Head to Head Disebut Jadi Ancaman Petahana

  • Bagikan
Ilustrasi Pilkada 2024

MAKASSAR, RAKYATSULSEL – Head to Head disebut menjadi ancaman bagi petahana pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) November nanti.

Pada Pilkada serentak ini, sekitar enam daerah di mana petahana memiliki lawan, seperti di Wajo, pasangan Amran Mahmud – Amran ditantang oleh Andi Rosman – Dr. Baso Rahmanuddin.

Begitu juga di Bulukumba, pasangan Muchtar Ali Yusuf – Edy Manaf ditantang oleh pasangan Jamaluddin Syamsir – Tomy Satria Yulianto.

Di Tana Toraja, pasangan Zadraq Tombeg – Erianto Laso’ menghadapi penantang Victor Datuan Batara – John Diplomasi. Di Takalar, pasangan Syamsari Kitta – Natsir Ibrahim ditantang oleh Firdaus Dg Manye – Hengky Yasin.

Sementara itu, di beberapa daerah terdapat pecah kongsi antara bupati dan wakil bupati. Di Toraja Utara, pasangan Yohanis Bassang – Marthen Rantetondok ditantang oleh Frederick V Palimbong – Andrew Branch Silambi. Di Bantaeng, Ilham Azikin – Kanita Kahfi akan menghadapi Fauzi Nurdin Abdullah – Sahabuddin.

Direktur Politik Profetik Institute, Asratillah skema head to head merupakan ancaman bagi petahana, karena kandidat penantang itu memiliki kesempatan untuk melakukan konsolidasi kelompok yang tidak sejalan dengan petahana.

"Jadi kelompok-kelompok yang merasa dirugikan oleh oleh kepala daerah petahana pasti mencari sosok bukan incumbent. Karena dia pasti hitung-hitungan jika incuymet ini terpilih maka gerbong yang diperhatikan dan tidak diperhatikan sama yang lalu," kata Asratillah kepada Rakyat Sulsel.

Jika kandidat penantang ini mampu mengoksidasi kan kelompok yang tidak sejalan lagi incumbent itu menjadi ancaman besar bagi petahana. 

"Kalau penantang mampu mengkonsolidasikan kelompok oposisi itu ancaman besar bagi petahana," bebernya. 

Namun kata Asratillah petahana secara electoral petahana kepala daerah yang paling diuntungkan. Karena suara Pilkada sebelumnya, kontribusi 01 jauh lbih besar ketimabang wakil. 

"Wakil kepala daerah hanya menambah dan menjadi support system. Lalu Pilkada Berikutnya pecah kongsi maka loyalitas lama juga pecah dan lebih banyak ke kepala daerah," tuturnya.

Incumbent kepala daerah memiliki pengaruh jauh lebih kuat ke birokrat atau ke masyarakat. Ini dikarenakan kepala daerah patahan memiliki kewenangan yang berpihak kepada birokrat maupun masyarakat. 

"Baik itu dalam kebijakan atau anggaran. Apalagi kalau patahan memiliki kunjungan ke masyarakat lebih banyak dibandingkan wakilnya  selama ini," jelasnya.  (Fahrullah)

  • Bagikan

Exit mobile version