemenangan.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Rizal Pauzi mengatakan, peran dan dampak ketua tim pemenangan dalam Pilkada merupakan sosok sentral dikarenakan mereka yang akan memimpin strategi kampanye hingga kemenangan.
Namun, Rizal juga menekankan bahwa paradigma lama yang mengandalkan ketokohan sebagai instrumen utama tidak lagi sepenuhnya relevan dalam Pilkada. Terlebih dalam Pilkada Makassar sudah masuk dalam kategori pemilih cerdas, sehingga keberhasilan sebuah tim lebih ditentukan oleh kerja kolektif yang mampu menyentuh langsung masyarakat.
"Terkait tim pemenangan, saya pikir itu merupakan titik sentral dari tim pemenangan karena dia akan memimpin pemenangan. Cuman pola ketokohan itu paradigma lama, dalam artian bahwa ketokohan itu adalah salah satu instrumen penting dalam mengorganisir tim, tetapi itu bukan kemutlakan karena di Makassar dengan pemilih yang cerdas tentu butuh kerja-kerja tim, bukan hanya ketokohan," ujar Rizal.
"Dalam hal ini, kemampuan ketua tim untuk mengorganisir tim, termasuk menggerakkan mesin partai dan tim relawan, adalah kunci. Keempat ketua tim ini memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing," sambung dia.
Dijelaskan, IAS sebagai ketua tim pemenangan Appi-Aliyah memang memiliki pengaruh besar mengingat rekam jejaknya sebagai mantan Wali Kota Makassar. Selain itu, ketokohannya juga masih sangat dikenal di kalangan masyarakat Makassar.
Hanya saja, menurut Rizal, ketokohan itu tidak cukup untuk membawa jagoannya memenangkan Pilkada. Terlebih IAS disebut memiliki rekam jejak yang perlu dievakuasi, dimana istrinya, Aliyah dan anaknya Amirul Yamin Ramadhansyah sama-sama gagal duduk di kursi DPR pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
"Ketokohan IAS memang kuat, namun kita juga harus ingat bahwa ketokohan saja tidak selalu cukup. Kita lihat waktu Deng Ical maju (Pilkada Makassar tidak terlalu signifikan juga perolehan suaranya. Kemudian di sisi lain juga misalnya ibu Aliyah (istri IAS) tidak duduk (lolos DPR), kemudian anaknya juga tidak duduk (DPR), saya kira itu bagian yang perlu untuk direfleksikan juga," imbuh Rizal.
Sementara itu, Andi Rachmatika Dewi atau Cicu yang menjadi ketua tim pasangan calon Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi, dinilai memiliki kekuatan lain. Sebagai politisi NasDem dan ketua partai, Cicu dianggap memiliki struktur tim yang solid dan didukung oleh partai pemenang.
"NasDem adalah partai yang dominan saat ini, dan Cicu memiliki kemampuan untuk mengelola timnya dengan baik. Ini adalah kelebihan yang signifikan," ujar Rizal.
Sedangkan mengenai Meity Rahmatia, yang memimpin tim pemenangan pasangan calon Amri Arsyid - Abdul Rahman Bando, kata Rizal, ketokohannya juga sangat begitu populer sehingga dikhawatirkan Meity lebih dikenal masyarakat dibandingkan calon yang dikampanyekan.
Rizal menyebut, dalam strategi politik anggota DPR RI terpilih itu tidak lagi diragukan. Hanya saja, dalam kontestasi kali ini kondisinya berbeda dengan Pileg.
"Dalam Pilkada, kandidat harus lebih dikenal dibanding ketua timnya. Meity, yang baru saja sukses di Pileg, saya kira ini juga catatan bahwa harus hati-hati agar strategi timnya tidak terlalu mirip dengan Pileg, karena konteksnya berbeda," jelas Rizal.
Adapun untuk pasangan Indira Yusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi yang menunjuk Harun Al Rasyid sebagai ketua tim pemenangan, Rizal menggarisbawahi bahwa pendekatan tim yang inklusif dan tidak terpusat adalah kunci. Ia mencontohkan kesuksesan tim Wali Kota Makassar, Danny Pomanto yang juga suami Indira, berhasil karena melalui solidaritas tim yang kuat.
Rizal menegaskan bahwa di era politik modern ini, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh ketokohan ketua tim, tetapi juga oleh kemampuan manajerial dan strategi dalam menggerakkan seluruh elemen kampanye.
"Dari keempat pasangan ini, semuanya punya kelebihan dan kekurangan. Yang paling penting adalah sejauh mana mereka bisa membangun dan mem-branding kandidatnya dengan efektif," tutup Rizal. (isak pasa'buan/B)