MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) punya ambisi besar memenangkan pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan. Partai berlambang banteng ini akan memanaskan mesin pemenangan para jagoan yang diusung.
Meski bukan sebagai partai pemenang di Sulawesi Selatan, namun PDIP tak berkecil hati dalam menatap kontestasi pilkada serentak. Di sejumlah daerah, partai besutan Megawati Soekarnoputri ini punya kader-kader militan yang berpotensi memenangkan pertarungan.
Upaya dan strategi untuk memenangkan pilkada serentak akan dikemas dalam rapat kerja daerah khusus PDIP Sulawesi Selatan yang akan digelar sepanjang akhir pekan ini. Seluruh kandidat yang diusung PDIP di pilkada diundang hadir untuk membahas berbagai hal mengenai persiapan tim pemenangan.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP Sulsel, Risfayanti Muin mengatakan, dalam Rakerdasus yang digelar Jumat-Sabtu ini, akan dibahas mengenai taktik pemenangan. "Intinya membahas pemenangan pilkada semua kabupaten/kota," ujar Risfayanti, Kamis (26/9/2024).
Menurut Risfayanti, seluruh pasangan calon yang diusung PDIP "diwajibkan" untuk hadir dalam acara itu. Dia meyakini, kekuatan partai dalam memenangkan kandidat terletak pada koordinasi dan soliditas seluruh calon, pengurus, kader, dan simpatisan partai.
Adapun Ketua Bidang Kehormatan PDIP Sulsel, Andi Anshari Mangkona mengatakan pembahasan dalam rakerdasus nanti yakni strategi pemenangan jagoannya di 24 Kabupaten/kota maupun Pilgub Sulsel.
"Dalam rapat itu akan dipetakan potensi calon dan hal-hal yang akan dilakukan untuk menarik perhatian hingga ke akar rumput demi mencapai kemenangan," ujar Ansyari.
Dia mengatakan, rakerdasus juga akan dihadiri sejumlah elite DPP PDIP. Beberapa di antaranya adalah Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua Bidang Kehormatan Partai Komarudin Watubun, dan Kepala Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN) Hendra Gunawan.
"Pengurus DPP akan memberi dukungan penuh dan menyemangati calon untuk mempertajam kerja-kerja pemenangan nantinya," beber Ansyari.
Rakerdasus tersebut menjadi momen penting bagi PDIP untuk menunjukkan kekuatannya, meski berada di posisi oposisi di tingkat nasional. Termasuk di Sulsel, calon yang diusungnya pada pilgub akan melawan petahana. Memilih tidak bergabung dengan koalisi besar seperti Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan tetap untuk mengusung kandidatnya sendiri menunjukkan konsistensi partai ini.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto, menilai keberanian PDIP membentuk poros baru pada Pilgub Sulsel menjadi salah satu kunci kekuatan.
“Di Sulsel, PDIP itu partai papan tengah. Mereka tidak terlalu dominan, tetapi juga tidak lemah. Dalam beberapa daerah, PDIP memiliki basis massa yang cukup kuat, dan ini tentu akan berkontribusi pada kekuatan politik mereka di pilkada nanti,” ujar Ali.
Menurut dia, meskipun PDIP kini berada di luar pemerintahan, kekuatan elektoral partai tersebut tidak ditentukan semata-mata oleh posisinya dalam pemerintahan.
“Kekuatan partai tidak hanya dipengaruhi oleh apakah mereka berada di pemerintahan atau tidak, tetapi oleh kemampuan partai itu sendiri dalam mengkoordinasikan kegiatan, membangun relasi dengan pemilih, dan menyusun strategi politik,” imbuh dia.
Strategi PDIP yang konsisten dalam mengusung kandidat-kandidatnya sendiri di Sulsel disebut akan semakin menunjukkan independensi partai tersebut.
“Mereka tidak ikut bergabung dengan KIM di Sulsel, dan konsistensi ini justru mendapat penilaian positif dari masyarakat. Ini bisa menambah kekuatan PDIP dalam Pilkada 2024,” kata Andi Ali.
Andi Ali juga menjelaskan, meski di beberapa daerah PDIP kehilangan kursi legislatif, dinamika pilkada akan berbeda dengan pemilihan legislatif (pileg). Pada momentum pilkada, sentralitas figur calon kepala daerah disebut akan lebih menonjol dibandingkan dengan kekuatan partai. Meskipun mesin partai ikut bekerja dalam menjangkau pemilih.
Dia juga menyoroti bahwa PDIP pernah dua kali berturut-turut memenangkan pemilihan presiden (pilpres) dan ini menjadi bukti kekuatan strategi politik partai tersebut. Meskipun saat mengusung Joko Widodo dalam Pilpres 2014 dan 2019, PDIP bergabung dengan sejumlah partai lainnya.
“Mereka terbukti mampu bertahan menghadapi koalisi besar, dan kali ini di Pilkada Sulsel, mereka kembali menunjukkan strategi yang kuat dengan tidak bergabung dengan KIM,” imbuh Andi Ali.
Selain itu, Andi Ali juga mengatakan situasi politik di Pilkada 2024 akan berbeda dengan kontestasi politik tingkat nasional.
"Pilkada itu ibaratnya pindah arena. Suasana kebatinan pemilih sangat berbeda, dan ini tentu akan mempengaruhi kekuatan partai dalam memenangkan pertarungan politik," tutur dia.
“Ini bukan hanya soal kekuatan partai, tetapi bagaimana figur-figur kandidat juga berkontribusi untuk menguatkan mesin partai,” sambung dia.
Dalam pilkada, kolaborasi antar-koalisi disebut menjadi faktor yang sangat penting. Menurut Ali, koalisi yang terbentuk akan mempengaruhi kinerja partai pendukung, termasuk PDIP.
"Walaupun mungkin saat ini PDIP terlihat melemah, performa di pilkada bisa saja berbeda. Kolaborasi yang tepat bisa menjadi kunci kemenangan,” kata dia. (fahrullah-isak pasa'buan/C)