Pilkada Maros, Pengamat Bilang Ada Potensi Muncul Penggerak Kolom Kosong

  • Bagikan
Bupati dan Wakil Bupati Maros, Chaidir Syam-Suhartina Bohari.

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Penggerak kolom kosong pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Maros berpotensi muncul, pasca Suhartina Bohari dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), sehingga Chaidir Syam memilih Andi Muetazim Mansyur sebagai pengganti ketua Golkar Maros tersebut.

"Menurut saya peluang itu ada (gerakan kolom kosong). Kenapa? karena tentu ada hal yang perlu diperhatikan disini, misalnya Golkar tidak bisa menyatu lagi misalnya," kata Direktur Nurani Strategic, Nurmal Idrus saat dikonfirmasi, Kamis (12/9).

Dirinya menyebutkan kolom kosong bisa digerakan oleh orang-orang Suhartina yang saat ini kecewa dari Chaidir Syam. Dimana ketua PAN Maros tersebut menggandeng kepala dinas PUPR atau ASN. Sehingga kata Nurmal Chaidir harus segera menjalin komunikasi dengan wakil bupati tersebut agar orang-orang mereka tidak menjalankan kolom kosong.

"Ibu Suhartina jugakan tentu punya basis, jadi tergantung sebenarnya bagaimana pak Chaidir ini memenangkan dan menjalin hubungan yang baik dengan Ibu Suhartina. untuk meredam potensi adanya gerakan kolom kosong," ujarnya.

Nurmal juga menyebutkan untuk saat ini dia belum melihat adanya gerakan besar untuk menggerakan kotak kosong tersebut, apalagi Suratina baru dinyatakan TMS baru beberapa hari lalu.

"Tapi menurut saya elektabilitas pak Chaidir ini tidak terlalu banyak berpengaruh dengan persoalan ini (kotak kosong). Jadi dia tetap bertahan di posisi bagus sampai hari ini untuk keterpilihannya," bebernya.

Nurmal menyebutkan calon pengganti yang dipilih relatif tidak menghadapi resistensi atau penolakan besar partai politik, karena Chaidir memilih birokrat ketimbang kader Parpol. Penolakan tersebut bisa terjadi jika Chaidir mengambil salah satu kader Parpol jadi wakilnya.

"Artinya semua orang menilai wajar karena dia orang netral. Jadi penolakan dari partai pengusung atau kelompok-kelompok itu relatif tidak terlalu banyak/ Memilih salah satu calon dari koalisi tertentu dapat berpotensi menimbulkan kekecewaan di antara partai-partai politik lainnya," jelasnya. (Fahrul/B)

  • Bagikan