Integritas, Karakter, dan Rekam Jejak Kepemimpinan

  • Bagikan
Ainun Tri Risky CH. Nisa.

Penulis: Ainun Tri Risky CH. Nisa
Alumni Fakultas Psikologi UNM Makassar

RAKYATSULSEL - PEMILIHAN kepala daerah dan wakil kepala daerah secara serentak di Indonesia akan digelar pada 27 November 2024. Kontestasi lima tahunan ini memerlukan perhatian mendalam terhadap rekam jejak calon kepala daerah, mulai dari calon Gubernur/Wakil Gubernur, Walikota/Wakil Walikota, hingga Bupati/Wakil Bupati.

Penting untuk menilai dan menganalisis setiap calon dengan seksama agar kita bisa memilih pemimpin yang terbaik dari yang ada, meski terkadang pilihan tampak tidak ideal. Meski demikian, masih banyak calon yang memiliki karakter, integritas, dan kredibilitas yang menjanjikan kemajuan untuk daerah yang akan dipimpinnya.

Integritas merupakan kualitas esensial dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin harus konsisten antara kata dan perbuatan, serta selalu jujur dalam setiap perkataan dan tindakan. Integritas menciptakan kepercayaan dan rasa hormat dari bawahan, serta menunjukkan komitmen dan tanggung jawab.

Setiap ucapan harus diikuti dengan tindakan nyata untuk memastikan bahwa pemimpin tidak hanya berbicara, tetapi juga berbuat. Menghindari kebohongan, baik kecil maupun besar, adalah kunci untuk menjaga kepercayaan.

Integritas adalah fondasi kepemimpinan yang efektif. Dengan mengedepankan integritas, pemimpin tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari bawahannya, tetapi juga memperoleh ridha dari Tuhan Yang Maha Esa. Melalui penerapan ajaran agama, kita dapat menjadi pemimpin yang lebih baik dan membawa kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.

Karakter lain yang penting dalam kepemimpinan adalah kejujuran. Seorang pemimpin wajib berbicara dan bertindak jujur dalam melaksanakan tugasnya. Kejujuran mencakup tidak berbohong, menipu, atau ingkar janji. Tindakan tidak jujur tidak hanya berdosa tetapi juga berdampak negatif pada kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Psikolog mengidentifikasi ciri-ciri orang yang tidak berintegritas sebagai individu yang tidak konsisten, cepat menyalahkan orang lain, dan kurang empati. Mereka tidak mampu membedakan antara kejujuran dan kebohongan, serta sering kali tidak konsisten dalam tindakan dan perkataan.

Marilah kita berkomitmen untuk menjaga kejujuran dan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan, agar kita dapat menjadi teladan kepemimpinan yang baik dan memperoleh berkah dalam setiap langkah kepemimpinan kita. (**)

  • Bagikan

Exit mobile version