MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Program kampus inklusif telah dicanangkan oleh Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa sejak awal jabatannya kini mendapat perhatian khusus tamu dari luar negeri.
Pusat disabilitas ini dibentuk sebagai salah satu wujud implementasi kampus inklusif. Tentu di bawah naungan Wakil Rektor IV Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis.
Kali ini, Duta Besar Australia untuk Indonesia Her Excellency (HE) Penny Williams melakukan kunjungan ke Universitas Hasanuddin (Unhas), Kamis (5/9).
Kunjungan Duta Besar Australia untuk Indonesia Her Excellency (HE) Penny Williams disambut hangat Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Jamaluddin Jompa.
Hadir mendapingi Dubes Australia, Konsul Jenderal Australia di Makassar, Mr Todd Dias, Direktur AIC@Unhas Lab, Dr Nana Saleh.
Usai bertandang ke Unhas, Duta Besar Australia untuk Indonesia. Her Excellency (HE) Penny Williams mengucapkan terimakasih kepada Rektor Unhas Prof Djamaluddin Jompa yang telah menerima rombongan Dubes Australia.
"Kami berharap mahasiswa Australia terus bertambah menempuh pendidikan di Kampus Almamater Merah tersebut. Semoga akan lebih banyak mahasiswa Australia belajar disini. Saya senang sekali berkunjung di Unhas," kata Penny Williams.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, HE Penny Williams untuk kedua kalinya berkunjung ke Unhas. Kunjungan pertama saat mendampingi Perdana Menteri
Australia HE Mr Anthony Albanese berkunjung ke Unhas pada tahun 2022, dua pekan setelah beliau dilantik menjadi Perdana Menteri.
Dalam kunjungan, pihaknya berkunjung ke Pusat Disabilitas Unhas dan bertemu dengan para mahasiswa difabel dilanjutkan dengan pertemuan dengan sejumlah alumni Australia di Unhas dan di Makassar. Para alumni tergabung dalam organisasi alumni bernama IKAMA (Ikatan Alumni Australia).
"Jadi, perlu hubungan pendidikan antara Australia dengan Indonesia penting sekali khususnya dengan Unhas. Apalagi banyak waga Australia alumni dari Unhas," ujar Penny.
Dia mengaku akan ada banyak mahasiswa Australia belajar di unhas, apalagi kata dia tahun ini juga tepat 75 tahun hubungan diplomatik antara Australia dengan Indonesia.
"Salah satu pilar yang paling penting dalam hubungan tersebut adalah pendidikan. Sekali lagi saya senang sekali datang ke Unhas," ucapnya.
Sedangkan, Rektor Unhas Prof Djamaluddin Jompa menuturkan bahwa Unhas dan Australia keluarga dekat. Unhas dan Australia adalah keluarga terdekat.
"Untuk Mahasiswa bagaimana untuk memperkuat hubungan antar generasi untuk sama-sama, bergandengan dan sama-sama kuat," ujar Prof JJ.
Dubes berkunjung ke Kantor Australia-Indonesia Centre (AIC)@Unhas Lab, sebuah lembaga baru yang didirikan bersama oleh Unhas dan AIC yang diberikan mandat antara lain untuk menyelenggarakan Program Riset PAIR (Partnership for Australia Indonesia Research) Sulawesi.
Program PAIR melibatkan 19 Universitas di Australia dan di Indonesia dan di-host oleh Unhas. PAIR Sulawesi didanai oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia. (Yadi/B)