Sebagai kandidat yang diusung oleh koalisi PDI Perjuangan, PPP, dan PKB, Danny mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi sebagian petani yang terjebak dalam siklus hutang untuk memulai musim tanam, sementara hasil panen seringkali hanya cukup untuk menutupi biaya tersebut.
"Banyak petani memulai musim tanam dengan modal dari hutang, namun hasil panen mereka seringkali tidak cukup untuk menutupi biaya itu. Ini yang perlu kita ubah," jelas Danny.
Untuk mengatasi masalah ini, DIA menawarkan solusi inovatif, khususnya di wilayah Ajatappareng (Sidrap, Pinrang, Enrekang, Barru) dan Bosowasi (Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai). Wilayah-wilayah tersebut akan dioptimalkan sebagai zona surplus beras dengan dukungan teknologi pertanian terbaru.
Selain itu, DIA merencanakan pembangunan pusat-pusat pembelian hasil pertanian yang akan dikelola oleh BUMD dan Bumdes.
"Kita akan membangun pusat-pusat pembelian produk petani yang dikelola secara profesional oleh BUMD dan Bumdes. Ini akan memastikan harga yang stabil dan adil bagi petani," terangnya.
Lebih lanjut, pasangan DIA juga berkomitmen untuk memperkuat hilirisasi pertanian di 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Hilirisasi ini melibatkan pengolahan hasil panen menjadi produk bernilai tambah, sehingga tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan daerah.