Bisikan Nurani

  • Bagikan
Darussalam Syamsuddin

Oleh: Darussalam Syamsuddin

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Manusia memang telah diciptakan dengan sempurna. Coba perhatikan, semua perlengkapan yang diperlukan untuk hidup bahagia sudah tersedia pada dirinya.

Bahkan jawaban terhadap semua persoalan apa pun yang dihadapi telah tersedia. Bandingkan dengan makhluk Tuhan yang lain, tanpa dilengkapi dengan akal. Namun, sering kali manusia harus belajar pada makhluk selainnya.

Al-Ghazali menjelaskan bahwa di antara penyebab yang mengundang datangnya penyakit hati adalah: pertama, keinginan yang berlebihan. Seseorang yang mendambakan sesuatu dengan cara berlebihan akan sulit baginya untuk berlaku obyektif. Karena itu janganlah menilai seseorang, atas dasar rasa cinta yang berlebihan.

Sebab dengan dasar itu akan menutup matamu untuk melihat segala kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, janganlah menilai seseorang atas dasar kebencian, karena kebencian itu akan menutup segala kebaikannya.

Adam dan Hawa ketika berada di zona nyaman di surga, dilarang oleh Tuhan untuk memakan buah khuldi, namun karena melanggar perintah-Nya demi menuruti keinginan yang berlebihan akhirnya dikeluarkan dari surga.

Kedua, kesombongan. Boleh jadi keangkuhan itu muncul di hati seseorang karena merasa melebihi orang lain dalam hal ilmu, harta, keturunan, dan kedudukan serta banyaknya pengikut. Kalau seseorang tidak mau menerima kebenaran, karena yang menyampaikan kebenaran itu kedudukannya lebih di bawah dari pada dirinya, itu berarti sebuah kesombongan.

Rasulullah saw berpesan, “siapa saja yang mati dan dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar debu, maka ia tidak akan mencium bau surga, kecuali bila ia bertobat sebelum maut menjemputnya”.

Abu Dzar (salah seorang sahabat Nabi) berkata, “ya Rasulullah, aku ingin gantungan kunci dan sandalku indah. Apakah itu termasuk sikap sombong”.
Rasulullah bertanya, “bagaimana perasaan hatimu?”

Abu Dzar menjawab, “Aku mengenal kebenaran dan tenteram dalam kebenaran”.

Rasulullah berkata, “yang demikian itu tidak termasuk kesombongan. Sombong adalah meninggalkan kebenaran, lalu mengambil selain dari kebenaran. Memandang orang lain lebih rendah kemudian meremehkannya”.

Ketiga, kedengkian. Kalau kita iri melihat orang lain sukses mencapai keinginannya, sementara kita tidak bisa mencapainya. Karena kita bersaing, maka muncul perasaan dendam kepada orang yang bertarung dengan kita. Kedengkian tidak hanya merugikan orang lain, namun lebih merugikan pelakunya.

Seorang pendengki akan menyebarkan fitnah terhadap orang yang didengkinya. Sementara pelakunya tidak akan merasakan ketenteraman, semua amal kebaikan yang dikerjakan terbakar habis ibarat api yang membakar kayu bakar.

Dahulu, iblis adalah makhluk Tuhan yang telah menyembah Allah ribuan tahun lamanya, ia diusir dari surga karena kedengkian sehingga menjadi terkutuk. Sebagai makhluk Tuhan, iblis pernah ingin bertobat dan meminta kepada Nabi Musa ‘alaihi salam untuk memohon syafaat agar Allah mengampuninya.

Allah berfirman, “Musa, aku penuhi permintaanmu. Tapi katakan pada iblis agar dia bersujud kepada kuburan Adam terlebih dahulu”. Musa lalu memberitahu iblis apa yang difirmankan Allah.

Iblis tidak mau, “dulu ketika Adam masih hidup, aku tak mau bersujud kepadanya. Apalagi aku harus bersujud kepadanya setelah ia mati”.

Akhirnya iblis tidak diampuni, karena ia mengulangi kesalahan yang sama dua kali, tidak menaati perintah Allah.

Untuk terhindar dari kedengkian, Al-Ghazali memberi resep antara lain: Sayangi orang yang pernah kita dengki, sebarkan kebaikan-kebaikannya, senantiasa berbuat baik kepadanya.

Kalau yang kita dengki itu orang yang berilmu, doakan agar semakin bertambah ilmunya. Tanyakan pada hati nurani dan dengarkan bisikan-bisikan lembutnya dalam keheningan, agar cahaya Ilahi dapat menembus meneranginya.

Hanya dengan keheningan hati, setiap orang sesuai dengan profesi, pekerjaan, dan kemampuannya dapat berbuat kebaikan untuk diri dan orang lain.

Meskipun dalam skala kecil, kalau setiap orang peduli dan berpartisipasi berbuat kebajikan, dampaknya pasti akan besar. Hati adalah tempat bertanya karena hati adalah cermin kehidupan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version