Simbol Komunikasi
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Prof. Sukri Tamma mengatakan pada dasarnya nomor urut lebih sering dimaknai sebagai simbol daripada penentu utama kemenangan, terutama dalam situasi di mana jumlah kandidat tidak terlalu banyak.
“Kalau kandidat banyak, nomor urut biasanya lebih berpengaruh, terutama dalam hal penempatan di kertas suara. Orang cenderung melihat nomor urut lebih mudah saat jumlahnya banyak,” kata Prof. Sukri.
Namun, dalam Pilkada Makassar tahun ini, di mana hanya ada empat pasangan calon, nomor urut kemungkinan besar tidak akan berdampak signifikan pada hasil akhir atau kemenangan calon tertentu.
Menurut Prof. Sukri, para kandidat mungkin hanya akan memanfaatkan nomor urut sebagai simbol komunikasi yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Misalnya, nomor satu bisa dikaitkan dengan lambang jempol, nomor dua dengan simbol victory (V) atau kemenangan, nomor tiga dengan lambang metal, dan empat dengan simbol tertentu.
Dijelaskan, meski secara umum nomor urut tidak terlalu signifikan, beberapa pasangan calon tetap menilai bahwa nomor tertentu bisa membawa keberuntungan. Nomor satu, misalnya, sering kali dikaitkan dengan pemenang, simbol kehebatan, atau kualitas unggul.
"Biasanya juga nomor itu diberikan makna tertentu, misalnya nomor satu selalu dikaitkan dengan orang nomor satu adalah pemenang. Isu-isu seperti itu yang biasanya dikaitkan," terang Prof. Sukri.
Meskipun menurut Prof. Sukri, dalam pemilih seperti Pilwalkot ini biasanya pemilih sudah memiliki afiliasi atau kecenderungan terhadap satu atau dua pasangan calon tertentu. Nomor urut disebut biasanya hanya akan menyasar pemilih yang belum menentukan pilihan, dimana posisi calon di kertas suara bisa mempengaruhi pemilihan untuk memilih.
“Misalnya dalam pemilihan legislatif, ketika banyak nama muncul di kertas suara, posisi calon yang berada di tengah akan lebih mudah terlihat dan mendapat perhatian lebih dulu,” ungkapnya.
Hal ini disebut berkaitan dengan spektrum pandangan manusia saat membuka kertas suara yang biasanya bagian tengah yang pertama kali dilihat. Namun, dengan hanya empat pasangan calon di Pilkada Makassar, pemilih dapat dengan mudah melihat semua calon sekaligus saat membuka kertas suara. Ini membuat posisi atau nomor urut calon tidak menjadi faktor yang menentukan kemenangan.
Prof. Sukri juga menambahkan bahwa dampak posisi di kertas suara akan lebih terasa pada pemilih yang belum memutuskan pilihan sebelum hari pemilihan. Mereka mungkin lebih terpengaruh oleh penempatan visual di kertas suara.