Azhar dan rombongan diterima dengan baik oleh Puang Mengga, yang merupakan Gella di komunitas ini. Dengan naik di atas rumah melewati tangga kayu yang kokoh. Diatas beberapa keluarga besar menyambut rombongan.
Dengan duduk bersila, tuan rumah kemudian menyajikan hidangan kopi dan kue-kue seperti biasa dalam menyambut tamu yang hadir. Bahkan Azhar dipasangkan songkok recca' oleh Puang Mengga. Wajah Puang Mengga terlihat ceria menyambut rombonngan.
Beberapa orang berpakaian atribut Bawaslu telah berada di kawasan hutan rumah adat Karampuang dan ikut naik diatas kediaman.
Tiang-tiang besar besar dan ukiran khas menjadi perhatian rombongan saat diatas rumah. Bagi masyarakat Karampuang, tiang-tiang tersebut merupakan simbol keagamaan yang mengandung makna bahwa kitab suci agama Islam, Alqur’an.
"Ada 30 tiang artinya terdiri atas tiga puluh juz," ucap Puang Mengga dialeg bugis. Rumah adat yang disinggahi ini adalah rumah adat Gella yang menyimbolkan kediaman perempuan.
"Disini ada dua rumah adat. Kalau yang ditempati ini Gella. Atau rumah ada wanita, karena ini berpasangan," tuturnya menjelaskan. Ini membedakan dari penempatan tangga dan pintu di tengah-tengah badan rumah merupakan simbol dari alat reproduksi wanita.
Kemudian ada dapur sebanyak dua buah yang ditempatkan di dekat pintu bagian atas merupakan menifestasi simbolik dari buah dada perempuan sekaligus mengandung makna bahwa perempuan adalah sumber kehidupan manusia, begitu pula dapur adalah sumber kehidupan di rumah.