Ada Peluang Terjadi Kejutan

  • Bagikan
rambo/rakyatsulsel

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Pemilihan wali kota dan calon wali kota Makassar akan memasuki fase krusial. Berdasarkan potret lembaga survei, elektabilitas dan popularitas empat pasangan kandidat terlihat relatif jomplang. Namun bukan berarti pertarungan sudah selesai, malah cenderung baru dimulai.

Segala kemungkinan masih bisa terjadi, termasuk naik turunnya angka-angka prediksi dari berbagai sigi. Sebulan lebih menjelang hari 'H' pemilihan, fakta-fakta survei bisa saja berubah. Menakar kecenderungan pemilih akan sangat bergantung dari kerja-kerja ekstra tim pemenangan pasangan kandidat di sisa masa kampanye. Saatnya melancarkan ketangkasan dan jurus ampuh dalam mengubah maupun mempertahankan basis pemilih yang ada.

Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Profesor Sukri Tamma, memberikan pandangannya terkait hasil survei terbaru Pilwali Makassar 2024 yang dirilis oleh Indikator Politik Indonesia. Survei tersebut dilakukan pada 30 September hingga 8 Oktober 2024 dan dirilis pada Sabtu, 12 Oktober 2024.

Survei ini menunjukkan pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham unggul dengan 36,7 persen. Disusul pasangan Indira Yusuf Ismail-Ilham Fauzi di posisi kedua dengan 25 persen, Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati dengan 18,9 persen, dan Amri Arsyid-Rahman Bando di urutan buncit yang meraih 3,6 persen.

Menurut Sukri, hasil survei adalah gambaran kecenderungan masyarakat pada saat survei dilakukan. “Yang mesti kita pahami, survei itu adalah proses pemetaan kondisi pada saat survei dilakukan, bukan hasil akhir,” ujar Sukri, Minggu (13/10/2024).

Dia mengatakan, Pilwali Makassar 2024 masih sekitar 40 hari lagi, sehingga banyak waktu bagi para kandidat untuk mengubah posisi mereka dalam perolehan suara.

“Artinya, masih ada waktu cukup banyak untuk perubahan,” imbuh dia.

Sukri mengatakan, hasil survei ini menunjukkan kecenderungan umum yang ada di masyarakat Makassar saat survei dilakukan. Namun, ini bukanlah hasil yang pasti, mengingat proses kampanye masih berlangsung dan strategi dari masing-masing tim kampanye masih dapat mempengaruhi hasil akhirnya.

“Kita lihat, Appi-Aliyah unggul di posisi teratas, disusul oleh Indira-Ilham dan Seto-Kiki. Tapi ini belum tentu hasil akhir, karena masih ada 13 hingga 15 persen pemilih yang belum menentukan pilihan,” ujar Sukri.

Sukri juga menyoroti popularitas kandidat sebagai faktor penting dalam perolehan suara. Menurut dia, pasangan Appi-Aliyah memiliki keunggulan dari sisi popularitas yang lebih tinggi dibanding kandidat lainnya. “Pak Appi sudah dikenal luas, maka wajar jika lebih banyak dipilih (unggul)," kata dia.

Sebaliknya, kata dia, beberapa pasangan lain masih memiliki popularitas di bawah 70 persen, yang berarti masih ada peluang bagi mereka untuk meningkatkan pengenalan di kalangan pemilih.

“Popularitas itu menjadi faktor seseorang akan dipilih atau tidak,” ucap Sukri.

Selain itu, Sukri juga mencatat bahwa persentase pemilih yang belum menentukan pilihan akan sangat memengaruhi hasil akhir. “Dengan adanya sekitar 13 hingga 15 persen pemilih yang belum memilih, ini masih menjadi faktor yang bisa mengubah peta persaingan,” kata dia.

Sukri menilai, selisih perolehan suara antara Indira-Ilham dengan Appi-Aliyah yang hanya 6 persen masih dalam batas rasional untuk dikejar, terutama dengan sisa waktu kampanye yang ada.

“Ini adalah selisih yang masih bisa dikejar, terutama dengan pemilih yang belum menentukan pilihan,” kata dia.

Menurut Sukri, kondisi saat ini belum sepenuhnya aman bagi kandidat mana pun. Terlebih belum ada pasangan calon yang mencapai 50 persen plus sehingga belum jelas siapa yang akan memenangkan pertarungan lima tahunan ini. Sukri memperkirakan bahwa dalam kontestasi yang seimbang, kemenangan bisa diraih dengan perolehan suara sekitar 30 hingga 32 persen. Namun, melihat ketatnya persaingan dari empat kandidat yang ada, dia memprediksi perolehan suara tertinggi bisa mencapai 40 persen.

“Selisih antara suara tertinggi mungkin hanya tipis, bisa saja angka kemenangan menyentuh 37 atau 38 persen. Semua masih mungkin, terutama dengan 13 hingga 15 persen pemilih yang belum menentukan pilihan,” ucap Sukri.

Pengamat politik di Makassar, Rizal Pauzi memberikan analisis mengenai hasil survei terbaru di Pilwali Makassar. Menurut dia, survei tersebut memberi gambaran yang jelas tentang performa kampanye dari masing-masing kandidat. Sehingga hasil survei ini bisa menjadi bahan evaluasi penting bagi tiap pasangan calon (paslon) Pilwali Makassar.

"Hasil survei ini adalah tolok ukur dari kerja-kerja kandidat dan tim suksesnya. Ini bisa menjadi landasan untuk melakukan evaluasi, terutama di sisa waktu kampanye yang tersisa," kata Rizal.

Yang menarik, kata Rizal, adalah pergerakan elektabilitas dari beberapa kandidat. Ia mencatat penurunan signifikan pada pasangan Appi-Aliyah dan Indira-Ilham yang sebelumnya mendominasi beberapa lembaga survei di awal. Appi dalam rilis beberapa lembaga survei di awal pencalonan sempat mencapai 40 persen, namun sekarang menurun hingga angka 36,7 persen. Begitu juga dengan Indira yang sebelumnya di angka 30 persen ke atas, kini turun menjadi 25 persen.Penurunan ini dinilai cukup signifikan dan menarik untuk dikaji.

Sebaliknya, Seto yang disebut mengalami kenaikan yang tak terduga. Rizal mencatat, pasangan Seto-Kiki memulai kampanye dengan elektabilitas rendah namun berhasil meraih 18,9 persen suara dalam survei terbaru.

"Seto ini start awalnya di Makassar kalau tidak salah hanya 4 persen. Jadi saya pikir itu yang menarik karena ada peningkatan yang sangat signifikan," turut Rizal.

Namun, hal yang paling menarik menurut Rizal, adalah 15,9 persen pemilih yang belum menentukan pilihan. Ia menyebut bahwa kelompok pemilih ini akan sangat menentukan di hari pemungutan suara nanti atau pada tanggal 27 November 2024.

"Pemilih yang belum menentukan pilihan masih sangat besar, hampir 16 persen. Ini angka yang krusial karena mereka bisa menjadi faktor pembalik di detik-detik terakhir," kata Rizal.

Selain itu, survei Indikator Politik juga menunjukkan bahwa 26,1 persen pemilih yang telah menentukan pilihan dan masih mungkin berubah pikiran sebelum hari pemilihan.

"Bila melihat tren ini, 26,1 persen pemilih yang berpotensi mengubah pilihan bisa memberikan dampak signifikan. Bila sebagian besar dari mereka berpindah ke Seto atau Indira, maka kemenangan masih bisa diraih oleh salah satu dari mereka," ujar Rizal.

Sementara untuk pasangan Amri-Rahman, yang hanya memperoleh 3,6 persen dalam survei ini, menurut Rizal, bahwa peluang mereka untuk memenangkan Pilwali memang tipis. Namun, dia menekankan bahwa pasangan ini masih bisa memainkan peran penting dalam dinamika politik di akhir kampanye.

"Dengan angka yang mereka miliki sekarang, memang sulit bagi Amri-Rahman untuk mengejar. Namun, mereka masih memiliki bargaining power. Jika mereka bisa meraih dukungan tambahan hingga menyentuh angka 10 persen, mereka bisa menjadi penentu kemenangan bagi pasangan lain," ucap Rizal.

Dia juga mengomentari potensi massa militan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai satu-satunya partai yang mendukung tim bertagline AMAN itu. Menurut Rizal, jika pasangan ini berhasil mengonsolidasikan dukungan dari pemilih PKS, maka mereka bisa meraih suara tambahan yang cukup signifikan.

"Jika Amri bisa memaksimalkan basis suara PKS di Makassar yang diperkirakan berada di kisaran 10-15 persen, maka mereka bisa menjadi kekuatan yang cukup diperhitungkan di detik-detik terakhir kampanye," ungkap dia.

Rizal menyebutkan bahwa meskipun peluang untuk menang bagi Amri-Rahman kecil, mereka bisa menjadi kunci penentu arah koalisi di hari-hari terakhir.

"Jika mereka berhasil meningkatkan elektabilitas hingga 10 persen dan menggerus suara dari kandidat-kandidat teratas. Maka posisi Amri-Rahman bisa menjadi faktor penentu ke mana suara mereka akan diarahkan," sambung dia.

Rizal juga mencatat bahwa kekuatan partai politik di Pilwali kali ini juga berperan besar. Salah satu partai yang ia sorot yakni Partai Gerindra yang dalam survei Indikator menjadi partai paling disukai di Makassar dengan 16,3 persen dukungan.

Menurut dia, efek elektoral dari partai-partai seperti Gerindra dan PKS bisa membawa pengaruh besar untuk hasil akhir Pilwali Makassar nantinya. Dia menyimpulkan bahwa Pilwali Makassar 2024 masih sangat dinamis dan penuh dengan potensi kejutan-kejutan.

"Gerindra saat ini menjadi partai yang paling disukai di Makassar, dengan 16,3 persen pemilih mendukung mereka. Ini menunjukkan adanya pengaruh besar dari kerja-kerja elektoral dan efek Prabowo Subianto sebagai tokoh sentral partai," ujarnya.

"Dengan partai-partai yang bekerja keras dan menyentuh hati pemilih, seperti Gerindra dan PKS, ini bisa memberikan kejutan di hari pemilihan. Jadi, saya pikir pertarungan masih jauh dari selesai," tutur Rizal.

Calon Wakil Wali Kota Makassar Aliyah Mustika Ilham menyampaikan rasa syukur atas survei Indikator itu. "Alhamdulillah, survei Indikator menempatkan paslon nomor urut 01 (MULIA) tetap nomor 1," kata Aliyah.

"Hasil survei itu bukti nyata bentuk kecintaan masyarakat Makassar memilih MULIA. Kami berharap kami dicintai oleh warga Makassar," tutur dia.

Politikus Partai Demokrat itu menegaskan bahwa survei terpotret sisi elektabilitas dan popularitas empat pasangan calon itu murni tanpa ada pesanan ataupun titipan. Menurut dia, ada pihak tertentu belum menerima hasil tersebut. Tapi tidak bisa juga menolak karena lembaga tersebut mengumumkan dengan metode rasional.

Kendati MULIA tertinggi di hasil survei, namun Aliyah mengatakan tak mau jemawa. Dia mengingatkan tim relawan serta masyarakat tetap bekerja mempertahankan elektorat hingga hari pemungutan suara.

"Hasil ini tidak bisa menjadi jaminan, karena belum pemilihan. Kita tidak boleh puas tapi tetap bekerja keras, tetap bersatu menangkan paslon 01," harap Aliyah.

"Ingat satu bulan lebih lagi kita tentukan siapa pemimpin kita di tanggal 27 November," sambung dia.

Adapun juru bicara Indira-Ilham, Husnul Mubarak mengatakan survei itu memperlihatkan adanya peningkatan suara setiap harinya. Pun, kandidat lainnya cenderung turun dan stagnan.

"Hasil survei ini akan menjadi semangat bagi tim dan terus berkembang sampai kemenangan tercapai. Sampai saat ini kami meyakini di hari pemilihan nanti pasangan INIMI mampu memenangkan kontestasi," tegas Husnul.

Sementara itu, Komando Teritorial Dapil Makassar V Pasangan Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi, Ari Ashari Ilham mengatakan walau jagoannya ditempatkan di urutan ketiga, namun masyarakat harus juga melihat lembaga survei tersebut.

"Kita harus lihat dulu kredibelnya lembaga survei itu, karena survei itu tidak menyatakan keadaan di lokasi," ujar Ari.

Anggota DPRD Makassar ini menyebutkan banyak lembaga survei hanya mencoba pendapat masyarakat agar bisa memilih yang dianggap unggul. "Tapi kami ini tahu juga lembaga survei yang mana kredibel," ucap dia.

Untuk survei internal, kata Ari, pasangan nomor urut 2 ini memiliki kejutan. "Tunggu saja tanggal 27 November, karena NasDem dan Gerindra tahu bagaimana cara menang," ujar dia sesumbar.

Bahkan, kata dia, saat Indikator melakukan survei, pihaknya anggap biasa-biasa saja. "Kami ketawa-ketawa saja, karena kami tahu banyak lembaga survei mencari uang saja," ketus dia.

Adapun calon wakil wali kota, Rahman Bando tetap optimis memenangkan pertarungan bersama dengan Amri Arsyid. Dia mengatakan pasangan AMAN punya survei tersendiri untuk Pilwali Makassar. "AMAN punyai survei sendiri," beber dia.

Calon Wakil Wali Kota Makassar yang dikenal dengan latar belakangnya sebagai birokrat itu menyebut tim kerja pemenangan AMAN terus bergerak di masyarakat, utamanya di akar rumput. "Kami fokus bergerak di bawah," sambung dia. (isak pasa'buan-suryadi-fahrullah/C)

  • Bagikan