Hindari Politik Identitas dan SARA

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan kepala daerah serentak memasuki tahapan pelaksanaan kampanye, hari ini. Ingar bingar pesta demokrasi akan memenuhi ruang publik hingga empat hari menjelang pelaksanaan pemilihan pada 27 November mendatang.

Masa kampanye yang terbilang panjang ini akan dimanfaatkan oleh para kontestan untuk menabur janji dan memupuk harapan kepada calon pemilih, tanpa mengabaikan etika dan aturan main. Menghindari konflik sosial dengan menjauhi upaya politik identitas, suku, ras, dan agama adalah salah satu iktikad yang patut dikedepankan oleh kandidat, pendukung, hingga relawan.

Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Selatan mengingatkan kepada semua pihak yang terlibat dalam kontestasi pilkada serentak untuk tidak melakukan berbagai upaya yang dapat memicu konflik sosial. Komitmen untuk menggelar pilkada yang damai di daerah patut menjadi pegangan agar pesta demokrasi berlangsung lancar dan aman.

Kepala Kemenag Sulsel, Muhammad Tonang berharap pilkada di Sulsel berlangsung tertib, damai, dan kondusif. Menurut dia, keakraban dan komitmen para kandidat untuk menjaga pelaksanaan pilkada saat pengundian nomor urut bisa menjadi gambaran akan terciptanya pilkada yang tertib.

"Pasangan calon dan pendukungnya hendaknya menghindari politik identitas dan politik SARA selama masa kampanye. Mereka patut mengedepankan kampanye politik berlandaskan visi dan misi yang menjadi program kerja yang akan diusung," ujar Tonang, Selasa (24/9/2024).

"Kita semua tentu menghendaki pilkada damai. Hindari politik identitas selama masa kampanye karena berpotensi membenturkan masyarakat. Prinsip-prinsip demokrasi yang sehat itu menghargai pluralisme dan toleransi," sambung Tonang.

Selain itu, menurut Tonang, menggunakan isu perbedaan suku, agama, dan ras (SARA) adalah praktik yang tidak etis dalam politik, karena dapat mengancam kesatuan sosial, memicu konflik, dan merusak proses demokrasi. Dia mengatakan, pilkada harus sukseskan dilaksanakan bersama.

"Kami di Kementerian Agama sebagai garda terdepan penjaga spiritualitas bangsa akan senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat melalui penyuluhan dan pembinaan dengan harapan pilkada dapat berlangsung aman dan lancar," ujar dia.

Tonang juga mengingatkan kepada aparatur sipil negara (ASN) di bawah naungan Kementerian Agama untuk menjaga penuh netralitas dan tidak terlibat politik praktis jelang maupun selama pilkada berlangsung. Dia mengatakan, regulasi netralitas sangat jelas bahwa ASN tidak boleh terlibat politik praktis dan tidak mencoba untuk berpihak.

"Saya wanti-wanti kepada seluruh ASN Kemenag Sulsel untuk menjaga netralitas karena ini merupakan kunci terciptanya demokrasi yang sehat dan berintegritas," tegas Tonang.

Adapun, Ketua MUI Sulsel Profesor K.H. Najamuddin mengatakan dalam memasuki masa kampanye yang paling diutamakan adalah ketenangan dan kenyamanan dalam melakukan sosialisasi terbuka.

"Saya kira warga ingin mendapatkan kenyamanan. Namanya kampanye, yah, sosialisasi dengan memberikan edukasi, bukan riak-riak," ujar Najamuddin.

Dia mengimbau warga Sulsel mempergunakan hak pilihnya dan tidak golput. Tujuannya, kata dia, sama-sama memilih pasangan yang disukai baik Pilgub Sulsel maupun di masing-masing daerah.

"Yang penting kami dari MUI mengharapkan terciptanya pilkada damai, tenang, dan berjalan sesuai aturan," imbuh dia.

Najamuddin juga merespons mengenai upaya kandidat di Pilgub Sulsel yang terkesan "menyeret" tokoh agama dalam berpolitik praktis. Dia mengatakan, MUI sudah mengeluarkan edaran dan anjuran bahwa tidak boleh memihak dan secara kelembagaan harus bersikap netral.

Menurut dia, pasangan calon juga diminta untuk menghindari kampanye yang berbau agama dan menggunakan fasilitas tempat ibadah.

"MUI tidak boleh terlibat langsung dalam kampanye. Oleh sebab itu kami selalu hindari jangan sampai kami dilibatkan," imbuh Najamuddin.

Sementara itu, calon gubernur Danny Pomanto menyatakan siap menerima konsekuensi dari hasil pilkada mendatang. Termasuk siap kalah maupun menang.

"Namanya pertarungan di dunia politik itu harus siap menerima konsekuensi. Menang atau kalah kami terima, itu bagian dari jalannya dunia politik," ujar Danny.

Danny mengapresiasi deklarasi damai yang dilakukan oleh KPU. Hal itu sebagai bukti bahwa peserta pilkada akan mengikuti mekanisme serta siap menerima apa menjadi hasil akhir pilkada nantinya.

"Kami yakin KPU menginginkan yang terbaik. Jadi apapun hasil akhir pilkada serentak akan kami terima. Bagi kami deklarasi damai sebagai suatu edukasi jalannya pilkada dan pilgub yang lebih baik," imbuh dia.

Mengenai jadwal kampanye, Danny mengaku masih dalam tahap menyusun rute kampanye. Tapi, kata dia, pihaknya akan memulai dari Kota Makassar lalu menuju bagian utara atau selatan.

Sedangkan, Ketua Tim Pemenangan Andi Sudirman-Fatmawati Rusdi, Andi Damisnur mengatakan belum menerima jadwal kampanye dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel . "KPU belum menyerahkan pembagian zonasi," ujar Damisnur.

Belum adanya jadwal tersebut, kata dia, pihaknya juga belum bisa menentukan lokasi untuk memulai kampanye.
"Kami belum bisa memutuskan apakah akan memulai dari wilayah selatan atau wilayah utara," imbuh dia.

Dia menjelaskan bahwa keputusan mengenai tempat kampanye baru bisa diambil setelah ada pembagian jadwal zonasi dari KPU. "Jika sudah ada pembagian, kami akan segera menentukan langkah selanjutnya," sambung Damisnur.

Mengenai strategi sosialisasi yang akan dilakukan oleh Sudirman-Fatmawati, Damisnur menekankan, mereka memilih lebih fleksibilitas. "Kami bisa saja menggarap wilayah yang berbeda atau bahkan melakukan sosialisasi di satu wilayah secara bersamaan. Kami akan memanfaatkan waktu yang ada untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya," tutur dia.

Seto-Kiki Tak Siap Kalah

Calon Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin mengatakan menang dan kalah sudah bisa dalam pemilihan. Apalagi, kata dia, sudah dua kali dirinya kalah di pemilihan yang sama.

"Makanya kali ini kami benar-benar menargetkan kemenangan," ujar Munafri alias Appi.

Appi mengajak semua pihak untuk menjaga suasana damai selama proses Pilwali Makassar berlangsung. Menurut dia, pilkada adalah proses pergantian kepemimpinan, bukan ajang permusuhan atau penyebaran berita bohong.

"Kami hanya ingin menyampaikan bahwa ajang pilkada adalah sebuah proses pergantian kepemimpinan, bukan tempat untuk saling berkelahi," imbuh dia.

Sedangkan, Sekretaris Tim Pemenangan Andi Seto-Reski Mulfiati, Ari Ashari Ilham mengatakan pasangan nomor urut 2 ini memiliki tagline Sehati. "Jadi kami selalu bergerak melalui hati dan menjadikan pilkada ini sebagai ajang pesta demokrasi dengan riang gembira," ujar Ari.

Anggota DPRD Makassar ini menyebutkan para tim maupun pendukung hingga simpatisan pasangan ini akan bergerak melalui hati ke hati. "Kami selalu sampaikan kepada agar bergerak dengan riang gembira tanpa ada gesekan dan kami ingin Pilwali Makassar ini berlangsung dengan nyaman," ucap dia.

Ari menyebutkan sebagai partai pemenang Pileg 2024 dengan 8 kursi, siap mengantarkan kader terbaik NasDem dan Gerindra tersebut menjadi orang nomor satu di Kota Daeng ini. "Partai Nasdem dan Gerindra sudah tahu cara menang di Makassar, jadi kami akan bekerja secara maksimal," kata Ari.

Mengenai menang dan kalah, kata Ari, merupakan kehendak Tuhan. "Tapi kami yakin dengan kerja-kerja tim yang ada saat ini, kami bisa menang dan kami tidak terpikirkan untuk kalah. Kami hanya siap untuk menang," ujar dia. (suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan

Exit mobile version