TORAJA, RAKYATSULSEL – Menyikapi dugaan adanya upaya pencabutan TAP MPR (Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat) mengenai Soeharto dan pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk kepentingan rekonsiliasi nasional, salah satu tokoh pemuda masyarakat Toraja, Yervis M. Pakan, memberikan tanggapan kritis.
Kepada rakyatsulsel, Minggu, 29 September 2024, Yervis yang merupakan Presidium Nasional PENA 98, menegaskan bahwa langkah tersebut dapat menjadi blunder dan berbahaya. Ia berargumen bahwa tidak ada rekonsiliasi yang berarti tanpa pengakuan kesalahan dari pihak yang bersangkutan.
"Pernahkah Soeharto dan kroninya mengakui salah sehingga perlu dimaafkan? Biasanya, kita akan memaafkan seseorang jika dia mengaku salah, bukan?" tanya Yervis.
Lebih lanjut, Yervis menyatakan bahwa upaya ini berpotensi membahayakan perjalanan bangsa dan negara, karena bisa dijadikan dasar hukum untuk "mencuci ulang" kesalahan masa lalu, meskipun dilakukan secara sengaja.
Ia juga menambahkan bahwa makna pahlawan nasional akan kehilangan arti jika gelar tersebut diberikan kepada seseorang yang telah berbuat salah.
"Hal ini berbeda jika Soeharto dan kroninya mengakui kesalahan mereka dan ada pengakuan dosa terkait masa lalu, termasuk penyerahan sebagian aset yang diambil paksa dari rakyat kepada negara," ujarnya.
Yervis menekankan pentingnya menjaga sejarah bangsa dan negara agar tidak ternodai oleh manuver politik yang tidak mendidik generasi muda untuk belajar dari keteladanan.
"Banyak tokoh bangsa yang pantas diteladani dan layak mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Kenapa tidak memprioritaskan mereka?" kunci Yervis. (Cherly)